The Chapter 27

2.7K 284 36
                                    

Ada sebuah pengumuman di akhir bagian ini ^^ silahkan bertanya kalau tidak tahu soal maksud pengumuman itu ^^

***

Semua warga di Kerajaan Harm telah dievakuasikan. Ratu Harm meminta prajuritnya untuk meminta bantuan ke kerajaan tetangga. Olivian dan Alex memutuskan untuk bergabung dengan pertempuran ini. Olivian meminta bantuan dari organisasinya. Alvord telah berganti pakaiannya dengan pakaian tempur.

"Kau di sini."

"Tapi, aku mau ikut!" seruku.

Alvord langsung memelukku erat. "Tidak bisa. Aku tidak ingin kehilangan seseorang yang penting untuk kedua kalinya," ujarnya. Ia membenamkan kepalanya ke leherku.

Jujur, saat dia memelukku, wajahku memanas detik itu. Namun, aku terdiam saat mendengar ucapannya.

Ia berjalan menjauh setelah melepas pelukannya. Kali ini, hanya ada aku dan kamarnya Alvord yang luas ini. Aku termangu menatap meja belajarnya Alvord. Terlihat sebuah microphone tergeletak di sana. Aku termangu menatapnya.

"Yang kita butuhkan bukanlah senjata, melainkan persatuan dan ikatan antar sesama."

Entah kenapa perkataan Mr. Hansen terngiang di kepalaku. Aku pun berdiri dan mengambil microphone itu. Ada dua tombol kecil, yang satunya menyalakan microphone dan satunya lagi mengaktifkan senjata. Aku berjalan keluar menuju balkon kamar dan menatap letak perperangan terjadi.

"Aku akan bergabung," gumamku dengan yakin.

Sebuah cahaya bersinar di samping. Aku melihatnya, sebuah bola cahaya yang terbang mengitariku. Mungkinkah ini yang dilihat mereka? Sesuatu yang selalu mengikutiku. Bentuknya seperti ubur-ubur yang lucu.

Aku merasakan cahaya lain. Itu dari headphoneku yang kuletakkan di atas tempat tidurnya Alvord. Aku pun mengambilnya dan menatapinya.

Ada sebuah lambang terukir di kanan kiri. Lambang itu bercahaya.

"Lambang apa ini?"

Aku meletakkan microphone yang tadi kupegang dan berfokus pada headphoneku. Tiba-tiba, entah bagaimana tongkat milikku muncul dan mengeluarkan cahaya juga. Dua benda di depanku bercahaya. Tongkat itu berubah menjadi sangat panjang. Panjangnya sama seperti tinggiku. Aku memegangnya dengan penuh rasa tak percaya. Kristal diujung tongkat ini memancarkan cahaya putih dan emas.

"Aku tidak mengerti. Tongkat apa ini sebenarnya dan headphoneku juga?" pikirku yang penuh tanya.

Tongkat itu seketika menghilang dan headphoneku berubah menjadi kalung. Kalung yang sangat cantik.

"Indahnya.."

"Ubahlah kalung itu menjadi yang anda inginkan!"

Aku langsung menoleh ke sebelah. Makhluk bercahaya itulah yang selama ini berbicara. Aku pun menatap kalung itu dan memikirkan sebuah microphone. Seketika kalung itu berubah menjadi microphone. Kemampuan kalung ini sama seperti tongkat tadi.

Mungkinkah ini sama seperti serulingnya Alvord? Hanya saja punyaku awalnya headphone dan kali ini berubah menjadi kalung kemudian kuubah menjadi microphone. Sama halnya dengan serulingnya Alvord yang bisa berubah macam bentuk

Kalau begitu, tadi itu tongkat apa?

Aku pun melupakannya dan berlari keluar kamar. Namun, rupanya Alvord telah memasang prajurit di depan kamarku.

"Lebih baik anda ke dalam. Pangeran telah memerintah saya untuk memastikan menjaga anda tidak keluar," ujar prajurit itu.

Aku menghela napas. Aku belum beranjak masuk ke dalam kamar kembali. Aku masih berdiri di ambang pintu menatapi keadaan sekitar. Pasti ada cara untuk pergi dari sini. Tempat ini sangat sepi. Namun, entah kenapa aku merasakan sebuah aura yang aneh. Ada sesuatu yang jahat masuk ke istana.

The Magic of MusicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang