The Chapter 18

3.4K 291 8
                                        

Aku dan kelompokku serta timnya Alvord berkumpul di ruang latihan pada gedung utama saat tengah malam. Alvord, Well, dan Andre akan memberikan pengarahan untuk konser. Hampir setiap hari kami melakukan rapat soal ini dan akhirnya menemukan jalan.

"Dellysa, kau kan dari Kerajaan Transville. Apa kau punya tempat sekolahan yang cocok?" tanya Andre.

"Kalau bisa punya aula yang luas dan pengamanan dari pasukan sana sedikit,"sambung Well.

Aku mencoba mengingat-ingat. Seingatku semua sekolah dijaga lumayan ketat. Dan juga, aku belum tahu bagaimana keadaan sekolah lain selain sekolah lamaku.

Tunggu, di sekolah dasarku pernah mengadakan konser diam-diam. Bahkan guru-gurunya sangat mendukung.

"Aku tahu, kita akan ke SD Pelita, sekolahku dulu. Aku harap guru-gurunya masih tetap," ujarku.

"Baiklah, kita akan mulai mencari informasi mengenai sekolah masa kecilmu itu," ujar Well.

***

Hari besar yang dinantikan telah tiba. Aku dan lainnya mengenakan seragam yang berbahan anti laser. Masalah keberangkatan adalah urusannya Alvord. Tapi, dia tak memberitahu bagaimana caranya agar bisa menyusup ke sana.

Alvord, Well, dan Andre membawa senjata seadanya. Tapi lumayan untuk menyerang. Terutama kami takkan melakukan konser di udara, tapi di dalam ruangan.

"Semuanya sudah siap?" tanya Rein.

Kami menganggukkan kepala. Alvord mengeluarkan serulingnya dan memainkannya. Muncullah sebuah portal putih di depan kami. Kami semua menatap takjub kecuali Well dan Andre. Sepertinya mereka sudah tidak asing dengan kemampuannya Alvord.

"Ayo!"

Kami semua memasuki portal itu. Dalam sekejap kami berada di sebuah gudang. Aku sangat mengenal gudang ini. Aku pernah bermain sembunyi-sembunyian di sini bersama teman-teman semasa kecil.

"Dellysa, kau bisa hubungi kepala sekolah sini kan?" tanya Veron.

Aku mengangguk. "Aku masih menyimpan nomornya. Terutama aku dekat sama Mr. Hun."

Aku mulai mencari nomornya di rollerphoneku. Nasib baik aku sudah memindah beberapa kontak dari ponsel lama ke rollerphoneku. Tapi sebelum aku menghubunginya, Andre mengaktifkan alat agar antar komunikasi ini tak terdeteksi.

Tak lama kemudian, aku langsung mematikan sambungan. Aku mengangguk ke mereka semua. Sekarang tinggal menunggu kedatangan Mr. Hun. Mulai dari sini akulah yang beraksi. Mereka bersembunyi di sekitar.

Klek!

Pria yang bisa dibilang lumayan tinggi dan muda. Walaupun begitu ubannya sudah terlihat. Beliau tersenyum melihat kedatanganku.

"Dellysa, sudah lama tidak bertemu," sapa Mr. Hun ramah.

Aku tersenyum lebar. Beliau memelukku sebentar. Ia menatap sekitarku.

"Saya tak yakin kau datang sendirian. Kau telah menjadi buronan yang dicari-cari," ujar Mr. Hun.

Seperti biasa beliau cerdik. Aku menyuruh yang lainnya untuk keluar. Setelah mereka semua keluar dari persembunyian, aku menceritakan maksud kedatangan kami. Mr. Hun mengangguk mengerti dan tersenyum kepada kami semua.

"Saya suka rencana kalian. Tapi, ada satu masalah," ucap Mr. Hun.

"Masalah apa?" tanya Rein.

Mr. Hun menyilangkan tangannya. Beliau memandangi jam tangannya sebentar.

The Magic of MusicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang