Three

24.4K 1.9K 60
                                    

Seberapun sulitnya, dia akan tetap berusaha. Sebarapun kuatnya dinding itu, dia tetap akan menghancurkan dinding itu. Inilah yang dinamakan cinta. Cinta bisa membuat kita buta dan gila.

Cinta adalah sebuah objek yang seperti obsesi. Setiap orang menginginkannya dan mencarinya namun sedikit orang yang mendapatkannya.

♢♢♢♢

From : Aldi

Kaf, lo bisa ke rumah gue sekarang? Ada yg mau gue omongin sama lo

Kafka meletakkan handphone-nya lalu, ia melihat sekilas ke jendela. Suasana pagi masih terasa, walau jam sudah menunjukkan pukul sepuluh. Mungkin kalau ia keluar sekarang, ia tidak akan pulang malam seperti biasanya. Ia juga tidak tahu kenapa, tiba-tiba saja ia malas keluar dan pulang malam.

Kafka mengambil kaos yang ada di lemari. Lalu ia mengambil kunci mobil dan dengan malas, Kafka berjalan keluar dari kamar. Kafka melihat kedua orang tuanya yang sedang mengobrol di ruang tengah dan Shilla -adiknya- yang masuk ke rumah dari halaman belakang. Shilla mengendong kucing kesayangannya, dia mengelus bulu-bulu lebat kucing itu.

"Bang Kafka," panggil Shilla saat Kafka sudah dekat dengannya, Kafka melihat Shilla dengan pandangan tanya. "Mau kemana?"

"Pergi."

Shilla memutar bola matanya, "Semua orang tahu kalau Bang Kafka mau pergi, termasuk Shilla. Yang Shilla tanya itu, Bang Kafka mau kemana dan itu maksudnya, tujuan Bang Kafka pergi."

Kafka melihat adiknya dengan heran, tumben sekali Shilla bertanya-tanya seperti ini. "Ke rumah Aldi, kenapa?"

Shila ber-oh mendengar jawaban Kafka, lalu Shilla menatap Kafka dengan tatapan meneliti. "Bang Kafka nggak lupakan, kalau hari ini ada acara di rumah Kak Rilly?"

Kafka mengerutkan keningnya, "Acara?"

"Tuh kan! Pasti Bang Kafka lupa!" keluh Shilla.

Kafka menatap Shilla dengan bingung, ia benar-benar lupa tentang itu. "Acara?"

Shilla menghela napasnya, "Orang tuanya Kak Rilly ngadain acara pembukaan toko kue dan itu acaranya nanti sore, jam empat."

Kafka mengangguk paham, "Diusahain."

"Awas aja kalau nggak!" sinis Shilla membuat Kafka tambah tidak mengerti dengan Shilla. "Kalau Bang Kafka nggak datang kan nggak gimana gitu, ada kurangnya aja."

"Iya, di usahain datang. Abang pergi dulu," ucap Kafka berlalu.

Shilla hanya mengangguk dan bergumam. Ia terkadang terlalu malas kalau sudah melihat sifat tidak peka abangnya itu. Shilla ingin tidak peduli dengan itu semua, namun Shilla kasihan dan takut. Jika sifat tidak peka abangnya itu, bisa membuat abangnya tidak akan mempunyai pasangan nantinya. Ia menghela napasnya dan melanjutkan aktifitasnya yaitu bermain dengan kucing.

Kafka berjalan ke arah kedua orang tuanya terlebih dahulu. Ia bermaksud untuk berpamitan dan meminta izin untuk keluar. Walau bagaimanapun, ia adalah tanggung jawab orang tuanya. Kafka juga tidak menginginkan kedua orang tuanya cemas, jika ia sedang berada di luar rumah.

"Pa, Ma, Kafka mau ke rumah Aldi," pamit Kafka.

"Sampai jam berapa?" tanya Papanya Kafka.

"Nggak tau Pa, kenapa?" tanya Kafka bingung.

"Kamu nggak ingat kalau hari ini, Om Ricky sama Tante Lily lagi ngadain acara. Kan nggak enak sama mereka kalau kamu nggak datang," ucap Mamanya Kafka.

YuanfenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang