The Chapter 28

2.5K 268 33
                                    

-Dellysa's POV-

Persiapannya hampir selesai. Aku dan Alvord berada di balkon kamarnya. Pakaian tempur dan juga tak lupa senjata microphone.

Wuusshh..

Kami berdua langsung menatap ke arah pintu. Sebuah aliran warna hitam seperti asap mulai memasuki kamar. Alvord langsung memunggungiku dan mengarahkan tangan ke depan. Seketika sebuah dinding pelindung muncul mengelilingi kami.

Deg!

Aura hitam ini sangat menakutkan. Namun, entah kenapa terasa tidak asing. Pelindung yang dibuat Alvord mulai terkikis oleh kegelapan itu. Aku dapat melihat Alvord mulai kelelahan menahannya.

"Aku pernah membuat sebuah pelindung secara tidak sengaja. Aku harus melakukannya lagi. Fokus dan konsentrasi.."

Aku memejamkan mata. Aku tidak tahu bagaimana cara kerja pasti mengeluarkan pelindung itu. Namun, aku harus mencobanya. Aku mencoba mengikuti apa yang Alvord lakukan.

"Kerja bagus."

Aku membuka mata dan sangat senang. Aku bisa mengeluarkannya dengan sengaja. Tanpa sengaja aku melihat diriku di pantulan kaca. Kedua iris mataku berubah warna menjadi keemasan. Sama seperti waktu itu, namun kali ini kedua-duanya yang berwarna kuning keemasan.

"Ada apa dengan mataku?"

"Cepat naik."

Aku dapat melihat Alvord sudah menaiki hoverboard miliknya. Tatapannya selalu dingin, entah dia berbicara padaku atau pun dengan yang lainnya. Aku pun juga menaiki hoverboard milikku sebelum ia menatapku. Jujur, terkadang aku juga takut dengan sorot matanya yang dingin itu.

"Baiklah, ayo kita la-"

Bruk!

"Alvord!?"

Tiba-tiba Alvord terjatuh. Aku langsung menghampirinya. Keringatnya begitu mengalir deras. Badannya juga panas. Ia pasti tengah demam sekarang.

Alvord mencoba untuk bangkit lagi. Aku merasakan ada yang salah dari suaranya. Seakan-akan ia habis berteriak-teriak dan kehabisan suara. Padahal dia tipe irit suara.

"Sial. Kutukan itu semakin menyerang," batin Alvord.

Aku menatap Alvord cemas. Apa mungkin ini karena kutukan yang dimilikinya? Beberapa waktu yang lalu, aku pernah membaca sebuah artikel mengenai kutukan dari kerajaan tertinggi. Jika kegelapan semakin menguasai semua cahaya, kutukan itu akan semakin memperparah keadaan orang yang terkena kutukan.

"Bagaimana caranya agar cahaya kembali menang?"

"Alvord, kau mungkin harus istirahat," jawabku.

Alvord menggelengkan kepala dengan tegas. Ia menatap jauh ke arah tempat pertempuran terjadi.

"Aku harus melindungi kerajaan dan rakyatku. Sebagai putra mahkota, ini adalah beban tanggungjawabku. Entah bagaimana caranya, aku harus melakukannya," ucapnya dengan nada tegas.

Aku menghela napas. Keinginannya itu memang tak ada yang bisa membantah. Aku pun mengangguk dan kembali tersenyum. Aku yakin Alvord akan baik-baik saja.

Alvord mulai mengatur lagu yang akan dimainkan pada rollerphonenya. Ia menghubungkan rollerphonenya dengan sistem suara pada Kerajaan Harm.

Aku mengaktifkan wireless headset yang menempel pada telinga. Dalam hatiku yang paling dalam, aku begitu takut dengan pemandangan ini. Entah kenapa perasaanku benar-benar takut. Semua ini terasa tidak asing, aku merasakan deja vu yang kuat.

The Magic of MusicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang