50

350 45 1
                                    

Jungkook SP

"Nu.. nugu?" tanya seorang yeoja dari balik kegelapan itu.

Tiba-tiba kurasakan besi dingin menempelkan di leherku, mungkin semacam pisau.

"Jangan bergerak atau macam-macam denganku!" tegasnya pelan, aku dapat merasakan gemetar tangannya. Namun sekarang aku yakin siapa identitas yeoja ini.

"Somi? Nan jungkook.."

"Kookie? Jinja?" tangannya meraba wajahku.

Ruangan ini masih gelap, sehingga kami masih tidak bisa mendekteksi wajah masing-masing dengan bola mata.

"Majja aku pacarmu, jeon jungkook. Kau pasti ingat 12.43 kan?"

Tuk!

Terdengar bunyi benda terjatuh, kurasa besi dingin yang dipegang Somi tadi. Lalu seberkas sinar muncul dari arah Somi menerangi wajahku.

"Hwuaa.. Kookie! Thanks God, kau baik2 saja? Nan Museowo... hiks" kurasakan kedua lengannya melingkar dipunggungku.

"Nan gwaenchana. Kau juga gpp kan? Mereka tidak melukaimu kan?" tanyaku sambil membelai rambutnya.

Somi hanya mengangguk sambil terisak di dadaku. Perlahan ku angkat dagunya dan menghapus air mata di kedua pipinya.

"Uljima, Kita harus keluar dari sini dulu, Som!" ucapku

"Mm, hiks, kita harus kabur kata Jihyo Eonni.." 

"Mwo? Apa maksudnya?" kagetku.

Somi pun menceritakan kejadian pembiusan kami sampai akhirnya tersekap di kapal tua ini. 

"Jadi selama ini kau sadar Som?"

"Ne, aku hanya pusing dan lemes aja. Aku juga aneh"

"Teso, yang penting kau tidak apa-apa. HPmu masih ada kan? Pegang erat untuk menghubungi Jihyo Nuna. Sekarang kita cari jalan keluar dulu! Mana pisau tadi yang kau bawa? Buat jaga-jaga"

"Pisau? Aniya, itu sendok kook yg aq temukan di sini"

"Jinja? Mmm, Kau tahu mereka ada berapa orang Som?"

"Setahuku hanya ada 3: Gary, Suhyun eon, dan satu namja kekar yang membopong kita"

"Aish, baiklah, kajja!"

Kugenggam erat jemari Somi sambil keluar ruangan. Dengan hati-hati kami menaiki anak tangga kayu yang terus berdecit, menandakan sudah lapuk. Untung suara angin dan terpaan air dapat menyamarkannya.

Setelah anak tangga terakhir, kami pun disuguhi pemandangan laut lepas yg kelam karena malam sudah menampakkan dirinya. Aku pun mengedarkan pandanganku dan menemukan sebuah peti kayu dan tong-tong besar di ujung kapal.

"Kajja! Kita sembunyi di sana sampai kapal ini mendarat"

Somi pun hanya menganggukkan kepala dan mengikuti langkahku untuk bersembunyi di balik tong dan peti kayu itu.

Setelah beberapa lama, terdengar suara langkah kaki merambat melalui lantai kayu lapuk itu. Terdengar dua orang namja berbicara dari kejauhan, yang semakin lama suara mereka semakin jelas.

"... efek samping buat mereka, Gary?"

"Belum pasti, karena ujicoba sebenarnya belum maksimal. Tapi mai bagaimana lagi, X-nim ingin kita segera menjalankan plan B ini pada mereka. Kemungkinan terburuk kita akan kehilangan.." jawab Gary.

"Kehilangan? Maksudnya?"

"Mereka akan..."

Dan percakapan mereka pun tak terdengar lagi. Kurasakan tangan Somi gemetar, lalu menggenggam jemari lebih erat.

"Ottoke...? Apa kita akan.. mati? Hiks" Bisik somi sambil terisak.

"Andwe! Aku ga akan membiarkan itu terjadi!" ucapku sambil merengkuh tubuhnya erat.

"Nan musowo, kookie-ah.. hiks, hiks, hiks"

"Gwaenchana, midoyo! Kau percaya padaku kan?" ujarku sambil memegang kedua pipi dan menghapus air matanya.

Somi pun mengangguk pelan.

"Kau bisa berenang kan?"

"Ne..."

"Ok, ayo kita loncat sekarang"

"Mwo?"

"Kita tidak ada waktu lagi. Kita harus loncat sekarang, sebelum mereka tahu klo kita sudah sadar dan ga aa d ruangan itu."

"Geundeu, kita tidak tahu seberapa dalam lautan ini. Trus sejauh apa daratan terdekat. Kita bisa mati kedinginan kookie.."

"Percayalah aku tidak aka  membiarkan hal itu terjadi! Walaupun kemungkinan buruk itu terjadi, masih lebih baik daripada kita mati jadi kelinci percobaan mereka kan?"

"Araso, nan midoyo" angguk Somi.

Setelah kupastikan tak ada tanda-tanda manusia. Aku dan Somi pun berdiri menghadap laut lepas.

"Heol, it's so dark. Musowo..." ujar Somi sambil memelukku erat.

"Gwaenchana, midoyo" tegasku sambil membalas pelukannya.

"Pas itungan ke 3, kita loncat ya" tambahku.

Somi pun hanya menganggukkan kepala sambil memejamkan matanya. Aku pun mulai berhitung pelan di telinganya.

"Hana... Dul... Set!"

Byuuuur!!!

Author SP

"Anyeonghaseyo Jihyo-shi?" ucap namja di balik hp.

"X-nim, mwoya jigeum? apa maksudnya ini? Apa yang kau rencanakan? Kenapa Gary... Gary membawa Somi dan Jungkook"

"Mwo?! Kau tahu dari mana?"

"Somi sendiri tadi menelponku! Bukannya Gary sudah resign?! Bukannya mereka tanggung jawabku, eoh?!" geram Jihyo dengan suara gemetar.

"Tenanglah, dua jam lagi aku ke labmu. Kita harus bertemu dan membicarakan ini dengan kepala dingin. Ku jamin mereka akan baik-baik saja"

"Araso, X-nim. Aku tunggu di sini"

Tuts panggilan pun terputus. Jihyo terduduk lemas di kursi kerjanya.

'Apa maksud semua ini... Jadi Garu tidak keluar? Dia masih peneliti di sini? Geundeu kenapa dia berbohong dan menghilang selama ini? Apa yang sebelumnya direncanakan X-nim?' pertanyaan-pertanyaan terus bermunculan di kepala Jihyo.

'Aku harus merencanakan hal lain. Ah! Kwangsoo!' tiba-tiba sebuah ide muncul dan dia langsung mengetik pesan kepada bawahannya itu.

Sementara itu di atas kapal, Suhyun sedang memyendiri di kamarnya, mencerna cerita Gary tentang Somi dan Jungkook.

'Mwoya... Jungkook ternyata kena penyakit yang berbahaya itu dan tubuh Somi memiliki antidotenya... Kenapa selalu Somi, bukan aku...' pikir Suhyun.

Sebenarnya Suhyun masih mencintai Jungkook dan tadinya dia mau minta balikan lagi waktu sampai di Jeju Island. Namun alangkah terkejutnya Suhyun ketika Somi dan Jungkook jadian.

Awalnya dia tak percaya apa yang dibicarakan Somi. Dia menganggap Jungkook hanya main-main saja. Namun kemesraan mereka saat tadi siang berhasil menyakinkan kalau hatinya telah pecah berkeping-keping.

Suhyun sebenarnya telah tidak rela. Namun, dia tidak mau berubah menjadi yeoja antagonis yang merebut pacar orang. Karena kalau Suhyun menunjukkan kecemburuannya, Jungkook akan membencinya seperti dulu...

"Suhyun, kau lihat Jungkook dan Somi?!" tanya Gary panik.

"Aniya, wae?"

"Aish!"

Byuuur!

"Suara apa itu?" heran Suhyun.

"Seolma..." panik Gary yang langsung bergegas ke sumber suara.

TBC
Makasi buat vomentnya
Anyeong 🤗











Switch On (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang