-Author's POV-
Dellysa membuka matanya. Kedua matanya kembali lagi menunjukkan warna kuning keemasan. Rantai, kabut, dan lingkaran sihir itu telah lenyap. Ia menatap nyalang ke arah Raja Herrion.
"Akhirnya kau menggunakan kekuatanmu juga! Aku akan mengambilnya!!"
Raja Herrion mengubah kembali pedangnya menjadi tongkat. Ia mengarahkan tongkat itu ke arah Dellysa.
Brak!!
"Argh!?"
Raja Herrion terpental secara mendadak. Namun, bukan musuh hebat namanya kalau ia kalah. Raja Herrion malah tertawa hebat. Seakan-akan serangan tadi tidak ada artinya.
Namun, bukan itulah yang diincar Dellysa. Ia menyerang ketiga makhluk kegelapan itu. Ia menggunakan kalung miliknya dan diubahnya menjadi pedang untuk melawan makhluk-makhluk kegelapan itu.
"Dellysa! Kau baik-baik saja?" tanya Mr. Hansen.
"Saya baik-baik saja."
Dellysa menatap Alvord yang tengah bersama Raja Harm. Raja Harm menggendong putranya itu. Dellysa langsung mendekat dengan panik.
"A-apa ia akan baik-baik saja?" tanya Dellysa.
"Sepertinya. Kutukannya mulai melebar, saya harus membawanya menjauh dari perperangan ini," jawab Raja Harm.
Raja Harm dengan dikawal dua pengawalnya segera pergi dari tempat ini. Dellysa menggenggam erat pegangan pedangnya itu. Mr. Hansen menepuk pelan bahunya. Dellysa tersenyum kecil.
Pertarungan kembali berlanjut. Dellysa mengeluarkan kekuatannya walaupun itu bisa dibilang baru setengah yang ia tunjukkan. Mr. Yerrow terdiam menatap Dellysa.
"Pedang itu terlihat sangat tidak asing. Dan juga warna matanya, aku seperti pernah melihatnya. Tapi di mana?"
Bruak!!
Raja Herrion kembali terpental. Dellysa terkejut dengan yang ada di depannya. Seseorang mengenakan jubah tiba-tiba muncul di antara mereka berdua.
"Si-sialan! Ini tidak ada apa-apanya," ucap Raja Herrion mengusap sudut bibirnya yang berdarah.
Hanya sebuah senyuman yang terlihat dari balik tudungnya. Raja Herrion langsung menyerang balas. Raja Transville juga turut membantu saat yang lainnya lengah menatap kehadiran orang berjubah itu.
"Dua lawan satu? Ini bukan pertarungan yang adil," ujar orang berjubah itu.
Seorang wanita. Itu yang mereka ketahui dari suaranya. Wanita itu mengeluarkan sesuatu dari balik jubahnya. Sebuah harpa berwarna emas. Ia langsung memainkannya. Sebuah petikan yang lembut dihasilkan dari harpa itu
"Argh!"
Raja Transville menutup telinga sambil memekik kesakitan. Ia jatuh di tanah sambil terus merintih kesakitan.
"Bukankah sudah kubilang untuk menghentikan perang ini."
"Jadi suara yang dari menara cahaya tadi adalah wanita itu," batin Dellysa.
Suara harpa itu juga menyebar ke seluruh medan perang. Semua musuh mengalami hal yang sama, kecuali Raja Herrion. Kristal hitam pada tongkatnya memancarkan cahaya gelap yang melindungi dari suara harpa tersebut.
"Serangan itu terasa tidak asing, siapa kau?" tanya Raja Herrion.
Wanita itu menghentikan permainannya. Ia tidak bergerak sama sekali.
"Kita akhiri saja," ujar Raja Herrion mengangkat tinggi tongkatnya.
Sebuah awan badai kembali muncul. Menara cahaya seketika pecah dan menghilang. Angin berhembus kencang.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Magic of Music
Fantasy[TAMAT] Apa yang terjadi jika musik dan segalanya yang berkaitan itu dilarang? Dellysa, gadis yang penuh dengan sejuta rahasia. Namun, dirinya belum menemukan jawaban dari rahasia-rahasia itu. Diantar ke akademi yang dianggap oleh beberapa orang tem...