Angry Dad

9.1K 656 37
                                    

Setelah Ali dan Prilly membereskan barang-barang nya, Liand memutuskan untuk membawa mereka ke hotel. Namun setelah di fikir-fikir lagi akhirnya Liand menyewa sebuah cottages untuk mereka tinggal di pulau ini. Cottages yang sangat besar yang bisa menampung seluruh anggota keluarganya. Prilly tersenyum melihat Liand putra kecilnya yang dulu sering ngambek dan manja sekarang sudah berubah menjadi seorang remaja tampan yang mandiri dan mapan. Meskipun di dalam hatinya Prilly lumayan menyesal karena melewatkan 7 tahun tanpa Liand sehingga tidak bisa melihat bagaimana tumbuh kembang sang putra tapi setidaknya dia bersyukur karena akhirnya bisa bertemu dengan Liand kembali.

"Berhentilah tersenyum saat melihat Liand aku tidak menyukai hal itu. Apa kau sedang menguji kesabaranku. "ucap Ali dingin yang membuat Prilly menunduk takut.

"Aku kan hanya senang bisa bertemu dengan Liand lagi. Kenapa kau marah padaku mas? Bukankah kau juga senang kita bisa bertemu dengannya lagi." tanya Prilly yang membuat Ali memandangnya dengan tatapan tajam.

"Tentu aku senang. Tapi.. Sudahlah kau tidak perlu tau apa yang membuatku agak marah. Yang pasti semuanya harus segera kembali seperti keluarga ini 7 tahun yang lalu dan aku akan menghancurkan semua perubahan yang ada selama kita menghilang terlebih untuk Liand. "ucap Ali yang membuat Prilly bertanya-tanya dalam hati.

Mereka akhirnya sampai di cottage yang di sewa Liand. A kids langsung memasuki cottage itu bahkan Agatha langsung ikut berlari memilih kamar, Liand hanya tersenyum melihat keempat keponakannya itu. Dia kemudian menoleh dan melihat Daddy dan Mommynya malah berdiri di depan pintu.

"Dad, Mom kenapa cuman berdiri di depan pintu? Ayo masuk, atau Daddy dan Mommy ga suka sama cottage ini, Liand bisa cari yang lainnya lagi, sebentar ya Liand cari dulu.

"BERHENTILAH BERTINGKAH BOY. JANGAN SOK TAU DAN MENYIMPULKAN SEGALANYA SENDIRI."kata Ali dengan nada sedikit membentak membuat nyali Liand mendadak ciut sementara Prilly hanya bisa menatap sedih akan hal itu.

Ali melewati Liand tanpa mengucapkan Sepatah kata pun padanya. Sementara Prilly hanya bisa menenangkan  Liand yang ketakutan dengan sikap Daddynya yang tiba-tiba sangat galak padanya.

"Sabar ya. Mom kan sudah bilang sama kamu, kalau sikap Daddymu itu berubah sejak kejadian itu, Daddymu itu masih di hantui rasa bersalah sama kamu. Jadi Mommy harap kamu maklum dengan perubahan sikap Daddymu.

"Iya mom. Liand paham kok, mungkin Dad Merasa agak aneh karena sekarang tingkah Liand jadi kayak kepala keluarga gini. Tapi sungguh Mom Liand ga bermaksud kayak gitu, hanya saja selama 7  tahun ini Liand terbiasa sendiri jadi.. Liand agak aneh kalau Liand ga mengerjakan semuanya sendirian.

"Iya-iya mommy paham udah ya sekarang kita masuk aja dulu. Daddy kamu hanya perlu waktu sayang... Sabar ya. "ucap Prilly menenangkan Liand yang menangis.

Malam harinya mereka semua berkumpul di meja makan A kids sangat gembira karena mereka bisa mencicipi banyak sekali makanan. Liand sendiri masih berusaha mengajak Ali berbicara seputar perusahaan yang selalu di jawab dengan tatapan tajam dari Daddynya yang membuat Liand makin ketakutan. Selesai makan malam Ali langsung pergi begitu saja tanpa mengucapkan sepatah kata pun yang membuat A kids heran. Sedangkan Prilly hanya bisa memandang nanar hal itu sambil membereskan meja makan, sementara Liand sendiri pamit ke kamar dengan banyak fikiran yang berkecamuk di otaknya. Pukul 12 malam seseorang memasuki kamar Liand yang tak lain adalah Ali yang ingin melihat Liand. Ali kemudian duduk di samping Liand sambil mengusap pipi Liand, Prilly yang melihat hal itu menyusul masuk ke kamar Liand dan ikut melakukan hal serupa.

"Dad, apa ga bisa ya Daddy ga bersikap dingin sama Liand. Kasian dia tertekan dari tadi siang bahkan sampai nangis sendirian di dalam kamar.

"Kamu tau sendiri alasanku melakukan hal itu, memang aku juga merasa keterlaluan tapi biarlah untuk sementara ini saja. Dia pasti akan bisa paham apa kemauan ku padanya. Lagipula aku memang ingin dia tumbuh sebagai remaja biasa bukan sebagai orang yang tertutup pada siapapun, pokoknya jangan sampai dia jadi sepertiku.

 Allegria FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang