Mr. Luxte menyerahkan microphonenya pada Mr. Hansen. Ia berjalan turun dari panggung. Mr. Luxte berjalan melewati kerumunan murid-murid.
"Tu-!?"
Seseorang menepuk bahunya. Ia menoleh dan terdiam menatap Ms. Harmony di belakangnya.
"Ada apa, Luxte?" tanya Ms. Harmony.
"Gadis itu.. ah, tidak. Mungkin aku hanya berhalusinasi. Mungkin dia hanya mirip," gumam Mr. Luxte yang lumayan terdengar di telinga Ms. Harmony.
Mr. Luxte pun kembali ke atas panggung. Ia memulai sesi bertanyanya. Satu persatu pertanyaan ia jawab. Suasana begitu ramai. Tak terkecuali dengan Alvord dan Eztro. Mereka mulai berdebat. Walaupun begitu, Alvord masih setia dengan kebungkamannya.
"Kalian sudahlah," ucap Dellysa.
Eztro masih keras kepala. Dellya pun menghela napas dan memutuskan menyerah. Ia kembali memakan makanannya. Olivian langsung berdiri dan menghadap Eztro.
"Kalau anda ingin tahu jawabannya. Lebih baik anda lihat sendiri," ucap Olivian.
Eztro langsung terdiam dan menelan ludah. Olivian menatapnya begitu tajam. Ketegangan terpicu di antara mereka berdua.
"Tolong jangan beritahu apa status mereka, okey!" sambung Olivian kembali ke sifatnya yang ceria.
Olivian kembali duduk dan memakan buah apel yang barus saja dibersihkan kulitnya oleh Alex. Alex langsung mengambil apel miliknya itu. Kemudian, Olivian pun berpindah sasaran menjadi jus anggur milik Dellysa.
"Olivian! Itu minumanku!!" seru Dellysa.
Sebelum Dellysa mengambil alih minumannya lagi. Alvord sudah menariknya. Dellysa hanya menghela napas sambil mendengus kesal. Alvord menariknya menuju ke atas panggung.
"Salam Pangeran. Siapa yang anda bawa? Kekasih anda?" tanya Mr. Luxte.
Alvord hanya diam dan bergerak melewatinya. Mr. Luxte berkacak pinggang sambil menggeleng-gelengkan kepala. Namun, ia masih terus menatap gadis yang digandeng Alvord.
"Baiklah, apa masih ada pertanyaan?" tanya Mr. Luxte mencoba mengalihkan pikirannya.
Mr. Luxte menunjuk seorang gadis. Gadis itu berdiri dan membungkukkan badan sebagai tanda terima kasih.
"Permisi Mr. Luxte. Saya ingin bertanya soal Kerajaan Kutukan. Anda adalah petualang, jadi apa anda tahu lebih dalam soal Kerajaan Kutukan?" tanya seorang gadis yang berkacamata.
Mr. Luxte menghela napas. Dari raut ekspresinya, terlihat ia sedikit kesal. Namun, ia masih tersenyum.
"Sebelum itu, saya punya permohonan besar. Tolong berhenti menyebut kerajaan tertinggi itu adalah Kerajaan Kutukan," ucap Mr. Luxte pelan.
Semua murid langsung terdiam. Para guru pun menatapnya. Mr. Luxte pun melanjutkan sesi jawabnya.
"Kerajaan tertinggi sering diibaratkan tempat agung. Tempat itu bisa dibilang tempat tinggal para dewa. Saat kalian datang, warna-warni cahaya kristal menyambut hangat. Kerajaan yang begitu makmur dan tentram. Dipimpin oleh seorang raja dan ratu, serta putri mahkotanya yang masih kecil. Siapa pun yang berkunjung ke kerajaan tertinggi, mereka seakan melupakan kampung halamannya," jawab Mr. Luxte.
Beberapa murid sempat terperangah kagum. Tidak ada satu pun yang pernah melihat langsung seperti apa keadaan kerajaan itu sebelum perang terjadi. Mereka hanya bisa berangan-angan.
"Saya pernah ke sana. Karena itu saya tahu," sambung Mr. Luxte.
Namun, para guru dan beberapa murid merasa ada yang aneh. Mereka memiliki satu pertanyaan besar yang sama. Bagaimana Mr. Luxte bisa mengingatnya? Padahal memori semua orang di dunia mengenai kerajaan teringgi itu lenyap. Mereka memutuskan untuk tidak mempertanyakannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Magic of Music
Fantasy[TAMAT] Apa yang terjadi jika musik dan segalanya yang berkaitan itu dilarang? Dellysa, gadis yang penuh dengan sejuta rahasia. Namun, dirinya belum menemukan jawaban dari rahasia-rahasia itu. Diantar ke akademi yang dianggap oleh beberapa orang tem...
