"Ra kemaren lo kemana aja sih? Gue chat nggak dibales, diteleponin juga nggak aktif," tanya Nafwa sesaat setelah Azura duduk di bangku sebelahnya.
Azura sedikit tersentak dengan pertanyaan Nafwa. Diliriknya Langit yang sedang sibuk mengotak-atik ponselnya dengan earphone yang menyumpal kedua telinganya, sementara Dion tadi mampir dulu ke ruang guru karena ada urusan. "Eh itu ... kemaren gue jalan sama Dion." Azura menjawab ragu sambil nyengir lebar.
"Oh pantesan." Nafwa seolah bisa memakluminya. "Eh tapi pas malem minggu kemarin lo ngapain ngechat gue?"
Azura kembali teringat dengan rencananya untuk memata-matai Langit waktu itu. Sayangnya dia terlambat dan malah bertemu Langit di tengah jalan. "Nggak apa-apa kok, gue cuma gabut aja dan pengen ngajak lo jalan."
Nafwa hanya ber-oh ria. Waktu itu dia tidak sempat membalas pesan dari Azura, itulah sebabnya kemarin dia menghubungi Azura hendak menanyakan perihal pesan tersebut.
"Btw Naf, dinnernya gimana? Lancar kan?" Wajah Nafwa berubah cemberut ketika mendengar pertanyaan Azura.
"Eh lo kok tau gue dinner sama Langit?"
Sial. Azura mengumpat dalam hati. Dia lupa kalau Nafwa belum menceritakan apapun soal dinner itu.
"Itu ... gue tau dari Langit." Sebelum Nafwa membuka mulut, Azura kembali melanjutkan ucapannya. "Karena lo nggak bales chat gue jadinya gue ngechat Langit dan dia bilang lo abis dinner sama dia, jadi gimana dinnernya?" tanya Azura ada jeda sesaat.
"Parah Ra." Nafwa mengembungkan pipinya kesal.
"Parah gimana?"
Nafwa menghela napas kemudian menatap Azura serius sambil mengingat-ingat semua kejadian di restoran dan ucapan ibunya ketika mereka sudah pulang.
"Nyokap gue nggak suka sama Langit."
Azura terdiam sambil mengerjap, mencoba mencerna ucapan Nafwa. Seketika dia teringat dengan percakapan Langit kemarin, Jadi itu alasan cowok itu bersikukuh tidak mau mengajak Nafwa ke taman hiburan karena tidak mau mengganggu waktu Nafwa bersama orang tuanya?
"Udah gue duga sih cowok nyebelin kaya Langit nggak akan mudah disukai orang, apalagi sama nyokap lo yang galak itu," celetuk Azura yang langsung mendapat tonjokan ringan dari Nafwa.
"Sialan lo Ra bukannya ngehibur gue." Azura terkekeh pelan. "Lagian lo aneh sih Naf, demen kok ke cowok yang modelan kaya Langit."
"Yee elo malah ngatain gue sama Langit."
Perbincangan mereka berdua terhenti begitu Dion datang dan mengumumkan kalau Pak Dedi tidak akan masuk, tapi sebagai gantinya beliau memberikan tugas untuk kelas mereka.
"Jumlah murid di kelas kita kan ada 36, jadi dibagi enam kelompok aja."
"Emang tugasnya apaan Yon?" tanya Tito yang duduk di barisan paling depan.
"Pentas drama!" jawaban Dion sontak membuat hampir semua teman-temannya mengeluh.
"Ah sialan, gue nggak punya bakat akting," ujar Bunga yang langsung disetujui oleh yang lain.
"Lo sekelompok sama gue aja, dijamin nilainya bagus. Gue kan jago akting, maklumlah calon aktor!" Tito kembali berujar dengan pedenya. Tak sedikit dari teman-temannya langsung menyoraki ke narsisan cowok itu.
"Udah-udah dengerin gue dulu!" Semua perhatian kembali kepada Dion. "Kalian bebas mau bawain drama apa aja yang penting mengandung pesan moralnya. Terus tampilnya bulan depan, jadi ada waktu sekitar tiga minggu buat latihan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Aozora [END]
Teen FictionApa yang akan kau lakukan jika tiba-tiba ada dua anak kecil yang mengaku sebagai anakmu di masa depan? Terkejut? Tentu saja kau akan terkejut. Begitu pun dengan Azura yang tak pernah menyangka genre dalam hidupnya akan bertambah. Terlebih laki-laki...