Twenty Seven

13.3K 1.3K 121
                                    


Aku akan menjagamu seperti aku menjaga diriku, bahkan bisa lebih. Aku akan mengorbankan hidupku hanya untukmu. Apapun itu akan kulakukan agar kamu aman dan bahagia.

When I met you, everything changes.

Sesungguhnya, kamu tidak bisa menghindari seseorang yang kamu sayangi.

♢♢♢

Rilly menatap langit-langit malam yang cerah itu dengan tatapan sendunya. Ia merasakan rasa sedih dan juga bimbang tapi rasa senang juga ada didalam dirinya.

Ia mencoba untuk melupakan kejadian sewaktu makan malam tadi. Tapi otaknya tidak mengizinkan itu dan hatinya terus meronta untuk melupakan apa yang sudah ia rasakan. Ia hanya ingin bahagia.

Rilly beranjak dari tempat duduknya. Ia memilih masuk ke dalam rumah dari pada terkena omelan kedua orang tuanya. Belum lagi, tadi saat Kafka selesai mengucapkan kata-katanya itu, ia langsung pergi ke rumah. Ia sudah tidak tahan berada ditempat itu, jadi ia memutuskan untuk pulang dan menenangkan dirinya.

Ditaman ini juga terlalu banyak memori yang tersimpan tentang ia dan Kafka. Dulu Kafka dan Rilly sering bersama disana.

Rilly meraih HPnya yang berada dimeja makan. Sebelumnya, ia meninggalkan HPnya begitu saja. Berapa kali panggilan tidak terjawab dari Papa dan pesan dari Mama, Tante Eva juga Shilla. Itu beberapa menit yang lalu, sebelum mereka pulang. Saat Papa dan Mama pulang, mereka tidak bertanya apapun lagi dan memakluminya.

Orang tua yang pengertian.

Rilly menghela napasnya saat ia melihat layar depannya, foto ia dan Kafka, "Seandainya gue nggak samar-samar ingat, mungkin gue bakalan senang banget tadi."

"Ingat apa?"

Sontak Rilly mengangkat kepalanya, ia menyengir saat melihat Mama sudah ada didepannya. "Ingat kalau Rilly besok harus ke butik buat cari baju lomba."

Mama menaikkan satu alisnya, "Kamu bohong."

Rilly memeluk Mamanya sekilas, "Rilly tidur dulu ya!!! Malam Ma!!"

"Dia sudah ingat," lirih Lily saat melihat anaknya itu berlari menaiki tangga rumah, tatapannya berubah menjadi tatapan sedih, "sebentar lagi semuanya bakalan terbongkar."

Rilly mencoba mengatur napasnya, ia benar-benar takut kalau tadi Mama menanyakannya lebih lanjut. Ia tidak pernah berbohong didepan kedua orang tuanya, makanya itu ia takut. Ia takut kalau nanti ingatannya akan hilang lagi.

"Sumpah ya!!! Tadi kelihatan banget bohongnya!! Alasan apa itu?!! Rilly!!! Kenapa bego banget sih?!!!"

Rilly membuka HPnya lagi, jarinya dengan lincah memainkan HPnya. Ia mengganti foto layar depannya mengganti foto lain selain fotonya dengan Kafka. Ia bertekad untuk mencari tahu segalanya sendirian terlebih dahulu dan sejenak untuk biasa saja ke Kafka. Walau ia yakin itu tidak akan berjalan mulus, apalagi mengenai perasaannya.

Rilly menghempaskan badannya ke kasur. Memejamkan matanya, "Kenapa kalian harus nyembunyiin semuanya? Apa salahnya kalau gue ingat masa lalu? Kenapa lo takut gue ingat semuanya, Kaf?"

♢♢♢

Paginya, Rilly langsung mandi dan bersiap untuk pergi. Setidaknya, jika Mama melihat kalau ia benar-benar pergi maka ia tidak terlalu kelihatan berbohong. Lagi pula, ini hari minggu.

"Kamu mau kemana?" heran Ricky.

Rilly tersenyum lebar, "Mau nyari baju buat lomba, Pa."

Ricky mengerutkan keningnya, "Sendirian?"

YuanfenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang