Author's POV
Mengerang ditidurnya, secara perlahan Kendall membuka matanya itu. Mengerjapkannya beberapa kali, bola matanya mulai bergerak menatap ke sekeliling kamarnya. Menghela nafasnya, dia merubah posisi tubuhnya menjadi duduk.
I love you Kendall. I will always love you. Sebenci apapun kau kepadaku, aku tau suatu hari nanti kau juga akan merasakan hal yang sama. Semua kalimat itu langsung saja terlintas dikepalanya. Dia mendengar Harry mengatakan itu dimimpinya semalam. Tapi dia merasa kalau itu bukan mimpi, karena suara Harry terdengar begitu nyata yang sampai membuat detak jantungnya berpacu lebih cepat. Mengingatnya saja kembali membuat detak jantungnya kembali berdegup lebih cepat saat ini.
Kembali menghela nafasnya, Kendall berusaha untuk menenangkan dirinya dari perasaan yang dia rasakan. Setelah merasa sedikit lebih tenang, dia memilih untuk pergi ke dapur untuk mengambil minuman, untuk membasahi tenggorokkannya yang kering.
Memasuki dapur, Kendall langsung mengambil sebotol air mineral dari dalam lemari pendingin. Menenggak isinya, dia pun berjalan menuju meja makan. Sampai tepat di meja makan matanya mulai menatap ke arah halaman belakang rumahnya dari balik pintu kaca sambil menghela nafasnya cukup panjang. Kembali menenggak air dari botol yang ada di tangannya, secara tiba-tiba pandangannya langsung terkunci pada satu objek.
The shirtless Harry Styles. Harry dengan hanya menggunakan celana pendek hitam, sepatu olah raga, dan sebuah bandana berwarna merah yang melingkar dikepalanya, sedang mengangkat barbel yang ada dikedua tangannya secara bergantian.
"Aku baru tau dia masih punya tato lain ditubuhnya selain ditangannya. Dan liat otot bisepnya yang berkontraksi setiap kali lengannya membentuk sudut empat puluh llima derajata ketika dia mengangkat barbel." Ucap Kendall dalam hati. Dan sejak tadi matanya itu tidak bisa berkedip, mulutnya pun tidak bisa menenggak air yang sedang dia minum. Bahkan detak jantungnya yang tadi sudah berpacu normal, sekarang kembali berpacu lebih cepat. Tubuhnya juga tidak bisa diajak untuk bergerak.
"Kendall, ada apa dengan dirimu saat ini? Sadarlah!" Batinnya berseru, berusaha untuk menyadarkannya. Tapi tetap saja dia masih terkunci di posisinya.
Sampai akhirnya Harry yang menyadari sedang ditatap sejak tadi, mulai mengarahkan pandangannya ke arah Kendall. Otomatis hal itu membuat Kendall membulatkan matanya sempurna dan tersedak air yang ada di dalam mulutnya. Harry pun terkekeh dibuatnya, dan dia memutuskan untuk masuk ke dalam. Melihat Harry yang ingin melangkah masuk, membuat tubuhnya dengan cepat bergerak menuju dapur untuk menghindar.
"Kenapa kau baru bisa diajak bergerak untuk menghindar. Menyebalkan." Rutuknya kesal pada dirinya sendiri, sambil dengan cepat masuk ke dalam dapur dan berusaha untuk menyibukkan diri.
Harry yang melihat Kendall melangkah pergi, membuatnya juga ikut melangkah menuju ke arah yang sama ketika Kendall pergi tadi. Memasuki dapur, dia melihat Kendall yang sedang membuka satu per satu pintu lemari kabinet dan kelihatan sedang mencari sesuatu.
"Butuh bantuan?" Tanya nya, yang mana membuat Kendall terlonjak kaget dan berusaha untuk menenangkan dirinya sesaat sebelum membalik tubuhnya itu.
"Hmm....Harry?" Ucapnya gugup, dengan pandangan mengarah ke Harry yang kondisinya masih sama seperti tadi dan dilengkapi dengan keringat yang membanjiri tubuhnya.
"Sedang mencari sesuatu?" Tanya Harry lagi, yang saat ini sedang mengeringkan sekitar wajah dan juga lehernya dari keringat dengan handuk kecil yang ada di tangannya.
"Hmm...mangkuk. Aku sedang mencari mangkuk." Balas Kendall, masih dengan nada gugup. Dan dia memilih untuk segera mengalihkan pandangannya.
"Kau lupa? Mangkuk dan piring ada di kabinet nomor satu dari sebelah kiri."
KAMU SEDANG MEMBACA
Only You
FanfictionBisa bertemu dengan seorang pria seperti Harry adalah suatu hal yang tidak diinginkan oleh Kendall. Pertemuan pertamanya dengan Harry yang tidak berkesan baik, membuat Kendall menolak mentah-mentah untuk tidak akan mau lagi bertemu dengan pria itu...