Thirteen

15.2K 1.3K 60
                                    

Cinta itu tidak bisa di cegah begitu juga dengan rasa cemburu.

Yang menyakitkan itu sebenarnya saat kita terlalu berharap pada orang yang sangat kita cintai.

♢♢♢

Rilly menatap Rafa heran

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rilly menatap Rafa heran. Ia mengamati motor yang di bawa Rafa lalu berganti menatap Rafa lagi, "Sejak kapan lo bawa motor?"

Rafa menggaruk lehernya, ia bingung harus menjawab apa. "Mobil gue lagi di bengkel, makanya gue bawa motor."

Rilly menyipitkan mata, ia tidak percaya dengan ucapan Rafa.
"Beneran? Lo bukan mau modus,'kan?"

Menyesal Rafa mengikuti saran dua orang yang aneh itu, siapa lagi kalau bukan Ardan dan Aldi. Seharusnya, ia tidak mengikuti saran kedua orang itu. Mampuslah, kalau dia ketahuan berbohong. Tidak mungkin dia harus memasukan mobilnya ke bengkel, padajal mobilnya tidak rusak.

"Ha? Maksud lo?" tanya Rafa yang pura-pura tidak mengerti.

Rilly memukul pelan motor Rafa, "Papa gue bilang, kalau jenis motor gini itu namanya motor modus."

Om Ricky benar-benar wah. Mungkin karena dulu sering modusin cewek, om Ricky takut anaknya juga di modusin makanya di kasih tahu. Rafa pura-pura masih tidak mengerti ucapan Rilly, "Ini motor sport Rill, bukan motor modus."

"Iya tahu kok, yang bilang motor modus kan Papa gue!" Rilly beralasan.

Rafa mengerjapkan matanya beberapa kali, "Memangnya kenapa Papa lo sampai bilang ini motor modus?"

"Karena kalau pengemudinya rem mendadak, pasti penumpangnya maju ke depan terus pasti pengemudinya ujung-ujungnya kena peluk atau apalah," jelas Rilly.

Rafa menaikkan satu alisnya, "Lo nggak mau meluk gue?"

Mata Rilly melebar mendengar pertanyaan Rafa, "Apaan deh!"

Rafa tersenyum miring, ia ingin mencagil Rilly. Rilly terlihat imut saat dia kesal, "Kalau gitu, gue mau ngikutin ah ucapan Papa lo."

Mata Rilly semakin melebar, "Nyesel gue kasih tahu lo! Awas aja ya lo sampai gitu! Gue aduin Papa!"

Rafa tertawa pelan, ia mengacak rambut Rilly pelan.
"Gue nggak akan gitu, cantik."

Blush! Rona merah tercipta begitu saja di pipi Rilly bahkan jantungnya berdetak tidak seperti biasanya. Ini apa-apaan? Kenapa bisa gini? Seharusnya, hal-hal gini hanya di rasakannya karena Kafka buka Rafa.

Rilly menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskannya perlahan, mencoba untuk kembali seperti biasa. Ia berdeham, "Kita kapan mau berangkat? Kalau kelamaan disini, entar kita bisa-bisa telat!"

Rafa mengambil helm yang berada di motonya. Dengan gerakan cepat dan sama sekali tidak di perkirakan Rilly, Rafa memasangkan helm itu di kepala Rilly. Ia merapikan rambut Rilly, lalu tersenyum sangat manis.

YuanfenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang