The Chapter 20

3K 291 11
                                    

Di sebuah kamar mewah, Keylend membaringkan dirinya di atas kasurnya. Ia terus mencoba untuk tidur. Tapi, kebiasaan insomnianya tidak pernah hilang.

Tok! Tok! Tok!

"Siapa?"

"Ini Ms. Rianna, Pangeran."

Keylend bangun dari tempat tidurnya dan berjalan menuju pintu. Saat dibuka, memang benar seorang wanita yang sudah berumur dan mengenakan pakaian dayang di depan kamar Keylend.

"Masuk."

Ms. Rianna berjalan masuk. Keylend langsung menutup pintu. Ia tersenyum melihat kedatangan Ms. Rianna. Dari dulu, Ms. Rianna adalah orang yang paling dekat dengan Keylend sewaktu kecil.

"Ada apa, Miss? Malam-malam begini ke kamarku. Mau bacakan cerita seperti dulu?" tanya Keylend.

Ms. Rianna terkekeh pelan. Ia menggelengkan kepala. Ms. Rianna menatap sekitar sebentar.

"Pangeran, ada yang ingin saya beritahu soal dongeng tidur yang sering anda dengar," ucap Miss Rianna.

Keylend tampak bingung dengan perkataan Ms. Rianna. Keylend terdiam sambil duduk bersila di atas kasurnya. Ms. Rianna duduk di pinggir kasur.

"Dongeng yang saya sering ceritakan buat pengantar tidur itu sebenarnya kisah nyata," ucap Ms. Rianna.

Keylend mendengarkan secara rinci cerita Ms. Rianna. Saat cerita berakhir, ia langsung shock setelah mendengarnya. Keylend tak bisa berkata apa-apa lagi.

***

Aku memandangi jam digital di sebelahku yang menunjukkan pukul delapan pagi. Nasib baik hari ini jadwal pagi dan siang diliburkan, karena kemarin pesta sampai larut malam. Aku kembali meletakkan kepala di bantal. Rasa kantukku masih belum hilang.

"Dellysa, ayo bangun."

Olivian menggoyangkan badanku. Ia sendiri juga dalam keadaan setengah sadar.

"Ada apa?"

"Kamu gak lapar?"

Ucapan Olivian berhasil membuatku bangun. Aku memegangi perut dan merasa lapar. Aku pun mengangguk. Olivian mengambil handuk duluan dan pergi mandi. Setelah itu aku yang mandi.

Tak perlu butuh waktu lama, kami sudah berpenampilan rapi. Aku mengambil headphoneku yang sepertinya diberikan oleh mama. Habis aku menemukannya di dalam koper. Aku dan Olivian berjalan menuju ruang makan utama.

Di ruang makan, keadaan masih sepi. Hanya segelintiran anak yang terlihat. Karena jadwalnya bebas, tak ada acara sarapan bersama. Aku dan Olivian mengambil sendiri makanannya.

"Kita duduk di mana? Banyak meja kosong," ucapku.

Olivian menunjuk tempat meja yang berada dekat dengan jendela. Kami pun berjalan ke sana. Jarang sekali kami bisa mendapat meja itu.

Kami makan dengan tenang. Hanya perbincangan ringan yang kami lakukan. Sesekali aku memakai headphoneku dan mendengarkan lagu.

Tet! Tet!

Suara sirine berbunyi, warna lampu menjadi kuning. Aku dan Olivian langsung kaget seketika. Ini adalah peringatan dini kedatangan penyusup.

"Kita harus ke asrama sekarang!" teriak Olivian.

Bukan hanya kami, anak-anak yang juga berada di kantin berlarian kembali ke asrama masing-masing.

Tet! Tet!

Warna lampu berubah saat sirine kedua berbunyi. Warnanya menjadi oranye. Ini bukan bertanda bagus. Semua langsung berhamburan ke kamar masing-masing. Mereka semua mencoba untuk tetap tenang dan tidak panik. Tapi, gerakan harus cepat.

The Magic of MusicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang