The Chapter 45

970 121 24
                                    

-Dellysa's POV-

"Akhirnya aku bisa berlibur!!!!"

Olivian begitu bahagia melihat hasil pengumuman. Ia hanya jatuh dinilai matematika. Aku hanya tersenyum kecil melihatnya seperti itu.

Begitu pengumuman dikeluarkan, maka itu artinya besok lusa adalah waktu libur yang ditunggu. Olivian mengeluarkan kopernya dan mulai membongkar isi lemari.

"Ohya Dellysa, Pangeran akan mengajakmu ke mana?" tanya Olivian.

Aku menggelengkan kepala. "Ia tidak memberitahuku."

***

Aku membulatkan mata lebar. Ini pertama kalinya aku mengunjungi tempat ini.

"Alvord, tempat apa ini?" tanyaku.

"Tempat ski."

Aku melihat beberapa oramg yang berseluncur dari puncak gunung salju itu. Aku menatap takjub. Aku belum pernah melakukan perjalanan seperti ini. Di tempat tinggal lamaku, semuanya dijaga ketat. Bahkan, tidak mudah untuk mendapatkan izin untu keluar.

"Tempat yang cocok buat liburankan. Ayo segera ke penginapan," ujar Ratu Harm.

Aku langsung menganggukkan kepala. Penginapan terbuat dari kayu ini sangatlah besar. Dalamnya pun sangat menakjubkan. Begitu kami berjalan memasuki penginapan, para pelayan langsung menyambut.

"Salam untuk keluarga Kerajaan Harm. Saya adalah kepala pelayan di sini. Saya akan pastikan tidak akan ada hal yang mengusik liburan kalian semua," ujar pria yanh mengenakan setelan jas hitam rapi.

Raja dan Ratu Harm tersenyum tipis. Kami segera menuju ke tempat kamar masing-masing. Letak kamar kami bisa dibilang tempat VIP. Kamarku berada di samping kamarnya Alvord dan depan kamarnya Raja dan Ratu Harm.

Aku segera membuka koperku dan memilih pakaian. Sebelum merencanakan liburan di sini, Ratu Harm mengajakku berbelanja. Aku sudah menolaknya. Namun, Ratu Harm menatap memelas ke arahku. Aku jadi tidak enak melihatnya begitu.

"Baju ini mungkin cocok," gumamku.

Aku mengenakan sweater warna cokelat pastel dengan rok putih tulang. Aku tertegun melihat pendeknya rok ini. Aku langsung meraih stoking putih panjang. Setidaknya menutupi pahaku.

Tak lupa pastinya syal putih serta headphone berbulu.

"Aku siap!"

Aku melangkah keluar dari pintu. Dari sudut mataku aku dapat melihat Alvord berdiri bersandar di samping pintu.

"Lama." Kata itulah yang ia ucapkan.

Alvord menarik tanganku. Aku hanya menuruti saja. Setiap kali melewati para pegawai di sini, mereka berlaku sangat sopan.

Aku kembali terperangah kagum. Walaupun salju sudah sering kulihat setiap tahun, tempat ini belum pernah kukunjungi. Mataku tertuju lada sebuah temlat di belakang penginapan. Ada beberapa orang yang tampak menari-nari.

"Alvord, mereka lagi ngapain?" tanyaku.

Alvord hanya melirik dan menarikku ke tempat itu. Aku dapat melihat lapisan es dan orang-orang sepertinya berseluncur di atasnya. Tunggu, sepertinya aku pernah melihat itu semua.

"Ah! Aku tahu! Aku pernah melihatnya di tv. Sayangnya, aku tidak pernah ke sana. Olahraga ini turut kena larangan di Kerajaan Transville," keluhku.

"Mau coba?"

Aku menatap Alvord dan langsung menganggukkan kepala.

"Berarti kalian akan membutuhkan ini."

Aku dan Alvord menoleh ke belakang. Ratu Harm berdiri di belakang kami sambil memegang dua pasang sepatu. Ratu Harm memberikan masing-masing sepasang pada kami.

The Magic of MusicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang