Kebersamaan itu akhirnya kembali di rasakan oleh Liand, dia mengucap syukur kepada Allah karena sudah mengembalikan keluarganya seperti sedia kala. Layaknya pepatah Habis gelap terbitlah terang. Setelah dia bersedih akhirnya dia mendapatkan bahagianya kembali. Masa-masa kelam itu sudah berakhir dan sekarang hanya ada kebahagiaan yang menantinya dan keluarganya.
Liand menyungging kan senyum sekarang, saat melihat semua anggota keluarganya sedang tertawa gembira selepas menggelar acara syukuran pernikahan Daddy dan mommynya, meskipun dia tidak bisa mengikuti lagi acara itu untuk selamanya.
"Semoga kalian semua selalu bahagia seperti ini terus, Liand akan terus mengawasi kalian dan semoga kita bisa berkumpul kembali di tempat yang lebih indah. "kata Liand sambil memandang satu per satu anggota keluarganya dan pergi dari tempat itu.
Sementara itu saat semua orang saling bercanda dan tertawa ceria, Prilly masuk kembali ke dalam mansion dan dia memasuki sebuah kamar yang di sulap layaknya luar angkasa, dan dia menitihkan air mata saat melihat foto seorang pria tampan yang sedang tersenyum. Ali yang melihat hal itu juga ikut merasakan kesedihan yang sama kemudian mengelus rambut istrinya.
"Jangan simpan kesedihan kamu sendiri sayang, berbagi rasa itu denganku dan anak-anak kita, karena sesungguhnya kita merasakan kesedihan yang sama. "kata Ali sambil menahan tangisnya.
"Masih agak sulit Dad. Aku memang sudah ikhlas tapi ada rasa tidak rela yang masih tertinggal, kenapa takdir harus seperih ini, dan kenapa harus dia yang selalu mengalaminya. Padahal dia masih sangat muda dan baru sebentar merasakan kebahagiaan kenapa harus di renggut kenapa? "kata Prilly sambil menangis di dekapan Ali.
"Allah sayang dengannya. Maka dari itu dia di ambil terlebih dahulu, bukankah suatu saat nanti kita akan berjumpa lagi dengannya, jangan bersedih sayang kau pasti ingat pesannya malam itu sebelum dia pergi untuk selamanya.
"Aku ingat Dad. Malam itu kita hanya menganggap itu Candaan tapi ternyata itu adalah pesan terakhir dia. Jangan pernah bersedih apapun yang terjadi karena Liand pasti akan selalu membuat keluarga ini bahagia dan tidak pernah bersedih lagi. Aku selalu mengingatnya Dad. Meskipun sudah berlalu setahun yang lalu.
"Bukankah kau liat saat dia menutup matanya untuk selamanya dia tersenyum sayang. Dia di ambil setelah selesai sholat subuh tepat setelah mengucapkan salam, yang ternyata menjadi salam terakhirnya.
Keduanya saling berpelukan dan menangis, di dalam kamar putra bungsu mereka Liand yang sudah menutup usianya setahun yang lalu dan besok adalah hari lahir dan akhir Liand, di mana keluarganya akan berziarah ke makam Liand.
Keesokan paginya iring-iringan mobil dalam jumlah yang sangat banyak menuju ke sebuah tempat pemakaman umum. Sesampainya di sana mereka menuju ke sebuah makan tempat Liand beristirahat untuk selamanya. Suasana sedih langsung terasa apalagi 4A yang langsung menangis kencang, Azka dan yang lainnya juga berusaha menahan air mata mereka namun tidak berhasil dan di pusara Liand mereka menangis, Ali dan Prilly berusaha tegar karena mereka sudah berjanji dengan Liand tak akan menangis. Setelah mendoakan Liand satu per satu dari mereka pergi dan hanya tersisa Ali dan Prilly.
"Liand, Dad and mom di sini nak, Daddy tau kamu pasti bisa melihat Daddy dari atas sana, Daddy hanya mau curhat sama kamu, mungkin ini aneh buat kamu dan kalau kamu masih ada kamu pasti akan tertawa mendengar Daddy mau curhat dan bahkan menyindir Daddy. Daddy kangen sama kamu nak, kebersamaan kita terlalu singkat, rasanya Daddy ingin mengumpat marah karena Allah mengambil kamu secepat ini. Tapi Daddy yakin Allah sayang denganmu nak, dia mengambil kamu agar kamu tidak merasakan sakit lagi. Kamu tau sekarang semua hal yang kamu usahakan selama kamu masih hidup berhasil nak. Dan kamu tau banyak orang yang sayang denganmu dan mereka terinspirasi dengan kisah kamu. Dad dan mom membukukan Diary kamu dan membagi pengalaman hidup kamu dengan semua orang di dunia. Mungkin jika kamu masih di sini, kamu bakal ngambek dan marah sama Daddy, karena lancang membaca Diary kamu, tapi.. Mom aku ga sanggup lagi. "kata Ali sambil menangis di atas makam Liand.
Prilly mengelus punggung suaminya dan berusaha tegar menahan tangis, dia kemudian mencium nisan Liand, tiba-tiba angin bersembus sepoi sepoi dan Prilly merasakan ada yang mengusap pipinya. Saat membuka mata dia melihat Liand dengan pakaian serba putihnya sedang memandangnya dengan senyum menawan. Liand menghapus air mata Prilly dan beralih menatap Ali. Liand mengusap rambut Ali yang membuat Daddynya melihat kepadanya. Tangisan Ali semakin menjadi saat melihat Liand, ingin di peluknya sang putra tetapi tidak bisa, Liand menghapus air mata Ali dan kemudian pergi menuju ke dalam cahaya yang sangat menyilaukan mata.
"Mom, jagalah Daddy dan akak-akak juga ponakan Liand, Liand akan selalu mengawasi kalian. "bisikan yang di dengar oleh Prilly membuatnya tersenyum.
"Mommy janji padamu nak. Beristirahat lah dengan tenang di sana dan suatu saat nanti kita bakal bersatu kembali, tunggu kami ya nak." kata Prilly.
"Dad, kita harus segera pulang sekarang, hari sudah sore nanti Daddy bisa sakit seminggu ini Daddy tidak tidur kan. "bujuk Prilly.
"Aku masih mau di sini sayang, Liand pasti takut kalau dia sendirian di sini sewaktu gelap jadi aku akan menemaninya sayang." kata Ali yang membuat Prilly semakin sedih.
"Dad, istighfar dad. Liand sudah tiada, jangan beratkan dia untuk pergi dari dunia ini ya, ikhlaskan dia suatu saat kita akan bersama dia lagi, ikhlaskan ya.
"Maaf Mom, Daddy kangen sama dia, bukan maksud aku memberatkan dia, tapi... Aku masih tidak rela sayang, di balik semua ketegaranku selama ini sebenarnya aku hancur sayang, itu hanyalah topeng yang aku gunakan untuk menutupi kesedihanku, aku akan merelakannya sekarang. Nak maaf kalau Daddy memberatkan kamu untuk pergi dari dunia ini, Daddy janji padamu keluarga kita akan selalu bersama dan akan selalu bahagia. "kata Ali sambil mengelus nisan Liand.
Mereka meninggalkan area pemakaman itu dengan senyuman dan langkah yang lebih ringan untuk Ali karena dia sudah bisa mengikhlaskan Liand. Malamnya di adakan acara tahlilan untuk Liand yang di hadiri ratusan orang. Seluruh keluarga Allegria mendoakan Liand agar selalu tenang di sana.
Keesokan paginya atmosfer berbeda hadir di mansion seluruh penghuninya seperti sedang ceria karena suatu hal, canda tawa menghiasi mansion itu. Ali dan Prilly yang baru keluar dari kamar mereka heran dengan kejadian ini.
"Bahagia sekali, ada apa ini sampai 4A juga tersenyum dari tadi. "tanya Ali.
"Iya nih, apa sih yang bikin kalian tersenyum seperti ini, jadi kepo deh." timpal Prilly.
"Kakek, nenek semalam kita berempat mimpiin om Liand. Dia datang dengan pakaian serba putihnya dan ganteng banget dia nggak bilang apapun tapi dia seperti ingin supaya kita berempat jadi anak yang berbakti sama orang tua dan taat sama agama. "kata Alvin yang membuat Ali dan Prilly tersenyum.
"Bener Dad, Mom. Liand datang ke dalam mimpi kami semua, sepertinya dia sudah bisa tenang meninggalkan kita semua, Kami semua senang meskipun hanya bertemu dalam mimpi tapi itu sudah cukup mengobati rasa rindu kami sama dia. "kata Tania.
"Syukurlah, dia sudah bisa pergi ke tempat yang lebih baik Dad, bukankah Daddy senang mendengarnya." kata Prilly.
"Sangat Mom, Daddy sangat senang, mulai sekarang jangan bersedih lagi dan kita harus kembali ceria, Liand pasti tidak ingin ada kesedihan lagi, jangan buat dia marah karena kita melanggar janji, tentang lah di sana nak. Daddy janji keluarga ini akan selalu bahagia untuk selamanya. "kata Ali
Liand tersenyum bahagia, langkahnya terasa ringan untuk memasuki sebuah gerbang yang menantinya sejak lama, semua urusan dunia sudah terselesaikan dan dia sudah bisa tenang sekarang. Bersamaan dengan angin yang bersembus sepoi-sepoi dan mentari pagi yang indah Liand melangkah menuju keabadian.
THE END.
KAMU SEDANG MEMBACA
Allegria Family
FanfictionHighest rank #40 dalam fanfiction 4-02-2017 "Shit diumurku yang masih 13 tahun aku harus menikah dengan anak dari sahabat orang tuaku sungguh dasar kau perempuan sialan,akan kubuat kau merasakan neraka dunia - Aliando Stefano Allegria. "Menika...