Hal yang sulit dilakukan adalah bertanggung jawab atas apa yang sudah mereka lakukan dan menepati janji atas apa yang sudah mereka ucapkan.
Ketika kebenaran itu datang, maka akan ada hadiah pula untuk seseorang yang sudah menutupi kebenaran itu.
♢♢♢
"Apa yang lo bilang ke Rilly?!!"
Aldric mencengkram tangan Kafka yang memegang bajunya,"Maksud lo apa?! Ha!!"
Mata elang Kafka benar-benar menyorotkan amarahnya, "Jawab gue!! Lo bilang apa ke Rilly sampai dia gitu?!"
Kali ini Aldric tertawa sinis saat sudah mengetahui kemana obrolan tidak santai mereka berujung, "Lo mau tahu? Yakin?"
Kafka tidak menjawab. Ia hanya mencengkram baju itu lebih kuat dari sebelumnya. Sampai-sampai Aldric merasakan sesak napas dan terbatuk.
Dengan sisa tenaganya, Aldric tersenyum miring. "Gue bilang, lo nggak bakalan bisa jaga dia. Apa yang lo lakuin ke dia selama ini cuman karena kasihan dan lo mandang dia sebagai anak kecil."
Satu pukulan kuat mendarat mulus di pipi bagian bawah Aldric, "Jangan bohong sama gue!"
Aldric merasakan sesuatu yang asin menyentuh bibirnya. Pastinya ia berdarah, pukulan Kafka tidak mengenal tanda kasihan. "Udah tahu apa yang gue bilangn kenapa nanya?"
"Jawab gue!!" bentak Kafka.
Aldric tersenyum miring, "Gue bilang ke dia, dia cuman di jadikan boneka sama lo dan ketika lo bosan, lo bakalan ngebuang dia. Lo bakalan lenyapin dia dari kehidupan lo! Dan janji lo, tentang lo bakalan jagain dia dan selalu ada buat dia, itu palsu! Karena lo bakalan ninggalin dia!"
"Gue nggak pernah anggap dia boneka!" murka Kafka.
Aldric tertawa sinis, "Kalau bukan boneka jadinya apa? Mainan?" Kafka menekan kembali Aldric, "lo permainin dia selama ini! Lo yang udah ngatur hidup dia! Lo jadikan Rilly boneka dengan informasi yang nggak dia tahu! Bahkan lo nyembunyikan informasi itu dari Rilly biar lo bisa ngatur hidup Rilly! Lo puas mainin dia?!"
Tangan Kafka melonggar saat mendengar penjelasan Aldric, namun ia mencoba tetap fokus dengan Aldric.
"Lo tahu dari mana?!"Aldric tersenyum miring, "Gue punya informan!"
Om Ricky tidak mungkin membocorkan hal ini, begitu juga dengan rumah sakit. "Siapa informan lo?!"
Satu alis Aldric terangkat, "Lo mengakuikalau selama ini Rilly lo jadikan boneka yang kehidupannya bisa lo atur sepuasnya?"
Tangan Kafka sudah siap untuk menghajar muka Aldric lagi. Namun tangannya tertahan oleh seseorang yang menyentuh tangannya. "Cukup!"
Dua orang menariknya mundur dan memegangi kedua bahunya. Orang yang berteriak dan menahan Kafka, berdiri di depannya. Satu tamparan melayang dan mendarat mulus di pipi Kafka, "Cukup Bang! Jangan main kekerasan! Jangan nambah masalah! Abang nggak lihat dia udah babak belur?! Abang masih waras atau udah gila?! Kak Rilly nggak bakalan suka ngelihat Abang gini!"
Kafka terdiam. Ia menatap lurus ke mata adiknya itu, "Shil, dia yang udah buat Rilly sakit."
"Diam!" bentak Shilla, ia memutarkan badan menghadap Aldric, "Lo! Lo macam-macam sama Kak Rilly lagi, awas aja lo!"
Aldric menyeka darah yang ada di ujung bibirnya. Ia berdecak mendengar kata-kata anak SMP yang ada di depannya ini. Cukup berani.
"Abang lo kayaknya belum puas ngehajar gue."Shilla menaikkan satu alisnya, "Kekerasan nggak akan nyelesaiin semuanya. Mendingan lo berdua tanding dengan cara yang sehat."
"Basket! Gue nantang kalian buat tanding basket!" ucap Aldric langsung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yuanfen
Teen FictionMenurut kalian, apa pengertian bodoh? Apa bodoh itu orang yang tidak bisa memahami pelajaran sekolah yang sulit? Menurut Rilly bukan itu, karena tidak semua orang punya kemampuan yang sama. Menurut Rilly, bodoh itu dia. Dia yang bodoh karena tida...