Thirty Six

13.7K 1.3K 110
                                    

"Percayalah, aku tidak pernah membencimu. Aku hanya tidak suka kamu bersikap seperti itu karena rasa bersalahmu, karena yang ku inginkan adalah ketulusanmu."
- Caroline Rilly Matthew

"Yakinlah, aku selalu menunggu kamu untuk ingat masa lalu kita. Walau aku takut kamu pergi dari sisiku setelah mengingat itu tetap saja hati ini menginginkan kamu mengingat semuanya. Agar kamu bisa ingat masa bahagia kita dan aku tidak sendirian lagi mengingat semua itu."
- Kafka Alta Legnard

♢♢♢

Ketika ia berhenti berjuang padahal ia belum memulainya, maka ia sama saja dengan sampah.

Semua laki-laki itu bisa menjadi penjahat, penjahat cinta.

Hati ini bisa saja berubah haluan ketika dia sedang merasa bimbang dan sangat sakit.

♢♢♢


Hari ini, mereka semua berkumpul di bandara untuk menjemput Ardan. Ardan, dia mampu membawa piala kemenangan. Kabar baik itu sudah di denger mereka sejak kemarin. Maka itu, mereka ingin menyambut Ardan dengan hal yang berbeda. Menjemputnya bersama-sama. Oh ya, ralat. Bukan mereka semua karena ada satu orang yang tidak ikut menjemput Ardan.

"ZIZI!" Nama Zizi lah yang pertama Ardan sebut saat ia keluar dari bandara, ia langsung memeluk Zizi, tidak mempedulikan orang lain, "Gue kira, lo nggak bakalan datang."

Zizi menepuk pundak Ardan cukup kuat, membuat Ardan melepaskan pelukannya.
"Ini tempat umum, malu tahu!! Punya rasa malu, 'kan?" Ardan mengangguk seperti seseorang yang sedang berhadapan dengan guru yang kejam, "Gue kesini karena gue mau nepati janji."

Mata Ardan langsung melebar, ada secercah harapan di tatapan Ardan.
"Apa? Lo mau jawab apa?"

Zizi berdecak, "Gue udah datang kesini, berarti tandanya apa?" Zizi cemberut ketika melihat kening Ardan mengerut, ia mencubit lengan Ardan sebelum menjawab, "tandanya gue nerima lo lagi!!"

Mulut Ardan menganga mendengar ucapan Zizi, "Serius?! Lo nggak bohong?! Gue nggak mimpi?"

Bukannya menjawab, Zizi malah memutar badan Ardan agar Ardan bisa melihat sahabatnya.
"Sapa juga teman lo, mereka juga datang kesini. Jangan cuman gue yang disapa!"

Baru saja satu langkah ia melangkah,kakinya ini seakan sudah tidak berniat untuk melanjutkan langkahnya. Ia menghitung jumlah orang yang datang menjemputnya beberapa kali, keningnya mengernyit. Ia terdiam ditempat, mencoba menghitung lagi dan mengurungkan niatnya untuk memeluk atau pun sekedar bersalaman dengan mereka semua. "Kafka mana?! Kenapa Kafka nggak datang?!!"

Aldi berdeham ketika semua orang yang berada didekatnya diam begitu saja, "Dia nggak ada kabar, Dan."

Mata Ardan mengecil, jelas sekali kalau Aldi berbohong. Orang Kafka baru saja beberapa jam yang lalu muncul di grup line. Maka dari itu, ia melihat ke arah Rilly yang pastinya tahu dimana Kafka. "Kafka mana, Rill? Tumben banget dia nggak datang? Dia udah lupa sama gue?"

Yang ditanya hanya mengangkat kedua bahunya, kelihatan sekali kalau Rilly tidak peduli dengan pertanyaan Ardan.

Ardan melongo, ada sesuatu yang ia lewatkan dan sesuatu itu sangat besar. Ia hanya seminggu tidak bersama mereka dan ada sesuatu yang besar terjadi!!! Ini bukan berlebihan karena kalau tidak ada yang terjadi atau pun yang terjadi itu cuman hal kecil, Kafka pasti datang menjemput dan meluangkan waktu yang Kafka punya walau dia sangat sibuk. Dari dulu sampai sekarang, mungkin. Kafka dan Aldi itu tipe yang setia dengan persahabatan. Mereka berdua adalah orang yang berjasa dalam hidup Ardan. Mereka lah yang selalu menyemangatinya dan selalu datang pertama ketika ia pulang dengan kekalahan atau pun kemenangan. Makanya ia bisa menyimpulkan, kalau ada kejadian besar selama ia pergi.

YuanfenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang