Thirty Four

12.6K 1.2K 89
                                    

Ketika ia ragu dengan pilihannya sekarang, ia pasti mengingat semua rasa sakit yang sudah diberikannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ketika ia ragu dengan pilihannya sekarang, ia pasti mengingat semua rasa sakit yang sudah diberikannya.

Sesungguhnya, selama ini ia tidak tahu kenapa ini disebut patah hati, karena baginya, ia merasakan sakit diseluruh tubuhnya bukan hanya dihatinya.

Apa ia bisa menerima kenyataan mengenai masa lalunya? Bagaimana bisa dia bersikap baik-baik saja setelah semua yang terjadi dulu?

  ♢♢♢♢  

Suasana malam itu berbeda dari suasana malam-malam sebelumnya. Malam ini menjadi malam yang kelam kedua bagi keluarganya. Setelah malam waktu itu, keluarganya selalu baik-baik saja. Keluarganya selalu merasakan kebahagiaan walau sering kali mereka bertengkar. Dan malam ini berbeda dari malam lainnya. Mungkin saja, malam ini menjadi awal yang baru bagi keluarganya.

"Papa pulang!"

Rilly memejamkan mata sesaat saat mendengar suara Papa yang memenuhi rumah mereka. Sebentar lagi, suasana disekitar mereka akan berubah menjadi suasana seperti yang sedang hatinya rasakan. Sakit, marah, kesal dan lainnya. Ia ingin menangis tapi tidak bisa. Dadanya terasa sesak menahan tangis itu tetap saja matanya tidak bisa mengeluarkan air mata. Air matanya seakan sudah kering.

"Pa, makan dulu yuk," ajak Mama.

Suara Mama terdengar sangat pelan dari biasanya. Suara itu seakan menyiratkan bahwa pemiliknya sedang terpukul, terguncang, syok, terkejut dan sedih. Mata Mama terlihat seakan ia sangat letih padahal tidak, ia hanya bingung harus bagaimana. Ia bingung memilih kata untuk menjelaskan situasi yang terjadi sekarang.

Papa mengangguk, ia duduk ditempat biasanya, menatap Rilly masih dengan senyumnya, "Tadi Papa ketemu teman Papa yang biasanya kamu temui, dia bilang kalau dia kangen ngelihat kamu. Kamu besok pulang sekolah ke rumah sakit ya, nanti Papa bilang Kaf....."

"Nggak!" Rilly mengangkat kepala, ia menatap Papa dengan mata yang sudah merah,"Rilly nggak mau temui dia, lagi."

"Kenapa?" Kening Papa mengerut, "dia mau ketemu sama kamu, sambil nanya beberapa hal ke kamu."

Oh, ternyata Papa belum sadar akan situasi yang terjadi sekarang.
"Jangan paksa Rilly!"

"Senggaknya kamu datang ke rumah sakit. Mau nggak mau kamu harus datang," paksa Papa.

Rilly meletakkan sendoknya, "Rilly udah kenyang."

Tangan Mama menyentuh pergelangan tangan Papa saat Papa ingin berdiri. Mama menggeleng, "Dia udah ingat."

Rilly masih bisa mendengar percakapan mereka walau hanya samar-samar. Ia menghela napas, rasanya baru beberapa detik yang lalu ia melihat Mama yang ingin pingsan, saat melihatnya membuka dokumen itu. Sekarang, ia akan menghadapi Papa dan ia tidak tahu bagaimana respon yang akan diberikan Papa.

YuanfenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang