Langit memarkirkan mobilnya di halaman depan rumah kontrakan Azura. Mobil yang sebenarnya milik kakaknya namun dia bawa kabur karena kebetulan sang pemilik mobil masih terlelap di alam mimpi.
Turun dari mobil lalu membukakan pintu belakang, Kalan dan Alya langsung melompat turun. Langit hanya meringis ketika Kalan tak sengaja menginjak kakinya.
"Mommy!" teriak Alya sambil mengetuk pintu rumah Azura dengan sangat keras.
"Syuttt jangan manggil mommy di sini, nggak enak kalau kedengeran tetangga." Langit membekap mulut Alya sekilas agar bocah itu tidak kembali berteriak.
"Biar gue aja yang manggil." Langit mengetuk agak pelan pintu rumah Azura sambil memanggil-manggil nama cewek itu.
"Mommy belum bangun kali!" celetuk Kalan, tapi tak berlangsung lama pintu itu terbuka. Muka bantal Azura menyempul dari dalam sana.
"Langit, mau ngapain lo ke sini pagi-pagi?" tanyanya dengan suara khas orang baru bangun tidur.
"Gila lo Ra jam segini baru bangun! Nggak bagus tau cewek bangun siang." Diam-diam Langit memperhatikan wajah Azura dan rambut kusutnya yang entah kenapa malah membuat cewek itu terlihat lucu, ditambah dengan piyama bercorak awan yang dikenakannya.
"Alah lebay amat lo baru juga jam delapan lebih!" cibir Azura diiringi dengusan sebal.
Deru mesin motor membuat ucapan Langit berhenti di ujung lidah, dia berbalik dan terkejut melihat Dion yang kini berjalan ke arahnya.
Begitupun dengan Azura yang langsung melotot lebar. Rasa kantuknya seketika sirna saat melihat kedatangan Dion.
"Paman Dion!" Kalan berteriak antusias dan berlari untuk memeluk Dion.
"Loh Langit, ngapain lo di sini?" tanya Dion setelah berhasil melepaskan diri dari Kalan.
"Ah itu gue ...," Langit melirik Azura seolah meminta bantuan padanya, tapi percuma karena otak Azura juga tidak bisa berpikir karena masih setengah ngantuk.
"Ehm tadi gue lagi jalan-jalan sama Alya terus nggak sengaja ketemu Kalan yang lagi sendirian. Kalan bilang kalau dia kesasar, jadinya gue anterin dia deh dan gue nggak nyangka kalau Kalan ternyata sodaranya Azura." Kalimat barusan diucapkan Langit dengan sangat lancar, beruntung dia bisa menemukan alasan yang masuk akal sebelum Dion mencurigainya.
"Ah iya bener, tadi pagi Kalan ngajak aku jalan-jalan tapi akunya masih ngantuk dan aku nggak tau kalau ternyata Kalan malah pergi sendirian." Azura segera menimpali ucapan Langit lalu tersenyun kikuk.
Alya dan Kalan yang tidak mengerti dengan pembahasan orang tuanya dan Dion, memilih untuk diam saja sambil menatap ketiganya secara bergantian.
"Yaampun Ra makanya hati-hati, gimana kalau tadi Langit nggak nolongin Kalan? Bisa ilang tu anak." Helaan napaan napas lega terdengar dari mulut Langit dan Azura.
Dion memang terlalu naif. Bahkan dengan kebohongan sekecil inipun dia bisa percaya.
"Ngomong-ngomong Alya siapa lo Lang? Sodara lo juga?" Tanpa berpikir panjang, kepala Langit langsung mengangguk dengan sendirinya.
Dion mengamati Alya yang berdiri di samping Langit, kemudian ia berkata, "Kok aneh ya? Kalan sekilas mirip sama lo, dan Alya malah mirip banget sama Azura. Jangan-jangan sodara kalian ketuker lagi." Ucapan Dion berhasil membuat Azura dan Langit membeku, sementara Dion malah tertawa pelan karena menganggap hal itu sangat lucu baginya.
"Eh iya kok bisa ya? Gue malah baru nyadar." Langit ikut tertawa garing. Hatinya harap-harap cemas, jika Dion saja bisa berpikiran seperti itu bagaimana dengan Nafwa nanti?
KAMU SEDANG MEMBACA
Aozora [END]
Teen FictionApa yang akan kau lakukan jika tiba-tiba ada dua anak kecil yang mengaku sebagai anakmu di masa depan? Terkejut? Tentu saja kau akan terkejut. Begitu pun dengan Azura yang tak pernah menyangka genre dalam hidupnya akan bertambah. Terlebih laki-laki...