☆ Chapter 13 ☆

3.3K 322 5
                                    

"Fiora dan teman-temannya lah yang melakukannya. Dellys memberitahuku tadi," ujarku pada Ms. Harmony.

Ms. Harmony tampak kesal juga. Ia menghela napas kasar dan memijit batang hidungnya. Ia kembali menatapku.

"Ada satu masalah lagi sebenarnya. Fiora juga melaporkan dirinya diserang Dellysa pada Mr. Yerrow," ujar Ms. Harmony.

Dasar gadis sialan itu! Masih saja cari masalah dengan melapor ke ayahnya yang tidak-tidak.

"Aku yakin yang dilakukan Dellys itu pembelaan," ucapku.

Ms. Harmony setuju akan hal itu. "Panggil Fiora dan teman-temannya ke ruangan Mr. Hansen," ucap Ms. Harmony berjalan meninggalkan ruang evakuasi ini.

Aku langsung mengangguk mengerti. Aku pun segera berlari meninggalkan ruang evakuasi. Di depan, aku bertemu dengan Alex dan Olivian. Mereka terlihat menungguku.

Tunggu. Matanya Olivian tampak habis seperti menangis. Kulihat Alex mencengkram kuat tangan gadis itu.

"Kau ingin menjemput gadis itu? Aku ikut. Ada yang ingin kulaporkan juga," ucap Alex dingin.

Alex melirik ke Olivian. Olivian mengusap pipinya yang masih basah. Aku dapat melihat kedua tangannya dipenuhi perban. Jangan bilang kalau Olivian juga korban.

Rasanya ingin kubunuh gadis itu hari ini juga.

Aku mengangguk mengerti. Kami bertiga berjalan menuju gedung harmoni yang bertepatan di sebelah gedung melodi. Olivian tampak mengomel sepanjang perjalanan setelah mendengar siapa yang melakukan hal itu pada Dellysa. Alex terus mendengarkan sambil menggandeng tangan gadis itu.

Sebelum sempat memasuki gedung harmoni. Aku berhenti dan menoleh ke arah mereka.

"Olivian, pergilah ke ruangan Mr. Hansen. Biar kami saja yang menjemput gadis sialan itu," ucapku.

Olivian mengangguk mengerti. Ia tak mungkin membantah perkataan seorang pangeran kalau ia sendiri setuju. Aku dan Alex berjalan memasuki koridor Gedung Harmoni. Sampai akhirnya kami berdua berada di depan kelas Harmoni-1. Aku menarik napas panjang dan menghembuskannya perlahan. Kutekan tombol yang ada di samping pintu kelas tersebut.

Tak perlu butuh waktu lama, guru yang mengajar kelas itu membuka pintu. Mr. Fury membungkuk hormat melihat kedatanganku.

"Ada gerangan apa Pangeran datang kemari?" tanya Mr. Fury.

"Ada beberapa murid yang harus menghadap Mr. Hansen," jawab Alex. Sebenarnya aku ingin sekali mendobrak masuk dan meneriaki nama mereka.

Beliau mempersilahkan kami masuk ke dalam. Mr. Fury tampak terkejut mendengar jawaban Alex soal menghadap ke Mr. Hansen. Memang Mr. Hansen sedikit ditakuti oleh para guru dan siswa di sini.

Suasana yang hening langsung menjadi ribut. Mereka tampak histeris dengan kedatanganku dan Alex. Hanya para kaum adam yang tenang dengan semua ini. Mr. Fury duduk di mejanya. Beliau mengambil kertas izin kelas ini yang dikhususkan untuk para murid kalau ada keperluan mendadak.

"Siapa saja?"

Alex menyebutkan nama mereka semua. Mr. Fury tampak sedikit kaget dengan salah satu nama yang kusebutkan. Mr. Fury berdiri dari duduknya dan sedikit menarik napas panjang.

"Fiora, Sheira, dan Yeronia segera menghadap kemari!!"

Ketiga siswi yang dipanggil langsung berdiri. Beberapa murid kembali histeris dan ada yang bertanya-tanya. Mereka bertiga membungkuk hormat setelah melihatku. Mereka masih berani tersenyum sok manis seperti itu.

Andai saja bisa kurobek senyuman itu.

Mr. Fury menyerahkan tiga selembaran kertas pada mereka. Mereka saling terkejut setelah membaca isi kertas itu. Sheira dan Yeronia tampak takut setelah membaca isi kertas itu.

The Magic of MusicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang