Jika aku mengatakan aku mencintaimu, apakah kamu akan mencintaiku balik?
Sometimes your heart needs more time to accept what your mind already knows.
♢♢♢
Satu minggu sudah berlalu semenjak rencana itu terbentuk. Sejauh ini, semuanya masih terlihat sesuai dengan rencana mereka. Rilly dan Rafa pun belum tahu tentang rencana ini. Mereka cuman tahu, kalau mereka berdua ikut andil dalam lomba yang akan datang.
Seperti sekarang ini, Rilly hanya tahu mereka sedang latihan persiapan untuk lomba bukan semata-mata untuk membuat Kafka cemburu atau hal lainnya.
"Coba lo masukin kunci C, mungkin cocok," ucap Rafa yang masih fokus dengan gitarnya.
Rilly mengikuti ucapan, namun hasil yang di dapatkan tidak sesuai dengan ucapan Rafa. "Cari lagu lain aja atau kita cari aja kunci lagunya di google."
Rafa mendongakan kepalanya, baru kali ini ia melihat Rilly yang cepat menyerah.
"Tumben banget lo gini."Rilly semakin cemberut, "Gue takut aja kalau harapan mereka nggak akan tercapai, apalagi gue udah lama nggak ikut lomba nyanyi."
Rafa menghela napasnya mendengar ucapan Rilly. Ia meletakkan gitar yang dari tadi di pegangnya, lalu mengelus pipi Rilly pelan. "Lihat gue." Rilly mengikuti ucapan Rafa, "Kita disini sama-sama berusaha, mau berhasil atau nggak itu urusan nanti. Menang atau kalah itu lah namanya perlombaan. Yang sekarang kita harus lakuin itu adalah berusaha."
Rilly menghembuskan napas panjang, "Gue udah berusaha, tapi rasanya ya gitu deh."
Rafa mengulaa senyum manisnya, "Kalau lo berusaha tapi nggak dari hati lo, semuanya bakalan percuma. Lo nggak ingat sesuatu?"
Rilly mengerutkan keningnya, "Ingat apa?"
Rafa meletakkan tangan Rilly ke gitarnya kembali, "Kalau main musik itu juga harus pakai hati dan kita harus mencintai musik itu. Bukannya lo suka sama gitar? Seharusnya, lo bisa senang banget saat lo bisa berlama-lama dengan gitar."
Rilly terdiam mendengar ucapan Rafa. Itu ucapannya dulu sekali, ia pernah mengatakan hal itu ke Rafa dan Rafa masih mengingatnya. "Raf."
Rafa menatap lurus ke dalam mata Rilly, kali ini Rafa kembali tersenyum dan senyuman itu membuat sesuatu perasaan aneh muncul di tubuh Rilly.
"Cintai apa yang lo lakukan, maka semuanya bakalan lebih indah. Jadikan musik bagian dari hidup lo, maka semuanya akan terasa jauh lebih mudah dan mengasyikan.""Raf," panggil Rilly lagi, kali ini ia seperti tidak bisa menahan perasaan aneh itu. "Lo masih ingat semuanya?"
Bukannya menjawab, Rafa malah bertanya balik, "Gimana gue bisa lupa akan sesuatu yang menurut gue penting dan berharga?"
Rilly menatap Rafa tidak percaya, "Semuanya?"
"Hai, kenalin nama aku Rilly. Aku udah cukup lama les disini, mungkin bisa bantu kamu kalau ada sesuatu yang susah," ucap Rafa yang tidak menjawab pertanyaan Rilly. "Kalau kamu kesini bukan karena hati kamu, ya percuma aja. Karena kalau hati kamu aja nolak, gimana diri kamu?"
Rilly tersenyum mendengar ucapan Rafa, ia terharu karena Rafa masih mengingat pertemuan pertama mereka.
"Makasih Raf karena udah anggap pertemuan kita penting dan berharga."Rafa mengangguk, "Pertemuan kita itu selalu penting dan berharga bagi gue," dan gue juga harap lo mikir gitu, sambung Rafa dalam hatinya.
Seandainya, Kafka juga menganggap setiap pertemuan mereka berharga dan penting. Rilly tersenyum lebar, "Gue jadi semangat lagi latihannya, btw mereka semua kemana ya?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Yuanfen
Novela JuvenilMenurut kalian, apa pengertian bodoh? Apa bodoh itu orang yang tidak bisa memahami pelajaran sekolah yang sulit? Menurut Rilly bukan itu, karena tidak semua orang punya kemampuan yang sama. Menurut Rilly, bodoh itu dia. Dia yang bodoh karena tida...