☆ Chapter 09 ☆

3.9K 334 7
                                    

Aku dan Ririn menatap kagum dengan pakaian yang akan kami kenakan di konser nanti. Model baju yang aku dan Ririn kenakan hampir mirip. Hanya ada beberapa bagian yang berbeda.

"Ya ampun Dellysa! Kenapa kamu gak pernah bilang punya badan seperti model! Kau bisa jadi modelku di kelas perancang!" seru Ririn.

Aku menatap lekuk tubuhku di cermin. Seingatku biasa saja, tidak sebagus si Fiora itu. Dia kan memang model di sekolah ini.

"Biasa aja sih," ujarku.

Setelah semuanya sudah bersiap, kami diminta untuk menuju tempat latihan di dalam pesawat. Yah, saat ini kami sedang dalam perjalanan menuju tempat tujuan.

"Ingatlah!! Ini adalah konser pertama kalian!! Tampilkan yang terbaik dan terus berhati-hati!!"

Kami semua mengangguk semangat. Aku dapat melihat Alex, penampilannya bisa membuat siapa saja langsung jatuh ke pelukannya. Pandanganku kemudian teralihkan ke arah kakak senior yang akan melindungi kami selama konser. Mereka terlihat bersiap-siap dengan pakaian tempur mereka. Sebenarnya terlihat seperti pakaian biasa, hanya saja ada teknologi canggih terselip di bahan pakaian itu.

Dan teman-teman baruku yang perempuan banyak yang menghampiri Alvord, terutama Fiora. Alvord tampak cuek dengan semua itu.

Kalau dipikir-pikir, Alvord tampak keren. Aku terus tersenyum memandanginya. Alvord sempat melirikku dan aku langsung memalingkan wajah. Aku memegangi kedua pipiku.

"Ada apa denganku?"

Bunyi peringatan pertama telah dibumyikan. Para kakak senior sudah berada dalam posisi dan mereka terlebih dahulu diturunkan ke permukaan tanah. Jantung ini terus berdebar sangat kencang.

"Dellysa, kita pasti bisa!" seru Ririn.

Aku mengangguk mantap. Aku terus mencoba menenangkan diri. Semoga kakak senior baik-baik saja selama konser dan tidak ada masalah.

Peringatan kedua telah berbunyi. Kami semua langsung membentuk formasi yang sudah ditentukan. Aku sangat berharap tidak melakukan kesalahan saat konser.

"Anda pasti bisa. Tenangkan diri dan luapkan perasaanmu."

Aku melirik kanan kiri. Jujur, barusan aku mendengar seseorang berbicara kepadaku. Tapi sudahlah, terutama suara itu menyemangatiku bukan menakuti.

Tempat kami berpijak mulai bergerak ke bawah begitu alarm peringatan ketiga berbunyi. Aku dapat mendengar suara sorakan dari luar. Panggung konser telah diturunkan. Kami langsung terfokus pada posisi ini sampai panggung benar-benar pas pada tempatnya.

Musik mulai terdengar dan juga cahaya sorot lampu juga mulai bergerak.

"Kkkkyyyyaaaa!!!"

Suara jeritan dari para penonton semakin menggila. Mereka terus menggoyangkan light stick dengan semangat. Kami semua menari dan menyanyi seperti saat latihan.

Perasaanku sekarang terasa sangat menyenangkan. Tidak ada rasa takut dengan penampilan pertamaku ini. Siapa sangka kalau semua hal ini terasa sangat menyenangkan.

Di sisi lain, kakak senior terus memastikan keamanan konser dari darat maupun udara. Mereka juga memastikan para penonton juga terselamatkan.

"Semoga mereka berhasil," gumam semua kakak senior.

Bait lagu terakhir akan segera berakhir. Pada saat itulah sebuah hal yang sangat mengejutkan terjadi. Di setiap gerakan kami, muncul beberapa efek yang tidak ditambah oleh siapa pun. Efek itu muncul dengan sendirinya. Dan juga lampu sorot sedikit meredup tiba-tiba. Dan itu terus seperti itu sampai lagu kedua berakhir dinyanyikan.

The Magic of MusicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang