The Chapter 29

1.9K 225 4
                                    

Duar!

Hoverboard yang dinaiki Dellysa meledak saat terkena tembakan entah dari mana asalnya. Dellysa sempat berhasil menghindar. Namun, saat ini ia tengah terjun menuju tanah.

"Lysa!!"

Sesuatu merasuki pikirannya. Dellysa melakukan sesuatu yang tidak pernah ia lakukan. Ia mencoba membuat posisi berdiri. Seketika sebuah piringan cahaya muncul dan membuatnya kembali di udara. Dellysa menatap tidak percaya.

"Apa ini? Bagaimana cara mengendalikannya?" pikir Dellysa.

"Tuan putri lucu, anda sendiri yang membuat benda itu. Gunakan pikiran anda untuk mengendalikannya."

Suara tak asing itu kalau bukan lain dari makhluk cahaya yang mengikutinya. Dellysa pun berkonsentrasi pada piring cahaya itu.

"Aku bisa mengendalikannya!"

"Lysa! Kau baik-baik saja?" tanya Alvord cemas.

Dellysa mengangguk. Gadis itu penasaran siapa yang memberi tembakan ke arahnya. Seharusnya pelindung dari makhluk cahaya tadi langsung muncul saat sebuah tembakan mengenainya. Tapi, kali ini tembakan itu benar-benar lolos dari pelindung itu. Ya, tembakan tadi menembus pelindungnya.

"Sang musuh abadi, kegelapan!!"

Dellysa langsung tertuju pada satu pemikiran. Alvord yang dapat mendengar suara makhluk cahaya itu langsung berdiri di depan Dellysa. Dia mengeluarkan pedang miliknya.

"Lysa, berhati-hatilah. Tadi itu pasti dari Raja Herrion," ucap Alvord.

Dellysa menelan ludah. Matanya melirik ke segala arah mencari keberadaan Raja Herrion. Sampai akhirnya ia menangkap keberadaannya yang berada tepat di atasnya. Alvord langsung memunggungi Dellysa. Seringaiannya yang sangat menakutkan. Raja Herrion menatap lurus ke arah targetnya.

"Mousikí mageía. Tak kusangka pemiliknya adalah gadis manis sepertimu," ujar Raja Herrion.

Pertarungan sengit antara Raja Herrion dan Alvord terjadi. Dellysa turut membantu dengan membuat pelindung di sekitarnya dan Alvord.

"Hahaha, Alvord. Kau memang tidak ada kata menyerah," ujar Raja Herrion.

"Berisik!"

Adu pedang terjadi di antara mereka. Namun, kekuatan mereka sama sekali tak imbang. Sangat terlihat jelas kalau Raja Herrion akan menggunakan rencana jahatnya. Ia mulai mengayunkan tongkat kegelapannya.

"Pertempuran ini. Aku lah pemenangnya!"

Kabut asap hitam langsung menyelimuti diri Alvord. Semua yang menatap pertarungan itu hanya bisa ternganga. Mereka sangat ingin membantu. Namun, tubuh mereka membeku seketika.

"Hahaha, sepertinya kami yang akan menang," ujar Raja Westlint.

Alex, Olivian, dan kedua raja lainnya menahan amarah kesal. Mereka terpojokkan dalam perang ini. Itulah yang dirasakan oleh semua yang bertarung melawan musuh.

Tiba-tiba muncul cahaya menyilaukan berasal dari Alvord dan Dellysa berada. Kabut hitam yang menyelimuti sekitar Alvord dan Dellysa mulai memudar. Sebuah pelindung mengelilingi mereka berdua. Raja Herrion terpaku melihat pemandangan di depannya.

Dellysa berhasil membuat pelindung yang sempurna. Aura cahaya putih dan emas mengelilinginya sebagaimana sewaktu tes saat itu. Kedua iris matanya telah berubah warna menjadi kuning keemasan kembali.

"Apa-apaan aura ini?! Jadi inikah kekuatan mousikí mageía!?"

Raja Herrion mengangkat tongkatnya tinggi. Seketika langit berubah menjadi kelabu. Awan kegelapan membentuk sebuah pusaran yang berpusat pada Raja Herrion.

The Magic of MusicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang