Di balik dinding Rio,Liand dan kedua orang tuanya sedang mendiskusikan cara membuat Raka mati kutu, sedangkan di meja makan sana, Raka beberapa kali berbuat teledor karena gugup duduk bersama klien sang Ayah.
"Pak..bapak yakin tidak apa-apa daritadi saya perhatikan bapak kok kayaknya keringet dingin mulu apa bapak sedang sakit.
"Ti..tidak saya baik-baik saja, kalau begitu bisa kita mulai diskusinya sembari menunggu makanan datang. Pertama-tama sebutkan nama dan umur anda.
"Baiklah pak Raka, nama saya Fania Ramadhani dan usia saya 21 tahun.
"Ternyata usiamu sepantaran dengan adik perempuan saya, pendidikan terakhir kamu apa?
"Saya hanya tamatan Sma pak Raka dan kenapa anda tiba-tiba menggunakan kata kamu."tanya Fania.
"Oh..emm itu biar terkesan tidak kaku dan karena sekarang sedang jam makan siang ya boleh dong saya menggunakan kata KAMU.
"Oh seperti itu, terserah bapak saja, enaknya manggil saya jadi gini pak saya disini ingin mengajukan....
"Kamu tidak perlu menerangkan apa maksud dan tujuan kamu, saya tau semuanya, tapi saya juga menolaknya lokasi yang kamu ajukan sangat berbahaya untuk kesehatan anak-anak resikonya terlalu besar, perusahaan kami tidak akan mungkin mengabulkan permohonan kamu kalau kamu tidak segera menemukan lokasi baru yang lebih aman untuk anak-anak."ucap Raka tegas.
"Tapi pak, saya tidak tau lokasi mana lagi yang mau kami pakai, baik saya dan pengurus panti tidak memiliki lokasi lain lagi."ucap Fania memelas.
"Kalau seperti itu keadaannya, kami tidak akan pernah bisa mengabulkan permohonan kamu, kami hanya memikirkan keselamatan anak-anak panti asuhan dan anak jalanan yang akan tinggal dan belajar disana."ucap Raka yang membuat Fania bungkam.
Keheningan melanda mereka berdua, Fania sudah kalah telak dalam perdebatan itu, sedangkan Raka yang biasanya pintar dalam masalah bisnis menjadi bingung sendiri untuk memulai percakapan, saat mereka berdua masih diam suara pekikan Liand membuat mereka menoleh.
"Kak Aka."pekik Liand sambil berlari menuju ke arah Raka diikuti oleh Rio beserta Ali dan Prilly.
"Liand ati-ati jangan lari-lari kayak gitu nanti kamu jatuh lagi."kata Raka sambil mendudukan Liand di pangkuannya.
"Hihihi...maaf kak Aka, oh iya akak cantik ni siapa, bukannya tadi dia ikut rapat ya."tanya Liand sambil memandang Fania.
"Oh ini namanya kak Fania dia mau ajuin permohonan ke papa tapi akak tolak soalnya tempatnya ga sesuai."kata Raka.
"Oh gitu, tadi ian dah denger dari percakapan Dad ama mom, akak ini yang masuk program charity yang mau bangun..emm apa ya ian lupa, pokoknya buat anak panti asuhan dan anak jalanan gitu deh."kata Liand yang membuat Fania terperangah.
"Ga usah kaget, adik saya itu jenius jadi dia bisa menangkap masalah bisnis yang rumit ya gak Ayah,Bunda."tanya Raka pada Ali dan Prilly beserta Rio yang baru saja duduk.
"Iya sayang, hai gadis manis kenalkan saya Prilly ibu dari Raka,Rio dan Liand."ucap Prilly mengajak Fania bersalaman.
"Saya Fania bu Prilly senang berkenalan dengan anda, saya kenal anda dari TV bu, ituloh program acara chef yang tayang pagi-pagi waktu weekend saya selalu menontonnya loh bu.
Prilly langsung gugup setengah mati sedangkan Liand menepuk jidatnya, sementara Ali beserta Raka dan Rio langsung memandanginya dengan tatapan selidik.
"Ehh..kelihatannya saya salah bicara ya bu Prilly maaf."ucap Fania.
"Enggak apa-apa kok, suatu saat juga bakal kebongkar, Ayah jangan mandangin bunda kayak gitu, ini ide dari Digo ama Zidan lagian itu juga dilakukan di dapur rumah kita makanya Ayah jangan sibuk mulu.
"Emm...yauudah deh terlanjur juga, tapi beneran prosesnya diambil di rumahkan."tanya Ali.
"Beneran kok ayah suer deh, tanya aja Liand dia selalu jadi tester masakan aku di acara itu ya kan sayang.
"Bener Daddy ian kalau weekend selalu jadi yang pertama kali yang nyobain masakan baru mommy, Daddy sibuk mulu sih jadi ga tau deh."ejek Liand.
Sementara Fania hanya memandang bingung dengan Ali,Prilly dan Liand yang terus bicara sedangkan Rio hanya terkekeh melihat Abangnya yang mati gaya karena Fania malah lebih sibuk memperhatikan pertengkaran unyu keluarganya.
"Napa bang, mati gaya loe, mau pdkt ama cewe gagal ya gegara keluarga somplak loe."ejek Rio.
"Diem loe dek...loe buat gue malu tau kagak, mana Ayah ama Bunda ga liat sikon lagi hadehh..gagal...gagal dah.
"Ohh...Ayah,Bunda bang Raka bilang kalian bikin malu dan bang Raka malu punya orang tua seperti kalian."kata Rio yang membuat Raka terbelalak.
"Hiks..hiks Raka, kamu tega ama Bunda nak, jadi bunda cuman buat kamu malu kamu tega."ucap Prilly.
"Bu..bukan begitu bunda dengerin penjelasan Raka dulu dong, aduhh Rio loe apa-apaan sih gue gak bilang gitu bunda cantik udah ya nangisnya."kata Raka yang membuat tangisan Prilly tambah kencang.
"RAKA!!!."PEKIK ALI.
"Bang udah minta maaf ama Bunda cepetan loe sih pake bilang begitu segala, inget ada yang bakal ngambek ama loe kalau bunda masih marah tania ama Liand pasti bakal ngerjain loe habis-habisan terlebih lagi kalau bang Azka, Digo dan Zidan tau abis loe bang."kata Rio.
"Hiks..Raka jahatt, bunda ga bakal maafin kamu sebelum kamu bisa menuhin permintaan Fania dan kamu yang harus nanganin proyek itu sendiri sampe tuntas.
"Eh..apa tapi gimana caranya bun, kan ga ada lahan lagi dikota ini."tanya Raka.
"Kamu Ayah Kasih tanah yang tadinya mau Ayah jadiin hotel, sebagai langkah awal kamu, pokoknya Ayah pengen kamu yang handel seluruh project ini dan Ayah hanya pengen denger kabar baiknya.
"Oke ayah, Raka bakal jalanin amanah itu, tapi Bunda gimana masih nangis tuh."tanya Raka.
"Itu urusan ayah tapi kamu bakal tetep Ayah hukum karena bikin bunda kamu nangis."kata Ali sambil membawa Prilly dalam gendongannya sementara Rio dan Liand memeletkan lidah ke arah Raka yang dibalas kepalan tangan oleh Raka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Allegria Family
Fiksi PenggemarHighest rank #40 dalam fanfiction 4-02-2017 "Shit diumurku yang masih 13 tahun aku harus menikah dengan anak dari sahabat orang tuaku sungguh dasar kau perempuan sialan,akan kubuat kau merasakan neraka dunia - Aliando Stefano Allegria. "Menika...