Perlahan-lahan aku merasakan cahaya masuk ke dalam mataku. Aku menatap langit-langit heran.
"Di mana ini?"
"Dellysa! Kau sudah sadar!!"
Itu suara teriakan Olivian. Aku dapat melihatnya berada di sebelahku menatap lebar. Senyuman kebahagiaan terukir di wajahnya.
Aku merasakan tubuhku ditarik dan dipeluk sangat erat. Bukanlah Olivian yang memelukku. Dan aku dapat melihat Alex berdiri di depan pintu sambil menatapku diam. Kalau di sini ada Alex, maka kemungkinan orang yang memelukku adalah dia.
"Pangeran?"
Alvord melepaskan pelukannya. Dugaanku memang benar. Alvord tampak tersenyum, suatu hal yang jarang mungkin dilihat anak lain. Aku masih terpaku sebentar.
"Di mana ini?"
"Ruang UKS."
"Kau pingsan selama tiga hari, Dellys," ujar Alvord.
Aku dapat merasakan perban terbalut di kepalaku. Dan juga ada perban di lengan atas. Aku mencoba mengingat apa yang telah terjadi padaku. Ruangan gelap dan ...
"Fiora."
"Kita bisa urus gadis itu lain kali," ujar Alex. Matanya melirik kanan kiri sedari tadi. Pandangannya terlihat was-was. Keadaannya tampak tak tenang. Alvord langsung menoleh keluar. Ia menatap Alex dengan tajam.
Alex berjalan meninggalkan kami semua. Namun, tidak lama kemudian dia kembali lagi. Alvord dan Alex saling menatap cukup lama. Aku diam-diam menatap wajahnya Alvord. Namun, Alvord langsung menyadarinya. Aku memalingkan wajahku ke arah lain.
Suara bel berbunyi, menandakan waktunya pergantian kelas.
"Ayo, sebentar lagi pelajaran Kimia," ucap Alex.
"Oh ya ampun, kenapa pelajaran itu harus ada dan tidak bisakah diganti gurunya," gerutu Olivian menggembungkan pipinya.
"Good luck," ucap Alvord tanpa menatap kepergian mereka.
Aku diam-diam memandangi Alvord lagi. Sepertinya dia hanya bersikap seperti ini hanya di depan orang yang sudah sangat dipercaya, sama seperti Alex. Alex lebih banyak berbicara dan sikapnya sedikit menghangat. Begitu pula dengan Alvord, aura dinginnya juga tidak menusuk seperti biasanya. Alvord menoleh ke arahku dan mengangkat alis sebelah. Aku langsung memalingkan pandangan.
"Aku juga ingin ke kelas," ujarku mencoba turun dari kasur.
Alvord langsung membantuku. Dia membantuku berjalan menuju kelas. Yah, walaupun sebenarnya aku bisa berjalan sendiri. Tapi, dia memaksa untuk menemaniku dengan banyak alasan. Takut aku jatuh, pingsan, lompat-lompat, dan banyak lagi yang lebih aneh.
Nasib baik sekarang jam pembelajaran telah dimulai. Jadi, lorong sepi. Aku tidak perlu bertemu dengan fans fanatiknya Alvord.
Jantungku langsung berdegup kencang. Saat ini aku berada di depan pintu kelas. Sesekali aku menelan ludah. Masuk ke kelas saat jam pelajaran kimia terasa sangat menakutkan.
"Ms. Griss tidak se-killer itu," ujar Alvord.
Aku masih ragu untuk mengetuk pintu. Apa mungkin aku kembali ke UKS aja ya?
Alvord menghela napas dan mengetuk pintu. Tidak lama kemudian, seorang wanita mengenakan kacamata membuka pintu. Dengan spontan dia memberi hormat. Kemudian, Ms. Griss menatapku tajam.
"Kau Dellysa?"
"Iya Miss."
"Saya permisi dulu," ujar Alvord berjalan pergi.
![](https://img.wattpad.com/cover/90302759-288-k425479.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Magic of Music
Fantasy[TAMAT] Apa yang terjadi jika musik dan segalanya yang berkaitan itu dilarang? Dellysa, gadis yang penuh dengan sejuta rahasia. Namun, dirinya belum menemukan jawaban dari rahasia-rahasia itu. Diantar ke akademi yang dianggap oleh beberapa orang tem...