Twenty One

14.3K 1.3K 58
                                    

Marah itu tandanya sayang.
Sayang itu tandanya suka.
Suka itu tandanya cinta.
Seandainya semuanya semudah kata-kata ini.

Di mana ada cinta, di situ ada rasa sakit

♢♢♢

Suasana saat itu sangat riuh. Semua siswa baru saja mendapat kelompok masing-masing. Kelompok mereka terdiri dari tiga anggota yang harus berbeda organisasi. Walau mereka boleh memilih anggotanya sendiri, tetap saja riuh. Karena rata-rata dari mereka hanya berteman dalam satu organisasi saja. Jarang sekali anggota organisasi A berteman dengan organisasi B. Jarang tapi tetap saja ada.

Seperti Zizi, Rilly dan Sophia. Mereka memang terdiri dari satu organisasi yang sama, yaitu band dan penyiar. Walau begitu, mereka juga punya organisasi tersendiri. Zizi osis, Sophia PMR dan Rilly yang ikut organisasi keagamaan karena Papanya yang memaksanya untuk ikut, walau sekarang ia tidak aktif lagi disana.

Zizi melihat malas tenda yang belum mereka pasang, "Dari pada kita yang pasang, mendingan kita minta tolong orang lain aja."

Rilly ingin langsung menyetujui ucapan Zizi, kalau saja ia tidak terpikir siapa orang yang mau menolong mereka. Kafka? Tidak mungkin dia mau. Dia pasti akan mengatakan, pasang sendiri, atau nggak, semuanya sama termasuk kalian. Ya begitulah Kafka, walau mungkin hatinya ingin membantu mereka.

"Siapa yang mau nolongin kita?" tanya Sophia yang sepertinya sependapat dengan Rilly.

Zizi menatap lurus ke arah depan, membuat Sophia dan Rilly mengikuti pandangannya. Disana ada, Aldi, Ardan dan Rafa.

"Kakak yang minta ke mereka?" tanya Rilly, sebenarnya ia sudah bisa menebak jawabannya.

Zizi menggeleng cepat, "Kalau disana nggak ada manusia laknat itu, pasti gue mau. Sayangnya, disana ada manusia laknat itu."

Rilly dan Sophia kompak menggeleng saat mendengar ucapan Zizi. Entah sampai kapan hubungan Ardan dan Zizi akan seperti itu. Hubungan mereka masih saja abu-abu, tidak jelas. Yang satu masih mempertahankan egonya dan yang satu lagi, masih saja bersikap sama seperti dulu.

"Phia," panggil Zizi lembut, ia menatap Sophia dengan tatapan merayu, "kalau lo yang minta, pastinya Aldi bakalan langsung iyain tanpa kasih alasan."

"Kalau kakak yang kesitu, Ardan juga bakalan langsung iyain." Rilly tersenyum tidak bersalah saat Zizi menatapnya dengan tatapan tidak suka.

"Lo juga sama, Rafa bakalan iyain langsung," ketus Zizi.

Sophia memutar bola matanya malas, "Ya udah sih, kita bertiga aja kesana. Kalau nggak mau bertiga, mendingan kita yang pasang."

"Deal! Kita bertiga kesana, ayo!" seru Zizi.

"Kalau ayo, kenapa malah berdiri aja?" heran Rilly.

Lagi-lagi Sophia harus bersikap sabar dengan kedua perempuan di hadapannya ini. Dari pada lama, lebih baik ia menarik mereka. Dengan kekuatan yang ada, Sophia berdiri di antara mereka berdua dan langsung menarik tangan mereka. Mereka berdua nyusahin.

"Lo yang ngomong ya," bisik Zizi saat mereka sudah hampir sampai.

Sophia melirik Rilly dan Rilly menggeleng. Dengan terpaksa, ia harus mengalah demi cepatnya terselesaikan hal ini.
"Hai semua, kami bertiga mau minta tolong nih."

Aldi dengan sigap langsung menjawab sapaan Sophia, "Hai Phia, mau minta tolong apa?"

"Kami mau minta tolong itu.... pasangin tenda kami," jawab Rilly bukan Sophia.

YuanfenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang