[29] Always Her

2.2K 439 26
                                    

"Ayo dong semangat, semangat dua hari lagi kita tampil!" Yani berteriak sambil bertepuk tangan dengan sangat keras. Di sampingnya, Azura sudah tampak kelelahan.

"Gila tu sih Yani, nggak capek apa?" Yoga berkomentar begitu melihat Yani yang sudah memutar kembali musiknya.

"Cewek strong bro!" Azura sedikit takjub. Ia pun ikut berdiri dan bersiap di posisinya.

"Ayo buruan, biar cepet beres!" kata Azura lagi. Yoga mendesah pelan, namun tak urung mengikuti perkataannya.

"Lang!" panggil Azura pada Langit yang tak kunjung bergerak dari posisinya. Lelaki itu malah sibuk memainkan ponsel pintarnya.

"Langit!" Azura mulai geram karena Langit tak menggubris panggilannya. "Woy!"

"Gue cabut duluan!" kata Langit tiba-tiba. Wajahnya terlihat panik, dan tangannya sedikit gemetaran. Dengan tergesa-gesa ia segera memasukan semua barang-barangnya ke dalam tas sekolahnya.

"Kenapa lo?" Merasa ada hal yang aneh Azura segera menghampiri Langit, begitu pun dengan Yani dan Yoga.

"Lang lo nggak apa-apa?" Yani mulai khawatir saat melihat Langit yang semakin panik dan kalang kabut.

Sementara yang dilakukan Langit hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. Azura bahkan ragu kalau Langit mendengar pertanyaan mereka.

"Lang!" Sekali lagi Azura mamanggil Langit sambil menepuk pelan bahu lelaki itu.

Kali ini Langit menghentikan aktifitasnya dan menoleh pada Azura. Wajahnya sudah memerah menahan tangis.

"Lo ... lo kenapa?" Azura kaget.

"Kakak gue kecelakaan." Mata Azura sontak membulat sesaat setelah mendengar ucapan Langit barusan.

"Astagfirullah, serius Lang? Yaudah sana lu cabut duluan aja." Yani yang pertama sadar dan langsung menyuruh Langit untuk lekas pulang.

"Gue ikut!" Azura mencegah Langit yang sudah beranjak sambil menggendong tas sekolahnya. Tanpa menunggu jawaban dari lelaki itu, Azura segera membereskan barang-barangnya.

Ia mengabaikan hubungannya dengan Langit yang sedang tidak baik. Bagaimanapun juga ia harus tetap ikut.

"Hati-hati Ra, Lang!" seru Yoga yang ikut mengantarkan mereka berdua sampai depan. Ia juga sama kagetnya dengan Azura dan Yani.

Sesampainya di tempat parkir Azura segera merebut kunci mobil dari tangan Langit dan mengambil alih kursi kemudi. "Biar gue yang nyetir."

Langit tidak perotes. Pikirannya terlalu kalut sehingga ia membiarkan Azura yang menyetir.

Selama perjalanan Langit terus mengecek ponselnya, mencoba menghubungi teman kakaknya untuk menanyakan kondisi Langit.

"Lang ini belok kemana?"

"Kanan!"

Setengah jam kemudian mereka sudah sampai di parkiran rumah sakit dimana Langit di rawat.

Begitu Azura sudah memarkirkan mobilnya Langit langsung keluar dan berlari menuju IGD, diikuti Azura.

"Bang, kakak gue gimana?" tanya Langit menghampiri seorang laki-laki yang berdiri di depan pintu ruang rawat Langit.

Laki-laki berambut hitam legam itu menoleh kemudian menggelengkan kepalanya pelan. "Gak tau Lang masih diperiksa," jawabnya.

"Kok bisa sampe kecelakaan sih, gimana ceritanya?" Langit kembali bertanya dengan raut panik.

"Santai Lang, santai!" Beda halnya dengan Langit, lelaki itu justru terlihat tenang. Kelewat tenang malah.

Aozora [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang