Pagi ini matahari bersinar cerah. Setelah semalam pulau ini di hantam oleh badai, ya memang tidak terlalu besar hanya saja itu sudah cukup untuk membuat nelayan tidak melaut. Kualihkan pandangan pada The A kids yang masih tertidur lelap. Semalam kami tidur di kasur lantai menemani Agatha beruntung kasur lantai di sini berbahan tebal sehingga mereka tetap hangat. Ku perhatikan wajah polos mereka yang kelihatan nyaman sekali berbaring di atas kasur lantai itu membuatku bertanya-tanya. Bagaimana kondisi di rumah mereka apakah mereka tidur hanya beralaskan tikar. Sungguh aku tidak bisa membayangkannya.
Kulihat si kecil Agatha terbangun dan langsung merentangkan tangannya ke arah ku meminta di gendong. Aku pun langsung menggendong anak itu yang kelihatan nyaman padaku. Entahlah aku sendiri punya perasaan aneh kepada 4 anak kecil ini. Seolah-olah ada ikatan batin di antara aku dan mereka. Tidak lama kemudian kulihat Alvin, Amar dan Andra ikut bangun.
"Pagi kak Liand. "sapa mereka bertiga.
"Pagi. Gimana tidur kalian nyenyak, atau kalian merasa kedinginan karena kita hanya tidur di lantai dan hanya memakai kasur lantai itu.
"Tidur kami nyenyak kak. Ini bahkan sudah lebih dari cukup buat kami. Kami bahkan tidak pernah bermimpi bisa tidur di hotel seperti ini. "ucap Alvin.
"Bener kata Bang Al kak. Bermimpi pun kami tidak pernah. Kami dapat makanan enak, baju baru, di belikan mainan bahkan tidur di kasur lantai yang sangat mewah. Makasih kak. Kakak bikin apa yang kami idamkan terwujud." kata Amar.
"Bahkan ruangan hotel ini jauh lebih luas daripada rumah kami. Biasanya kami tidur di atas tikar yang sobek. Semalam kami tidur di kasur yang empuk dan nyaman. Kak terima kasih sekali lagi atas yang sudah kakak berikan untuk kami. Kami tidak akan mampu membalasnya. "ucap Andra yang membuatku terharu dan bertanya-tanya separah apakah kondisi mereka.
"Ga usah berterima kasih sama kakak. Ini adalah hadiah dari Allah karena kalian adalah anak-anak yang tegar dalam menghadapi cobaan. Sekarang kalian mandi dulu, lantas kita makan kemudian kakak antar kalian pulang. "ucap ku yang entah mengapa membuat mereka tampak murung.
"Eh kenapa kalian malah murung seperti itu. Bukankah kalian takut membuat nenek kalian khawatir. Kenapa kalian malah tidak bersemangat.
"Apa kita bakal bertemu lagi kak. Kalau kami pulang kita ga bakal bertemu lagi, Al ga mau pisah sama kakak. "kata Alvin berlari memeluk kakiku diikuti Amar dan Andra sambil menangis.
"Hei jangan sedih. Kakak masih seminggu lagi disini. Jadi kalian masih bisa main sama kakak selama seminggu ini. Hari ini kan kakak hanya mengantar kalian pulang. Besok kita masih bisa main bersama lagi. "ucap ku yang membuat ketiga bocah itu tersenyum senang.
"Beneran kak. Kakak janji." tanya Alvin.
"Iya. Kakak janji.
Setelah kami semua mandi, kemudian berganti pakaian kami semua turun ke restoran untuk makan. Banyak sekali orang yang menatap kami. Apalagi cewe mereka menatap diriku tidak berkedip bahkan ada yang mulutnya menganga. Efek orang ganteng ya seperti ini kemana-mana jadi pusat perhatian. Mungkin mereka mengira aku duda beranak 4 atau apalah mana aku perduli. Setelah kami makan pagi. Aku mengantar mereka dengan mobil sewaan menuju rumah mereka yang jaraknya 10 km dari hotel tempatku menginap dan ya tuhan untuk sampai ke sana aku harus melalui jalan yang sangat tidak layak bahkan pagi hari seperti ini saja sudah terendam air laut. Akhirnya aku sampai di pulau tempat mereka tinggal, tapi masih harus berjalan kaki lagi untuk menuju rumah mereka. Aku berjalan sambil menggendong Agatha dan bonekanya. Sedangkan Alvin, Amar dan Andra berjalan di depanku, kami sampai di depan rumah, rumah ini bahkan tidak bisa disebut rumah lebih mirip gubuk yang reot bahkan sangat sempit. Benar-benar tidak layak huni. Andra dan Amar langsung memasuki gubuk itu dan memanggil nenek mereka sedangkan Alvin menyuruhku duduk di ruang tamu yang menyatu dengan ruang keluarga sekaligus kamar tidur karena aku melihat bantal dan guling yang sudah lapuk ada di ruangan yang sama. Sementara Agatha sudah sibuk bermain dengan bonekanya. Tidak lama kemudian aku mendengar suara seorang wanita kurasa itu nenek mereka, tapi entah mengapa aku merasa familiar dengan suara itu. Bahkan wangi kue yang sedang di buat di gubuk ini sepertinya aku mengenalnya. Tidak lama kemudian seorang perempuan yang pasti adalah nenek mereka muncul dan langsung menyapaku dan ini tidak mungkin, apa aku salah lihat tapi ini benar, aku bahkan menampar pipiku dan terasa sakit, ini bukan mimpi sementara perempuan itu memandangiku aneh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Allegria Family
FanfictionHighest rank #40 dalam fanfiction 4-02-2017 "Shit diumurku yang masih 13 tahun aku harus menikah dengan anak dari sahabat orang tuaku sungguh dasar kau perempuan sialan,akan kubuat kau merasakan neraka dunia - Aliando Stefano Allegria. "Menika...