"Jadi Fiora murid Harmoni-1 itu calon tunangannya!?" kaget Olivian.
"Tapi, sepertinya Pangeran Alvord tidak mengakuinya," ujarku.
Kami berjalan-jalan mengelilingi taman bunga di sebelah asrama. Aku banyak cerita tentang kejadian tadi pagi sampai sekarang. Begitu pula dengan Olivian. Satu hal yang kutahu mengenai Olivian, ia gadis yang sangat ceria. Hampir setiap hari ia akan menarikku seperti anak kecil yang baru saja melihat mainan. Terkadang aku pusing dengan sikapnya ini.
Suara nada dering khas dari gelang milikku, atau lebih tepatnya rollerphone. Rollerphone adalah sejenis ponsel khusus untuk para murid di sini serta guru pun juga punya. Ada sebuah pesan masuk dari Hyun, teman sekelasku.
"Olivian, aku pergi dulu ya! Hyun memanggilku," ucapku beranjak pergi.
"Okey!" serunya kembali dengan gaya hormat khasnya.
Aku pun berlari menuju tempat yang dikatakan Hyun, tangga dekat ruang bawah tanah. Aku pernah melewati tangga itu, suasana di sana sedikit menyeramkan.
"Hyun! Di mana kau?"
Aku sudah berada di tempat. Tapi, tidak ada siapa pun di sana. Jangan-jangan dia hanya mengerjaiku.
"Dasar, buang-buang wak—hmmp!?"
Seseorang membekap mulutku dan menutupi mataku dengan kain. Seseorang itu menarikku entah ke mana. Dia juga sepertinya mengikatku di kursi. Penutup mata itu dibuka. Cahaya lampu bersinar lumayan terang. Aku menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam mataku. Bukan seseorang melainkan tiga orang berdiri dihadapanku.
"Fiora?! Apa yang coba kau lakukan?"
Fiora memandangiku tajam. Di tangannya, dia memegang sebuah pisau lipat. Perasaanku saja, sepertinya aku tahu apa yang akan dilakukannya.
"Berani sekali kau mendekati calon tunangannya hah!" seru temannya.
"Dasar gadis penggoda, Alex pun juga kamu targetkan!" seru yang satunya.
Gadis penggoda!? Berani sekali dia memanggilku begitu. Aku memberi tatapan tajam ke arah gadis yang menyebutku gadis penggoda itu.
"Semuanya, tenang. Permainan baru dimulai," ujar Fiora.
Fiora membungkam mulutku dengan kain. Kemudian, dia mengarahkan dan memainkan pisau lipatnya di dekat wajahku. Secara sengaja, dia melukai lenganku. Darah segar mengalir.
"Siapapun tolong!!"
Teman-temannya pun juga melakukan yang sama. Mereka menjatuhkanku sampai terbentur dengan lantai. Gadis berkuncir dua itu menarik rambutku. Mereka semua tertawa. Bahkan mereka semakin parah telah membuat kepalaku berdarah. Memang mereka iblis!
Mereka berdua masih keasyikan menyiksaku, walaupun Fiora sudah keluar dari situ. Kemudian, kedua anak itu menyusul Fiora.
"Kalau kau menceritakan ini, kau tahu selanjutnya apa," ancam Fiora di balik pintu.
Sepi, hanya cahaya lampu yang menemaniku. Suasana dingin menyentuh kulit. Dan juga luka yang kualami terasa sangat menyakitkan dan perih.
Di tempat seperti ini tidak akan ada yang menemukanku segera. Benar kan? Siapa juga yang akan mencariku saat ini.
"DELLYSA!!"
Itu suara Alvord. Dia melepas semua ikatan di tubuhku. Aku dapat melihat di sampingnya ada Alex ikut membantu.
"Dellysa! Kau bisa mendengarku?" tanya Alvord panik.
Aku menganggukkan kepala pelan. Ini pertama kalinya aku melihat Alvord secemas ini. Bahkan mungkin berbicara sepanjang itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Magic of Music
Fantastik[TAMAT] Apa yang terjadi jika musik dan segalanya yang berkaitan itu dilarang? Dellysa, gadis yang penuh dengan sejuta rahasia. Namun, dirinya belum menemukan jawaban dari rahasia-rahasia itu. Diantar ke akademi yang dianggap oleh beberapa orang tem...
