Fourty Four

13.2K 1.5K 669
                                    

"Aku berusaha bangkit seperti yang kamu katakan dan kamu inginkan. Aku berusaha menjadi diri aku yang dulu lagi. Semuanya terasa sulit karena aku merindukanmu."
- Caroline Rilly Matthew

Cinta itu kesetiaan yang mutlak. Orang-orang memudar, wajah memudar, tapi kesetiaan tidak akan pernah pudar.

Tidak ada kesenangan, tidak ada pula ekspresi, yang ada hanyalah sebuah ilusi yang seharusnya kita lakukan tetapi tidak dilakukan.

Merelakan adalah hal yang paling sulit untuk dilakukan.

I'm the girl that's trying to be happy again, but can't because everything is so broken. She doesn't know where to start

♢♢♢♢

Musim gugur.

Ketika menginjakkan kaki di Korea Selatan, yang terlintas di otak Rilly adalah musimnya. Dimana disini sedang terjadi musim gugur dan cuaca di luar cukup bagus. Belum lagi dengan pemandangan yang tersaji disekitarnya. Seharusnya membuat perasaan Rilly senang, seharusnya, jika ia tidak teringat dengan hal-hal kelam dihidupnya. Dengan semua yang telah terjadi dengan dirinya.

"Rill," Rilly tersentak dari lamunan karena terkejut dengan panggilan tiba-tiba dari Ardan, "Lo mulai ngelamun lagi. Jangan sedih lagi, okey?"

Suara Ardan terdengar lemah saat mengatakan itu. Rilly hanya mampu tersenyum tipis, "Di usahakan."

Zizi yang berada disamping Rilly segera merangkulnya, "Lo pasti bisa! Kalau lo nggak sedih lagi, dia pasti senang."

Sophia mengangguk setuju, "Bukannya dia senang ngelihat lo senyum? Jadi, apa salahnya kalau lo juga senang dan lupain kesedihan itu?"

Dia memang menyukainya, apalagi kalau ia tersenyum untuknya. Rilly sudah berusaha untuk merasakan perasaan senang itu. Namun, hatinya sudah terasa tidak berwarna lagi.
"Gue lagi berusaha. Makasih ya semuanya."

"Guys, mendingan kita cepat ke hotel buat ngeletakin barang-barang kita," Aldi melihat mereka satu persatu, ia tersenyum, "setelah itu, kita bisa jalan-jalan. Masih banyak waktu yang tersisa. Kita juga harus refreshing biar nggak stres sebelum lomba."

"Ide bagus." Rafa menyetujuinya begitu juga yang lainnya, sedangkan Rilly hanya mengikuti mereka.

Satu hal yang Rilly inginkan kali ini, yaitu tidak menangis lagi dalam berbagai macam situasi. Ia sudah terlalu sering menangis tanpa mengenal tempat dan hanya satu alasan itu yang bisa membuatnya menangis. Kali ini aja, Rilly mengingkan dirinya tidak menangis walau ia mengingat alasan itu. Biarkan ia mengingat saja karena Rilly tidak mungkin melupakannya.

Saat mereka didalam bus, Rilly mengambil HP kepunyaannya dan HP dia. Ia mulai mencoba menjadi gila lagi untuk menghibur dirinya sendiri. Ia tidak tahu harus melakukan apa, hanya ini yang terlintas dipikirannya.

Rilly : Aku udah sampai di Korea loh😊😊

Kaf😈 : Jangan lupa pakai jaket.

Rilly langsung menutup HP dia setelah membalas pesan darinya. Ia menyimpan HP dia dan mencoba mengalihkan perhatiannya dari hal gila yang baru ia kerjakan. Ia tidak mau menangis lagi, sudah cukup saat ini. Jangan menangis dan mengacaukan mereka.

Susah. Karena ketika Rilly melihat pemandangan diluar jendela, air matanya mulai menetes perlahan. Disana banyak orang yang berlalu lalang. Pemandangan yang ia lihat sangat indah. Banyak tempat yang seharusnya bisa membuat ia penasaran. Mungkin itu semua akan ia rasakan, jika ia tidak dalam kondisi seperti ini. Sekarang, ia malah menangis ketika melihat itu semua. Menangis dalam diam agar mereka tetap bahagia dan tidak mengkhawatirkannya.

YuanfenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang