05

854 85 9
                                    

Jungkook SP

Wajahnya kini hanya berjarak beberapa cm dari hidungku. Aneh rasanya, melihat wajahku sendiri sedekat ini. Namun tetap jantung ini memompa darah tidak normal ketika melihat bayanganku sendiri di cermin. Tangannya kemudian dengan telaten memoles wajahku dengan liquid dan sejenisnya yang tak aku pahami dengan jelas apa perbedaannya.

"Tutup matamu, Oppa!" dia menambahkan powder berwarna pastel di kedua kelopak mata dan membubuhkan garis hitam di sepanjang ujung bulu mata lentik ini. 

"Selesai! sekarang tinggal lisptik," ujarnya riang, aku hanya tersenyum melihat tingkahnya. Sebelumnya aku menolak dengan keras ide make up minimalis ini karena kupikir akan banyak memakan waktu. Namun, dia bersikukuh dan janji tidak akan lama. Benar saja, dia sudah sangat lihai, sehingga waktu rias yang biasanya dua jam di salon, dipangkas menjadi 5 menit.

"Kau meninggalkan lipbalmku, oppa. Pinjam punyamu ya!" tanpa menunggu persetujuanku, dia langsung memoleskan benda itu di bibirku, kemudian memoleskan lipbalm itu di bibirnya juga.

'Deg, ini kan ciuman tidak langsung....' gumamku dalam hati. 

Aku pun mengalihkan pandangan kepada bayanganku di cermin. 'Sungguh cantik' pujiku dalam hati. Kedua bola mataku terus mengapresasi setiap lekuk kecantikan wajahnya. Tanganku pun terhenti di bagian bibir dan membayangkan kalau yang tadi itu langsung. Argh! refleks aku menarik rambutku untuk membuyarkan imajinasi itu. Dan itu pun berhasil dengan teriakan namja di sebelahku.

"Ya! Jangan rusak rambutku, Oppa! Nanti botak gimana?!"

***

Rooftop hotel itu masih lengang. Hanya beberapa orang yang sedang hikmat menyantap sarapan tanpa memperdulikan orang sekitar. Kami berdua langsung memanfaatkan keadaan tersebut dan memilih duduk di tempat paling ujung. Apapun yang terjadi perut harus tetap diisi. Itulah prinsip kami yang tak tertulis. Kami menyantap sarapan di depan kami. dengan lahap tentunya. Yum!

"Somi, kapan kau merasakan ada yang aneh?" tanyaku.

"Sesudah minum minumanmu, Oppa" 

"Ya! kau minum alkohol, kau masih di bawah umur!" ucapku dengan nada meninggi. Untungnya tidak ada orang di sekitar kami sehingga tidak ada yang menoleh.

"Sst. Mian, Oppa. Aku pikir minumanmu sama denganku," kilahnya sambil memamerkan sederet gigi kelinci.

"Ya sudahlah. Jangan kau ulangi lagi." Kami pun terdiam sesaat sambil sebersit ide muncul di kepalaku. 

"Mungkin seseorang menaruh sesuatu di minumanku tadi malam, karena hanya kau dan aku yang mengalami kejadian ini dan minum minuman yang sama" ucapku, "Mungkin itu bisa menjadi petunjuk awal pemecahan masalah ini."

Namja itu pun mengangguk dan langsung memanggil salah satu waiter dan menanyakan orang yang melayani kami tadi malam dengan bahasa inggrisnya yang lancar bak jalan tol. Waiter tersebut menjelaskan kalau orang yang kami maksud akan bekerja shift malam mulai jam 3 sore. Kami pun berterima kasih dan duduk lesu.

"Ottoke, Oppa?" rajuknya.

"Tidak ada jalan lain. Kita harus bisa adaptasi dengan keadaan ini. Kau harus menjadi diriku dan aku menjadi dirimu." jawabku.

"Haaa.... Geure, Oppa, ani, Somi!" jawab namja itu kikuk memanggil namanya sendiri.

"Ya! Jeon Somi, apa yang kau lakukan di sini. Ayo sudah jam 8 kita harus berangkat." teriakan Yoojung membuyarkan pikiran kami. Dia menggeret tubuhku menjauhi namja yang hanya diam terpaku, tapi Yoojung tetap tidak lupa memberi salam perpisahan kepada namja itu.

Namja itu tidak menyadari bahwa beberapa pasang mata mengawasinya secara diam-diam sejak kedatangannya ke rooftop itu. Salah satu dari pasang mata tersebut tersenyum, senyuman yang sulit untuk dimaknai.

***

Somi SP

Aku yang terjerat dalam tubuh Jungkook berjalan gontai menuju kamarnya. Aku merasakan sakit yang teramat di punggung dan kedua kaki ini. Sakit ini sebenarnya sudah dirasakan ketika bangun tidur. Namun, tak dihiraukan karena ada masalah absurd ini. Aku pun ambruk di depan pintu kamar sebelum berhasil melewatinya. Dari kejauhan terdengar para oppa, bukan, hyung dan manager BTS berlari ke arahku.

"Jungkook-ah, wae geure?" tanya Jimin hyung cemas.

Namjoon dan Jin hyung langsung membopongku ke kamar. Aku tak berkata-kata hanya merintih kesakitan. Dokter yang dipanggil manager langsung memeriksa keadaanku dan menyuntikan cairan untuk mengurangi rasa sakit di tubuhku.

"Sepertinya ini akibat perform  tadi malam. Dia harus beristirahat sekitar seminggu untuk memulihkannya." ujar dokter itu.

"Terima kasih, Dok!" ujar Yoongi.

"Baiklah kita berkemas, pesawat kita take off jam 2 siang!" tambah manager.

"Andwe Oppa, ani, Hyung!" ucapku tiba-tiba membuat semua hyung mengernyitkan dahinya.

"Aku belum jalan-jalan di sini," kilahku dengan alasan yang tidak masuk akal. Pabo.

"YA!" semua hyung meresponku bersamaan. "Kau lagi seperti ini! Andwae kita harus segera pulang!" tambah Jin.

Aku pun pasrah dan meraih HP yang ada di dekatku. Untungnya kami sudah saling bertukar nomor dan password HP masing-masing tadi pagi.

Jemariku langsung menekan beberapa huruf dan mengirimnya ke kontak yang bernama cookie.

Aku tak bisa menemuinya, harus take off jam 2.

Kau gimana?



Part 05 end

Update selanjutnya ga akan secepat sekarang alnya weekdays ^^'

Semoga ga bosen

Keep vote n komen ya kalau suka

Makasiii 




Switch On (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang