"Jadi, si Jordan itu kembali dan dia memintamu untuk memulai kembali semuanya dari awal, tapi kau menolaknya?" Tanya Gigi, setelah selesai mendengar semua cerita Kendall soal kembalinya Jordan. Dan Kendall yang masih terus mengeluarkan air matanya itu, hanya bisa menganggukkan kepalanya. "Ya sudah, menurutku yang kau lakukan itu sudah benar, Kendall. Dia memang pantas untuk mendapatkannya. Jadi untuk apa kau menangisinya."
"Tapi, Gigi...aku merasa..." Kendall berhenti bicara dan kembali terisak. Gigi pun menariknya masuk ke dalam pelukkannya.
"Ssshhh...Kendall, sudahlah lupakan dia. Dia hanya pria mu dimasa lalu yang sudah menghilang empat tahun yang lalu. Dan sekarang sudah ada Harry disisimu. Harry lebih tulus mencintaimu daripada dirinya. Aku bisa melihat ketulusan di matanya setiap kali dia sedang melihatmu. Kau saja yang belum bisa membuka hati untuknya, jadi kau belum bisa merasakannya. Jadi ini saatnya kau mulai membuka hatimu untuk Harry dan melupakan si Jordan itu."
"Apa menurutmu itu yang harus aku lakukan?" Tanya Kendall. Gigi pun mengangguk mengiyakan.
"Tentu Kenny. Harry adalah yang terbaik untukmu. Dia memang sudah ditakdirkan untukmu."
"Tapi Gi, aku sudah berusaha untuk meyakinkan diriku akan hal itu, dan rasanya tetap saja aku...aku tidak bisa."
"Memang hal itu tidak bisa terjadi secara langsung, jadi lakukanlah secara perlahan. Tanamkan pada dirimu kalau Harry memang yang terbaik untukmu." Ucap Gigi dengan disertai senyuman.
Menghela nafasnya, Kendall pun menganggukkan kepalanya itu. "Baiklah, aku akan mencobanya." Ucap Kendall, membuat Gigi tersenyum senang.
"Sekarang hentikan tangisanmu, ok." Dengan begitu Kendall menghapus air matanya itu dan tersenyum simpul. Masih mendudukkan diri mereka di sofa, mereka berdua mulai menyandarkan punggung mereka pada sandaran sofa dengan pandangan mengarah ke langit-langit ruangan Kendall.
"Hah....rasanya seperti ada sesuatu yang meluap dari dalam diriku dan begitu melegakan." Ucap Kendall, masih terus menatap lurus ke arah langit-langit.
"Itu gunanya aku sebagai sahabatmu, bukan?"
"Ya, kau adalah sahabat terbaikku."
"Sahabatmu memang hanya aku, kan?" Ucap Gigi, yang mulai menoleh ke arah Kendall. Dan tak lama Kendall terkekeh karena ucapan Gigi tadi.
"Ya, kau benar. Kau adalah satu-satunya sahabatku di dunia ini." Balas Kendall, yang juga menoleh ke arah Gigi. Dan secara bersamaan mereka tersenyum dengan cukup lebar.
"Ohya, kau pasti belum makan siang kan? Bagaimana kalau kita makan siang bersama? Mendengar semua ceritamu membuatku lapar." Ucap Gigi, sambil mengelus perut ratanya. Dan Kendall pun terkekeh geli karenanya.
"Kau ini. Ya sudah, aku yang traktir. Sebagai imbalan karena kau sudah mau mendengarkan ceritaku tadi."
"Ok, let's go!" Mereka berdua bangkit dari sofa, mengambil tas masing-masing, baru setelah itu mereka berjalan keluar dari ruangan Kendall.
**
Saat ini jam sudah menunjukkan pukul delapan malam, dan Harry sedang berada di perjalanan menuju rumahnya. Sedang fokus-fokusnya mengendarai mobilnya menyusuri jalan raya kota New York yang cukup ramai pada malam hari, secara tiba-tiba di pikirannya mulai terlintas soal Kendall. Setelah mendapat pesan dari Kendall tadi siang kalau dia sedang tidak bisa diganggu, sampai saat ini Harry belum menghubungi Kendall lagi hanya untuk sekedar mengetahui keadaannya dan apa yang sedang Kendall lakukan.
Berhenti karena lampu merah, Harry memanfaatkan kesempatan itu untuk menghubungi Kendall. Mengambil ponselnya yang dia letakkan di dashboard, dia langsung mencari kontak Kendall dan menghubunginya. Tidak seperti biasanya, Harry sudah menunggu cukup lama tapi Kendall tidak kunjung mengangkat telfonnya itu. Kembali mencobanya, dan hasilnya sama, Kendall masih tidak mengangkatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Only You
FanfictionBisa bertemu dengan seorang pria seperti Harry adalah suatu hal yang tidak diinginkan oleh Kendall. Pertemuan pertamanya dengan Harry yang tidak berkesan baik, membuat Kendall menolak mentah-mentah untuk tidak akan mau lagi bertemu dengan pria itu...