[42] Perbedaan

1.5K 290 26
                                    

Liburan semester telah usai. Azura dan teman-temannya kini sudah harus kembali ke sekolah dan dihadapkan pada persiapan ujian nasional dan tes masuk perguruan tinggi. Tinggal menghitung bulan sampai mereka lulus dan berpisah tuk kemudian mengejar mimpi masing-masing.

Kebanyakan orang mungkin bersedih karena menyayangkan masa SMA yang katanya masa paling indah dalam hidup akan segera berakhir, tapi beda halnya dengan Azura. Cewek itu malah tak sabar ingin segera lulus.

Sekolah sudah menjadi tempat yang paling tidak ingin ia datangi lagi semenjak pertemanannya dengan Nafwa retak. Ditambah sekarang semuanya terasa lebih menyiksa karena ia harus kehilangan teman dekat lainnya.

Langit Saveri.

Sejak pertemuan terakhir mereka beberapa waktu lalu dan berujung dengan keputusan Azura yang memilih Dion, sejak itu pula ia sudah tidak lagi bertukar kabar dengan Langit.

Mereka sepakat untuk saling menjauh.

"Ra, gimana liburan lo?" Yani yang kini duduk bersama Azura menebar senyum ceria di hari pertama sekolah.

"Biasa aja. Lo sendiri?" Ditanya balik seperti itu senyum Yani jadi semakin lebar.

"Gue udah gak jomblo lagi dong," katanya bangga lalu memerkan foto liburannya bersama Yoga. Azura hanya bisa mencibir.

"Kasih selamat kek dasar!"

"Udah gak kaget gue. Lagian kalian udah deket dari jaman kapan jadiannya baru sekarang. Sukur deh lo gak kejebak friendzone lagi."

"Hehehe." Yani nyengir seperti anak kecil.

"Lo masih sama Dion kan?" tanyanya. Selama liburan mereka memang tidak pernah bertemu dan jarang sekali chating atau semacamnya. Keduanya juga dulu tak begitu dekat sampai harus menghabiskan liburan bersama.

Azura dekat dengan Yani semenjak Nafwa menjauh darinya.

"Masih lah, pake nanya lagi."

"Ya kali aja lo beneran berpaling ke si Langit." Azura refleks melotot ke arah cewek itu.

"Bercanda Ra bercanda." Yani ngeri juga melihat pelototan Azura.

Tak lama setelah itu Langit muncul dari balik pintu kelas. Untuk beberapa detik tatapannya bertemu dengan Azura, tapi cowok itu buru-buru buang muka.

"Ini dia nih yang selama liburan gak bisa dihubungi. Muncul di grup kaga, chat gak dibales, telepon gak diangkat. Gue kira lo udah tewas Lang." Begitu Langit duduk di bangkunya, ia langsung dihadiahi oleh omelan Tito.

Azura diam-diam meliriknya.

"Lo sama Langit kenapa?" Yani berbisik setelah melihat Langit mengabaikan tatapan Azura.

Azura cuma senyum kecil. "Gak apa-apa."

Setidaknya mulutnya masih bisa berbohong.

Mana mungkin ia mengatakan yang sejujurnya pada Yani.

Meski akhir-akhir ini mereka semakin akrab, tetap saja Yani hanyalah temannya yang biasa. Belum sampai ke tahap ia harus berbagi keluh kesah dengannya.

***

"Langsung pulang?" tanya Dion yang sudah siap dengan motornya.

Azura hanya mengangguk lalu naik ke atas motor Dion.

"Ra, kamu mau ikut les gak?" tanya Dion di tengah perjalanan.

"Aku gak punya cukup uang buat masuk les Yon."

"Nggak usah mikirin biaya. Yang penting kamu mau, entar kita daftar sama-sama."

"Jangan bilang kamu yang mau bayarin aku? Plis Yon masuk les itu gak murah."

Aozora [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang