"Lang gimana Alya? Dia suka nggak sama baju yang gue beli?" tanya Azura. Matanya sibuk melirik kanan kiri, karena takut ada yang memergokinya sedang berduaan dengan Langit.
"Suka."
"Terus?"
"Terus apanya?" Azura mendelik sebal. Dalam hati dia sudah merutuki ketidak pekaan Langit.
"Masa Alya nggak bilang apa-apa?" kata Azura. Bukannya dia sudah mulai peduli pada calon anaknya itu, tetapi ini kali pertamanya Azura membelikan sebuah baju untuk anak kecil jadi dia sangat penasaran seperti apa reaksi Alya. Apa seantusias Kalan atau justru biasa saja.
"Dia pengen ketemu sama lo, katanya kangen sekalian pengen main sama Kalan juga."
"Entar sore bawa dia ke rumah gue aja, sekalian gue juga mau nanya sesuatu sama dia."
"Emang niatnya nanti gue mau nitipin Alya sama lo, soalnya gue mau jalan sama Nafwa dan nggak mungkin kan gue bawa-bawa bocah waktu kencan." Azura diam sesaat sambil memicingkan matanya ke arah Langit.
"Tunggu, sekarang hari sabtu kan?" tanya Azura. Langit langsung menjawab dengan sekali anggukan. "Jadi intinya lo nyuruh gue jadi babysitter sementara lo enak-enakan malam mingguan sama Nafwa gitu?"
"Buka babysitter kali Ra, lo kan nyokapnya Alya, jadi nggak salah dong kalau gue nitipin Alya sama lo."
"Oke, tapi jangan lama-lama soalnya nanti malem Dion juga mau ke rumah gue dan kita udah ada janji buat nonton bareng."
"Ya nggak apa-apa kali, bilang aja kalau Alya itu sepupu lo," ucap Langit dengan santainya.
"Otak lo dimana sih Lang? Masa iya gue harus ngarang cerita lain lagi? Terus kalau entar misalnya Dion liat Alya di rumah lo, lo mau bilang kalau sepupu lo mirip sama sepupu gue? Atau mau bilang gue yang nitipin sepupu gue ke lo?" Azura melipat kedua tangannya di depan dada sembari menatap Langit galak.
"Lo batalin aja janji lo sama Dion ya Ra? Plis tolongin gue kali ini aja. Soalnya malam ini tuh penting banget buat gue." Raut wajah Langit yang sebelumnya datar kini berubah menjadi memelas.
"Enak di elo nggak enak di gue dong!"
"Lo sama Dion cuma mau nonton aja kan? Nggak begitu pentin Ra, lo bisa nonton kapan aja. Lain lagi sama gue, malam ini Nafwa mau ngenalin gue sama orang tuanya."
"Apa?" Seharusnya Azura tidak begitu terkejut karena bukankah itu hal yang wajar? Dulu juga dia pernah dikenalkan pada orang tua Dion, dan dia gugup setengah mati karenanya.
"Iya Ra gue mau dinner bareng nyokap bokapnya Nafwa."
"Yaudah kalau gitu lo anterin aja Alya ke rumah gue, biar nanti gue batalin janji gue sama Dion, tapi inget ya Lang, cuma buat kali ini aja!" Karena Azura pernah berada di posisi Langit, jadi dia memutuskan untuk membantu cowok itu.
"Thank you Ra, gak nyangka cewek kaya lo bisa baik juga ke gue!" Dengan berani Azura langsung menjitak kepala Langit cukup keras.
"Ampas ya lo! Udah gue bantuin juga masih sempet-sempetnya ngatain gue." Azura melotot pada Langit.
"Gue cariin kemana-mana taunya kalian lagi ribut di sini!" sahut seseorang membuat Azura maupun Langit langsung menoleh ke arahnya.
"Nafwa?" Langit terkejut saat melihat Nafwa yang kini sedang menatap ke arahnya. Dalam hati Langit langsung berdoa semoga Nafwa tidak mendengar sedikitpun percakapannya dengan Azura.
"Kenapa nggak sekalian aja kalian berantemnya di lapang? Biar lebih seru!" sunggut Nafwa. Tampaknya dia hanya melihat ketika Azura dan Langit mulai berdebat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aozora [END]
Teen FictionApa yang akan kau lakukan jika tiba-tiba ada dua anak kecil yang mengaku sebagai anakmu di masa depan? Terkejut? Tentu saja kau akan terkejut. Begitu pun dengan Azura yang tak pernah menyangka genre dalam hidupnya akan bertambah. Terlebih laki-laki...