The Chapter 37

1.2K 126 21
                                    

-Alvord's POV-

"Alvord!"

Dellysa tampak senang melihat kehadiranku. Ia melempar buku yang ada di tangannya dan duduk di sebelahku. Ia tidak melepas senyumannya itu.

"Kau sudah lebih baik?" tanya Dellysa.

Aku menganggukkan kepala. Ia masih menyunggingkan senyumannya lebar. Aku menatap sesuatu yang menarik perhatianku.

"Mendekatlah."

Wajah Delysa tampak terkejut dan bingung. Aku tahu reaksinya akan begini. Aku pun mendekatinya perlahan. Namun, gadis ini malah menjauh. Aku pun mengaitkan tangan kiri ke belakang lehernya.

"Al-Alvord?"

Aku terus fokus menatapnya. Tanpa halangan lagi aku mendekat. Membiarkan reaksi dari Dellysa, aku sudah tidak peduli. Dellysa memejamkan mata.

"Gotcha! Sekarang kau akan kubunuh."

Sebuah makhluk memberontak di depanku. Makhluk hitam menyebalkan yang seperti kurma. Kakinya bergerak-gerak melawan saat menggantung dengan antena yang kupegang. Kalau Dellysa melihatnya, ia pasti akan berteriak.

Aku melihat Dellysa. Ia masih memejamkan matanya. Wajahnya memerah penuh. Melihatnya seperti ini ingin sekali kuketawain.

"Lysa."

Gadis itu masih memejamkan matanya. Mungkin karena aku menahan kepalanya saat ini. Aku pun menyingkirkan tanganku.

"Lysa, kau benar-benar ingin dicium? Buka matamu," ujarku.

Dellysa membuka matanya. Wajahnya begitu merah. Ia mengerucutkan bibirnya dan menunjukkan ekspresi kesal.

"Cih, a-apa yang coba kau lakukan?" tanyanya.

Aku langsung menunjukkan makhluk yang kutemukan di hadapannya. Dellysa membulatkan kedua bola matanya.

"KECOAK!!!!"

Bruk!

Dellysa sampai terjatuh dari sofa. Ia merangkak dengan cepat menuju pojokan kamar. Ia memandang ngeri ke arah kecoak yang kupegang itu.

"A-Alvord! Buang makhluk itu!!" teriaknya.

Memang kebiasaan perempuan kalau melihat kecoak akan histeris seperti itu. Aku pun berjalan menuju arah balkon kamar.

"Ke-kenapa kau membawa kecoak?" tanya Dellysa.

"Kau yang membawanya. Ia menumpang di atas kepalamu," jawabku.

Dellysa sempat mematung sebentar. Dengan gemetaran ia menyentuh kepalanya. Ia tampak tidak percaya. Aku langsung membuang kecoak itu melalui jendela. Dellysa masih berdiri diam di tempatnya.

Pikirannya masih dengan kecoak tadi.

"Lysa."

"E-eh!? Apa?"

Aku menggerakkan kursi rodaku mendekati pintu. Dellysa langsung membukakannya.

"Kau mau ke kamar? Boleh kutemani?" tanya Dellysa.

Aku melirik gadis itu. Kuanggukkan kepalaku. Gadis itu kembali tersenyum. Ia langsung mendorong kursi rodaku menuju kamarku yang berada di lantai dua.

"Pangeran.."

"Hmh?"

"Apakah menurutmu kekuatanku ini bisa menghilangkan kutukanmu?" tanya Dellysa.

***

-Dellysa's POV-

Kekuatan yang kumiliki masih misteri. Namun, aku hanya penasaran. Apakah kekuatan ini bisa mematahkan kutukan. Alvord masih bungkam sejak kulontarkan pertanyaan itu.

The Magic of MusicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang