Eight

19.6K 1.4K 43
                                    

If dreaming is the only way  to be with you, then i'll never open my eyes.

Mimpi adalah salah satu hal yang sangat menyenangkan dan membawa kita ke sebuah perjalan yang tidak akan terlupakan. Mimpi adalah sesuatu yang bisa kita atur sendiri. Seandainya, mimpi bisa menjadi kenyataan maka, setiap orang akan bermimpi sesuai keinginan mereka.

Sebagian orang percaya, jika ada cinta yang besar maka selalu ada keajaiban di dalamnya. Keajaiban itu adalah mimpi yang menjadi kenyataan.

♢♢♢♢

Rilly beberapa kali terpejam saat ia memaksa matanya untuk terbuka. Pagi ini, seharusnya Rilly ingin tidur lama dan tidak melakukan apapun. Namun, itu semua hanya angan-angannya saja. Papa pasti melarangnya untuk bangun siang, kata Papa itu kebiasaan yang jelek dan tidak sehat.

Rilly masuk ke dalam kamar mandi dengan keadaan setengah sadar. Beberapa kali ia menguap, rasanya ia ingin kembali ke tempat tidur dan memejamkan mata. Sayangnya, Rilly sedang tidak mau mendengar omelan kedua orang tuanya. Kali ini, ia sedikit ingin lari pagi apalagi ia sudah janjian dengan Rafa. Masa bodoh lah dengan bangun siang dan rasa kantuk, yang terpenting ia harus menepati janji dan pastinya tidak mendapatkan omelan pagi dari kedua orang tuanya.

"Tumben bangun pagi," heran Papa Rilly.

Mama menatap Rilly dengan tatapan heran, "Udah rapi banget pagi-pagi gini, mau kemana?"

Rilly cemberut mendengar ucapan kedua orang tuanya, "Bagun siang salah, bangun pagi pada heran. Terus Rilly harus apa?"

"Harus pertahanin bangun paginya," ucap Papa dengan senyum yang menurut Rilly enggak banget.

Mama mendekat ke arah Rilly, menatapnya dengan tatapan curiga.
"Kamu belum jawab pertanyaan Mama."

Rilly semakin cemberut, saat menyadari kalau Mama itu tidak lupa akan pertanyaannya, "Mau lari pagi."

Kedua orang tuanya melongo mendengar jawaban Rilly. Sebenarnya, apa yang salah kalau Rilly lari pagi dan bangun pagi? Apa itu merupakan hal yang tidak wajar?

Mama mengerjapkan mata beberapa kali, "Sendirian?"

"Sama Rafa." Rilly terdiam, ia menutup mata dan merutuk ke dirinya saat keceplosan mengucapkan nama Rafa.

"Cieee udah lari pagi berduaan aja, kemajuan yang pesat bung!" ledek Papa.

Damn! Papa pasti akan meledeknya terus menerus.
"Apaan sih Pa."

"Apa yaa? Kalau udah ada kemajuan lagi jangan lupa kasih tahu kami ya." ucap Papa di akhiri dengan kedipan mata.

"Ingat umur Pa," ucap Rilly menyadarkan Papa yang sering sekali berperilaku tidak sesuai umur. Saat Rilly menyadarkan Papa, selalu saja Papa menjawab : Biar awet muda. Memang hubungan awet muda dengan kelakuan seperti itu apa?

"Pa udah deh, Rilly sama Rafa mau lari pagi 'kan bagus, bukannya malah Papa gituan!" lerai Mama Rilly saat melihat suaminya yang akan menggoda anaknya lagi.

Papa cemberut saat mendapat teguran dari Mama, Rilly benar-benar ingin tertawa saat itu namun, ia masih bisa menahannya dari pada di bilang anak durhaka. Saat kondisi seperti ini, Rilly langsung memutuskan untuk pergi karena Papa mungkin akan terus meledeknya lagi dan lagi.

Saat Rilly keluar dari rumah, Rafa sudah menunggu di depan rumah Rafa. Ia kembali bermimpi dan membayangkan, seandainya Kafka yang seperti Rafa pasti ia akan sangat-sangat senang. Mungkin, ia tidak apa-apa jika di ledek Papa seharian atau lebih, yang terpenting Kafka menunggu dan mengajaknya untuk pergi ke suatu tempat.

YuanfenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang