Together Again

8.9K 630 12
                                    

Malam harinya Ali dan Prilly menghabiskan waktu berdua di halaman belakang cottages sambil mengawasi Liand dan 4A bermain. Senyum terus terlihat di wajah Ali karena Liand tidak menolak permintaannya, sedang kan Prilly sedari tadi memandang wajah sang suami dan membuatnya menahan tawa.

"Dad senyum mulu dari tadi ntar di sangka gila loh, karena senyam senyum sendiri. Mentang mentang Liand mau nurut sama perintah kamu bawaannya senyum mulu. Inget tadi pagi kamu tu dah ngamuk ama tu anak, dasar kamu Dad maksain kehendak mulu.

"Apakah ocehan kamu udah selesai, sekali lagi kamu mengoceh yang tidak penting, aku hukum kamu wahai Istriku sayang. Aku tak peduli tanggapan kamu seperti apa sayang. Yang jelas anak itu harus menikmati masa remajanya, kau tau sudah berapa kali takdir harus memisahkan aku dengan anak itu. Tapi akhirnya kita bisa berkumpul lagi meskipun terpisah lama. Tapi kau tentu paham ada beberapa hal yang kusesali. Di banding keenam kakaknya, anak itu selalu mengalami kejadian yang berat, aku selalu merasa kalau Liand yang selalu menanggung akibat dari kelakuanku di masa lalu. Kau tau aku selalu berdoa supaya aku saja yang menanggung dosa itu dan bukan Liand. Tapi kenapa selalu anak itu yang harus mengalami kesedihan.

"Dad, mom ngerti apa yang Dad fikirkan. Tapi itu sudah di gariskan sewaktu Liand dilahirkan, cobaan yang selalu di terima anak itu semata-mata adalah ujian yang diberikan oleh Allah untuk dia, dan pasti ujian yang diberikan sesuai kemampuan Liand, dan kau lihat dia bisa melaluinya, Mom yakin Liand akan mendapat kebahagiaan setelah semua ujian ini berakhir, lagi pula anak itu tidak pernah mengeluh karena dia tau ada yang selalu menjaganya yaitu sang pemilik kehidupan dan dia menjalani harinya dengan ceria, kamu yang mengatakan hal itu padanya. Apa kamu lupa Dad?

"Ya Aku lah yang mengatakan padanya hal itu, dan tidak kusangka dia benar-benar menerapkannya, semakin lama Liand itu bakal mirip denganku ya, bocah yang selalu ngambek itu sekarang sudah remaja dan aku yakin pasti banyak cewek yang tertarik padanya sama seperti ayahnya yang menjadi magnet cewek.

"Oh begitu ya. Seneng jadi idola kaum hawa, ya udah sana balik ke fans kamu dan ga usah anggep aku ada, aku mah apa atuh cuman butiran debu di mata kamu, sana jangan deket deket sama aku. "kata Prilly ngambek.

"Aduh.. Duh.. Ada yang ngambek rupanya. Ayolah Mom jangan ngambek, kamu itu sangat berharga buat aku, jangan pernah menyuruhku berpaling karena aku tidak akan bisa, kamu itu jantungku sayang tanpa kamu aku bisa mati, kamu menikah denganku, tahan dengan semua tabiatku tanpa mengharapkan imbalan bahkan kamu melahirkan 7 anak yang sangat berarti di hidup kita, kamu juga yang membuat lelaki bodoh ini bisa kembali ke jalan yang benar. Jadi jangan pernah berfikir aku akan meninggalkan dirimu karena hal itu tidak akan pernah terjadi. "ucap Ali sambil mencium Prilly di bibirnya yang berakhir menjadi ciuman panas hingga suara Alvin menginterupsi mereka.

"Kakek ama Nenek ngapain kok makan bibir satu sama lain, ampe ada suaranya kayak gitu.

"Eh ga apa-apa tadi kakek cuman ngelap bibir nenek soalnya ada makanan yang nempel di pipi nenek. "ucap Prilly.

"Alvin terusin main sana, dan kejadian tadi tolong kamu lupakan ya, sana nak." perintah Ali yang di angguki Alvin.

"Ternyata tabiat Dad and mom ga pernah berubah. Kalau mau mesum liat tempat dong, ckck... Ortu gue gini amat ya, haduh gila bener dah. "ucap Liand yang mendapat pelototan dari Ali dan Prilly.

"Dad, kelihatannya ada yang pengen cari masalah sama kita nih, gimana kalau kita kerjain aja nih Dad, setuju gak?"usul Prilly.

"Boleh tu Mom, kebetulan tangan Dad udah gatel mau kasih hukuman ama anak kita yang kayak pembatas buku ini.

"Weh alarm bahaya nih, mending Liand kabur duluan assalamualaikum. "ucap Liand tapi langsung ditangkap oleh Ali dan Prilly dan mereka berdua langsung menggelitiki Liand hingga mengundang perhatian 4A yang sedang bermain dan melihat ke arah mereka.

 Allegria FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang