[15] Stupid

3.6K 647 47
                                    

Langit, Azura, Yani dan Yoga sedang berkumpul di ruang musik guna membahas penampilan mereka untuk pensi nanti.

Sebenarnya Langit malas, tapi tadi Azura malah menyeretnya setelah sebelumnya melapor pada Nafwa kalau pacarnya tidak mau diajak kerja sama.

"Eh gue ada ide," seru Yani setelah mereka berempat terdiam cukup lama.

Ketiga temannya otomatis menoleh pada Yani dan menuntut penjelasan cewek itu.

"Ra lo bisa ballet kan?"

"Kita mau nari ballet? Ogah!" Azura segera menyanggah ide yang mungkin akan dilontarkan Yani.

Well, sebenarnya tubuh Azura lumayan lentur dan kemampuan balletnya pun tidak terlalu buruk. Dulu waktu SD dia pernah ikut les bales bersama Manda. Hanya saja Azura merasa kalau ballet bukan stylenya. Ballet dirasa terlalu feminim untuk Azura.

"Ih padahal lucu tau kalau kita nari ballet, apalagi kalau berpasangan gitu."

Azura menggeleng kuat. Sekali tidak tetap tidak.

"Jadinya kita mau couple dance aja?" tanya Yoga mengabaikan dua cewek di depannya yang siap beragumen.

Langit mengangkat kedua bahunya tak acuh. "Terserah!"

"Iya dong couple dance!" Yani tau-tau ikut menjawab pertanyaan Yoga yang ia lontarkan untuk Langit.

"Yaudah kalau gitu gue sama lo ya?"

"Kok gue?"

"Karena Azura pasti pengen sama Langit!" Azura sontak melotot mendengar penuturan Yoga. Darimana dia punya pemikiran aneh seperti itu. Dan lagi siapa bilang Azura ingin berpasangan dengan Langit?

"Sotoy banget lo jadi orang!" Azura menoyor pelan kepala Yoga. "Atas dasar apa lo nyangka gue pengen jadi pasangannya si Langit?"

"Yee lo kan temen deketnya Langit, jadi gue pikir kalian mau jadi pasangan!"

Azura melongo sesaat. Sepertinya dia sudah berburuk sangka pada Yoga. Dia pikir Yoga mengira kalau dirinya menyukai Langit.

Jadi sebenarnya atas dasar apa Azura mengira kalau Yoga punya pemikiran seperti itu?

"Yaudah sekarang gini aja." Yani berdehem pelan, mencoba mencari ide lain di tengah kebuntuan mereka. "Nanti pulang sekolah masing-masing dari kita coba nyari dance atau musik pengiring yang sekiranya cocok buat perform kita, nah nanti kita diskusiin lagi terus kalau bisa kita bikin koreografinya sendiri."

Ketiga temannya saling lirik hingga akhirnya mengangguk serempak pertanda setuju.

"Oh iya Ra, ini gue sekalian bayar pensi." Yani menyerahkan dua lembar uang, seratus ribu dan lima puluh ribu.

"Iurannya seratus lima puluh ribu?"

"Kemana aja mas!" Yani mencibir pelan begitu mendengar pertanyaan Langit.

"Makanya sekali-kali buka grup kelas, jangan sibuk chatingan sama pacar mulu." Azura ikut mencibir.

Langit menggerlingkan matanya ke arah Azura. Sudahkan dia mengatakan kalau Azura itu cewek yang menyebalkan?

Ah ralat, dia bahkan sangat menyebalkan.

Jauh lebih menyebalkan dari Pak Kasim yang sering memberikan setumpuk tugas pada murid-muridnya.

"Gue cabut duluan ya, laper nih perut!" Yoga segera berlalu dari ruang musik, diikuti Yani yang katanya sudah kebelet ingin ke toilet.

Kini tinggal Azura dan Langit yang belum bergerak seinci pun dari tempat duduk mereka. Azura merasa canggung harus berduaan dengan Langit, maka dari itu dia memutuskan untuk kembali ke kelas.

Aozora [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang