"Sumpah Azura anak haram?"
"Pantesan dia jadi pelakor, nyokapnya gitu. Bener kata orang kalau buah jatuh gak jauh dari pohonnya."
"Gue jadi dia mending langsung minggat aja dah. Malu!"
Orang-orang sibuk membicarakan Azura usai kehebohan yang dibuat Manda beberapa saat lalu. Bagaikan angina, kabar itu langsung tersebar ke segala penjuru sekolah. Ditambah hari ini sekolah mereka sedang ramai-ramainya.
"Berati gossip tentang Azura selingkuh sama Langit itu beneran?"
Langit mengepalkan kedua tangannya dan melayangkan tatapan tajamnya kepada orang-orang yang menggunjing Azura. "Lo semua diem kalau gak tau apa-apa!" katanya sangat penuh penekanan. Seketika orang-orang iru diam tak berkutik. Baru kali ini mereka melihat Langit semarah ini.
Sementara Azura hanya bisa menundukan kepalanya menahan tangis. Manda sudah dibawa Lintang pergi entah kemana.
"Kalian semua lanjut beres-beres ya, entar gue balik lagi buat ngecek." Dion mengulas senyum tipis dan beranjak dari sana sambil menggandeng tangan Azura. Ia membawa Azura ke tempat yang sepi.
"Ra, are you okay?" tayanya khawatir, dan detik itu tangis Azura pecah seketika. Dion langsung memeluknya erat. "Gue ada di sini Ra."
Setelah itu Dion tak mengatakan apa-apa lagi. Ia membiarkan Azura menangis sepuasnya. Ia juga harus menenangkan diri untuk mengatur emosinya. Beruntung tadi ia tidak lepas kendali seperti Langit.
"Dion maaf," kata Azura sesenggukkan. Ia melepaskan pelukan Dion dan kembali menundukkan kepala.
"Kamu nggak salah apa-apa Ra, kenapa minta maaf?" Dion menghapus sisa-sisa air mata di wajah Azura.
"Aku nggak pernah nyeritain ini semua sama kamu."
"Aku nggak marah. Itu kan hal pribadi, kamu nggak wajib nyeritain sama aku kalau kamu emang nggak mau." Dion mencoba tersenyum menenangkan sambil mengelus puncak kepala Azura.
"Kamu sekarang pasti ngerasa jijik sama aku. Aku bisa maklum."
"Hus, kamu ngomong apa sih!" Dion menangkup wajah Azura dengan kedua tangannya. "Dengerin aku Ra, aku nggak peduli siapa kamu, gimana latar belakang kamu. Aku suka sama kamu sebagai Azura yang sering aku lihat."
"Tapi aku anak haram Yon, semua temen-temenku dulu langsung ngejauh waktu tau hal itu."
"Kamu nyamain aku kaya mereka?" Azura mengangkat wajahnya menatap wajah Dion. Refleks kepala Azura menggeleng pelan. "Nggak, kamu orang yang baik."
Dion tersenyum. "Makasih udah bilang aku orang yang baik."
"Tapi aku bukan orang yang baik. Aku udah sering boongin kamu," aku Azura. Mendadak ia ingin menceritakan semuanya pada Dion.
Melihat betapa perhatiannya cowok itu pada Azura meskipun sudah mengetahui fakfa bahwa dirinya adalah anak haram, membuat Azura jadi tidak tega jika harus membohonginya lagi.
"Apa maksud kamu?"
Azura terdiam. Ia mencoba mengumpulkan semua keberaniannya untuk jujur pada Dion. Lagipula ia sudah lelah dengan semua ini. Biar saja Dion tahu. Marah atau tidaknya cowok itu nanti biar Azura urus belakangan.
Belum sempat Azura membuka mulutnya, Langit datang menghampiri mereka.
Cowok itu belari dari arah koridor. "Ra, lo nggak apa-apa?" tanyanya dengan napas yang tidak teratur. Ia mengusap peluh di dahinya dengan punggung tangan.
Azura tak menjawab. Ia hanya menatap Langit dalam diam. Kedatangan cowok itu seolah melarang Azura untuk mengatakan semuanya kepada Dion.
"Sori, gue gak tau kalau Manda ngira lo pacaran sama kakak gue!" ujar Langit. Azura masih bungkam. Ia bingung harus bersikap seperti apa pada Langit di depan Dion.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aozora [END]
Teen FictionApa yang akan kau lakukan jika tiba-tiba ada dua anak kecil yang mengaku sebagai anakmu di masa depan? Terkejut? Tentu saja kau akan terkejut. Begitu pun dengan Azura yang tak pernah menyangka genre dalam hidupnya akan bertambah. Terlebih laki-laki...