Prolog

63.4K 3.3K 146
                                    

Dalam Cinta, tak ada yang kalah atau menang, tak ada pula yang akan dihukum, karena semua merasakan penderitaan sesuai dengan konsekuensinya masing-masing.

♢♢♢♢

Rilly menatap seseorang yang sedang sibuk bermain basket di lapangan. Laki-laki itu bermain sendirian namun, ia sama sekali tidak risih. Mata Rilly menatap laki-laki itu dengan tatapan sendunya. Di pikiran Rilly, terlalu banyak hal yang ia pikirkan.

Rilly melangkah 'kan kakinya perlahan mendekati laki-laki itu. Ia meyakinkan hatinya untuk menanyakan hal yang sudah ditahannya sejak dulu. Rilly mencoba membuang rasa malunya. Ia pasrah dan menerima apapun efek dari pertanyaan yang akan ia tanya.

"Kafka," Kafka yang sedang sibuk bermain basket menghentikan permainannya karena panggilan Rilly lalu, ia melihat Rilly dengan tanda tanya. "Kapan lo mau ngelihat gue?"

Kafka masih diam, ia melihat Rilly tidak mengerti. Kafka menaikkan satu alisnya. "Maksud lo apa? Gue udah ngelihat lo bukan?"

Bukan, Kafka bukan seseorang yang seperti kalian pikirkan. Kafka bukan seseorang yang mempunyai banyak pacar lalu, ia sama sekali tidak melihat Rilly. Dia bukan orang seperti itu.

Kafka hanyalah seseorang yang kadang bisa baik tapi dingin. Dia adalah seseorang yang entah sejak kapan Rilly sukai. Dia juga bukan seperti laki-laki dalam kebanyakan cerita, yang ketika kecil dan besarnya berbeda. Dari dulu, dia tetap seperti itu.

Pengertian, perhatian, antara peka dan tidak peka, ramah, peduli, tegas dan anehnya, dia terkadang dingin, terkadang juga tidak.

Satu hal kekurangannya, dia sama sekali tak mengerti tentang yang namanya cinta. Kafka hanya sangat bodoh, jika mengenai yang namanya cinta.

Apakah kekuatan cinta dan waktu dapat menyatukan mereka?

♢♢♢♢


29 Oktober 2016

YuanfenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang