Melangkah memasuki apartement nya, Kendall langsung saja melepaskan sepatunya dan meletakkannya secara asal. Dia juga mulai melemparkan tasnya ke atas sofa dan juga mulai merebahkan tubuhnya di sana. Menghela nafasnya cukup panjang, dia mulai menoleh ke arah jam dinding yang saat ini sudah menunjukkan pukul sembilan malam.
"Benar-benar hari yang melelahkan."
Menatap ke arah langit-langit apartement nya selama sesaat, Kendall pun mulai bangkit dari posisi tidurnya seraya mengambil tasnya, dan segera melangkah menuju kamarnya. Kembali melemparkan tasnya ke atas tempat tidur, setelah itu dia mulai melangkah menuju meja riasnya untuk membersihkan wajahnya dari makeup. Setelah selesai, dia langsung membuang kapas yang tadi dia gunakan ke tempat sampah yang berada di samping meja riasnya.
Bangkit dari duduknya, Kendall mulai melangkah menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya yang sudah terasa sangat lengket itu. Dua puluh menit berlalu, Kendall mulai keluar dari kamar mandi dengan handuk kimono yang berada di tubuhnya. Kembali melangkah menuju meja riasnya, Kendall mulai mengoleskan sebuah krim khusus untuk wajahnya.
Drrtt....drrtt...drrtt....
Mendengar adanya suara getaran dari ponselnya, membuat Kendall segera bangkit dan mulai mengambil ponselnya yang masih berada di dalam tasnya. Melihat ada panggilan masuk dari Gigi, dia pun segera mengangkatnya.
"Halo Gigi?"
"Halo Kendall, kau sudah berada di apartement mu?"
"Ya, memangnya kenapa?" Tanya Kendall, seraya mulai melangkah menuju lemari pakaiannya.
"Aku sedang berada di jalan menuju apartement mu, dan sebentar lagi aku hampir sampai."
"Oh, baiklah. Tapi aku tidak punya banyak makanan." Ucapnya lagi, seraya mulai mengambil kaos oblong yang sedikit kebesaran dan juga celana pendek miliknya.
"Kau tidak perlu khawatir, aku sudah membawa banyak makanan untuk kita berdua." Ucapnya, yang diakhiri dengan sedikit kekehan.
"Baiklah kalau begitu."
"Ya sudah, aku sudah memasuki area apartement mu. Bye Kendall."
"Bye Gigi." Kembali meletakkan ponselnya ke atas tempat tidurnya, Kendall mulai melepas handuk kimononya itu dan mulai mengenakan kaos dan juga celana yang tadi dia ambil. Setelah itu dia mulai melangkah keluar dari kamarnya, untuk mengambil minum sekaligus menunggu Gigi.
**
"Jadi, klien baru mu adalah pria yang waktu itu berada di club malam dan dia adalah Mr. Styles CEO dari Styles inc?" Ucap Gigi dengan nada sedikit tidak percaya, dan Kendall tampak menganggukkan kepalanya itu seraya menenggak sekaleng coke yang berada di tangannya. "Itu bagus, Kendall. Klien baru mu adalah seorang pengusaha kaya raya dan juga tampan." Lanjut Gigi lagi, dan kali ini Kendall tampak sedikit memutar matanya itu.
"Gigi, kau tidak tau betapa arogan sikapnya itu."
"Ya, mungkin itu hanya sikapnya saja. Siapa tau dia memiliki hati yang baik?"
"Tapi tetap saja sikapnya itu sungguh sangat menyebalkan. Dan kau sama saja seperti Ibu ku." Ucap Kendall dengan sedikit nada kesal. Dan Gigi pun tampak sedikit terkekeh, yang setelah itu dia mulai menenggak sekaleng coke miliknya.
"Tapi, kenapa bisa kau tidak mengenali wajahnya ketika melihat dirinya waktu itu? Padahal dia adalah klienmu."
"Karena waktu itu dia hanya menghubungiku lewat telfon, atau lebih tepatnya sekretarisnya yang menghubungiku soal pesanannya itu. Dan siang ini adalah pertamakalinya aku bertemu dan bertatap muka dengan dia secara langsung."
KAMU SEDANG MEMBACA
Only You
FanfictionBisa bertemu dengan seorang pria seperti Harry adalah suatu hal yang tidak diinginkan oleh Kendall. Pertemuan pertamanya dengan Harry yang tidak berkesan baik, membuat Kendall menolak mentah-mentah untuk tidak akan mau lagi bertemu dengan pria itu...