[26] Like it used to be

2.4K 486 24
                                    

Semakin hari Dion semakin akrab dengan Kalan, dan Langit sadar akan hal itu. Ia ingin protes, tapi tak punya cukup nyali. Lagipula yang Dion tahu adalah Kalan itu keponakannya Azura. Bukan anaknya dia dan Azura.

Satu lagi yang akhir-akhir ini mulai berubah adalah Azura. Gadis itu seperti sengaja menjaga jarak dengannya dan Langit tidak tahu kenapa.

Sampai suatu sore ketika mereka selesai latihan, Langit berniat untuk mengajak Azura bicara, tapi Nafwa tiba-tiba datang dan mengajaknya untuk segera pulang.

Azura pun memilih untuk pulang sendiri meski Langit menawarkan diri untuk mengantarnya pulang.

Malamnya Langit mengunjungi apartemen Azura, namun gadis itu tidak ada. Di sana hanya ada Kalan dan Alya yang anteng nonton kartun di laptop Azura.

Langit tak menyerah. Ia menunggu Azura sampai gadis itu pulang. Ada banyak hal yang harus ia tanyakan. Termasuk tentang hubungan gadis itu dengan Manda.

Saat mendengar pintu apartemen yang dibuka dan kemudian ditutup kembali, Langit beranjak dari tempat duduknya dan langsung mengadang Azura.

"Langit?!" Gadis itu berseru kaget menemukan Langit yang sudah berdiri di depannya.

"Ada yang mau gue omongin sama lo," ucap Langit tanpa basa-basi.

"Soal apa?" Langit melirik Alya dan Kalan sekilas yang masih anteng dengan laptopnya.

"Ikut gue!" katanya sambil menyeret Azura keluar apartemen.

Langit membawa Azura ke apartemen miliknya. Menyuruh Azura duduk di sofa yang berhadapan dengannya.

Kebetulan Lintang tidak pulang malam ini.

"Ra, lo kenapa sih?" tanya Langit to the point.

Azura mengerutkan dahinya tak mengerti. "Kenapa gimana maksud lo?"

"Lo ngejauhin gue kan?" Azura terperanjat, namun buru-buru kembali mengatur raut wajahnya agar terlihat tenang.

"Nggak, gue gak ngejauhin lo."

"Tapi gue ngerasa kaya gitu!"

"Ya itu cuma perasaan lo aja kali."

"Ra, kalau ada apa-apa lo ngomong langsung aja sama gue." Langit mendesah pelan. Dalam seminggu terakhir ini Azura terlihat sengaja mengabaikannya. Ia hanya bicara pada Langit seperlunya, saat Langit berulah pun ia tidak marah-marah seperti biasanya.

"Gue gak apa-apa." Azura kemudian terdiam. Mengingat kembali obrolannya dengan Nafwa seminggu yang lalu.

"Ra lo temen gue kan?" tanya Nafwa waktu itu.

"Bukan, gue majikan lo!" jawab Azura sekenanya. Saat itu ia belum menyadari raut wajah Nafwa yang terlihat serius.

"Gue serius Ra." Nafwa kembali bersua. "Gue tau gue gak berhak ngomong kaya gini, tapi gue takut Ra."

Azura menatap Nafwa tak mengerti. Sebenarnya dia sedang bicara apa sih?

"Lo takut kenapa?"

"Gue takut lo ngerebut Langit dari gue!"

"Hah?!" Bagai tetsambar petir di siang bolong, Azura melotot tak percaya mendengar penuturan Nafwa. Apa ia sudah tahu soal identitas Kalan dan Alya yang sebenarnya?

"Maksud lo apa sih Naf? Ya kali gue ngerebut Langit!" kata Azura sedikit panik.

"Sori Ra, gue gak maksud nuduh lo atau pun berpikiran negatif tentang lo. Gue cuma takut aja soalnya akhir-akhir ini lo makin lengket sama Langit. Gue tau gue gak punya hak ngelarang lo deket-deket sama Langit karena bagaimana pun juga itu hak lo dan Langit, tapi gue cuma minta lo to tolong hargain posisi gue. Lo cewek Ra jadi lo pasti ngerti apa maksud gue. Selama ini lo sama Langit sering berantem dan seperti yang pernah Dion bilang, antara benci sama cinta itu beda tipis."

Aozora [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang