Twenty Two

13.6K 1.5K 271
                                    

If you love somebody there is no need to hide. Don't hesitate to tell him how much you love him and all the feelings you have for him. So here I am to let you know that "I love you" and I don't want to let you go.

♢♢♢

"Ini aja bagus."

"Yang ini keren."

"Ihh ini yang bagus."

Mereka berlima sedang mendiskusikan tentang nama band. Setelah penampilan mereka berakhir, banyak penonton yang memberikan saran. Mereka sama sekali tidak menyangka, jika yang hadir saat ini banyak yang peduli dengan band mereka.

Rafa memberikan satu kertas yang tentu saja ada tulisannya. Dari tadi, ia hanya diam dan memperhatikan mereka berempat yang sibuk memilih nama juga berdebat. Ketika ia menemukan kertas yang bertuliskan sesuatu yang unik, ia tertarik memberikan saran.

"Yuanfen," baca Zizi.

"Yuanfen adalah bahasa cina yag berarti kekuatan yang menyatukan," baca Rilly yang ada disamping Zizi.

"Keren," puji Aldi.

"Kayaknya cocok deh buat kita semua, kata-katanya seakan menggambarkan kita," ucap Sophia.

"Gue setuju!" seru Aldi, sebenarnya apa yang disarankan oleh Sophia, ia pasti akan setuju.

"Gue juga setuju." Rilly menyetujui.

"Gue juga, keren namanya!!!" heboh Zizi.

Aldi melirik Rafa yang hanya diam, "Lo pintar juga cari namanya."

"Hanya kebetulan," tanggap Rafa.

"Setelah merapatkan dan mendebatkan, terpilihlah nama grup kita yaitu Yuanfen!!!"

Mereka saling tersenyum satu sama lain. Di dalam hati mereka, mereka yakin bahwa mereka akan terus bersama dan meraih tujuan mereka. Sebuah keyakinan yang tiba-tiba saja muncul malam itu.

♢♢♢


Langit masih biru kelabu, sinar matahari belum terlihat sama sekali untuk menyinari hari ini. Hawa dingin pagi hari yang menusuk kulit membuat perempuan itu bergetar beberapa kali. Perempuan itu sedikit menggigil walau ia sudah mengenakan jaket tebal, membuatnya memeluk tubuhnya sendiri.

"Rilly!"

Rilly menghentikan langkahnya ketika mendengar namanya di panggil. Matanya yang masih belum terbuka terlalu lebar berkedip beberapa kali, "Kafka?"

"Kemana?"

Rilly menunjuk jalanan di depannya, "Mau lari pagi, kenapa Kaf?"

"Sendirian?"

Rilly mengangguk cepat, "Emang kenapa sih Kaf?"

"Dingin."

"Iya gue tahu kalau dingin, terus?"

"Nggak baik buat lo."

Rilly cemberut, "Tapi Kaf, gue mau lihat pemandangan sekitar sekaligus mau olahraga. Gue juga pakai jaket kok, apa perlu gue pakai dua jaket?"

Kafka menghela napasnya, "Ayo."

Kening Rilly mengernyit, "Ayo kemana?"

"Kehati lo."

Mata Rilly sukses langsung melebar mendengar jawaban Kafka. Dari yang sebelumnya masih mengantuk, menjadi tidak mengantuk lagi. Sekarang kesadarannya sudah benar-benar penuh.

"Eh?! Lo bilang apa?" tanya Rilly memastikan kalau pendengarannya tidak salah.

Kafka menoleh ke arahnya, ia mengulas senyum tipis. Tangannya mengelus puncak kepala Rilly dan beralih merangkul pundak Rilly, "Gue temani."

YuanfenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang