Azura memainkan sedotan di dalam gelas milkshake yang dipesannya dengan tak selera. Wajah cantiknya tampak kusut menandakan bahwa dirinya tidak sedang dalam mood yang bagus.
"Kamu kenapa Ra?" tanya Dion menyadari gelagat aneh pacarnya.
"Nggak apa-apa aku cuma kesel aja sama si La ... ah maksudnya sodaraku. Kan tadi aku udah bilang mau ngajak Kalan jalan eh malah dia yang bawa!" curhat Azura. Sebenarnya ia kesal pada Langit karena saat pulang sekolah tadi Langit lebih dulu sampai di apartemennya dan karena Langit mengetahui password apartemen Azura jadi ia bisa masuk dengan mudahnya. Kalan sudah dibawa pergi olehnya, meninggalkan Alya sendirian yang tampak asik menonton film-film disney di laptop Azura.
"Lain kali kita ajak Kalan lagi." Dion berusaha menghibur Azura. Ia selalu merasa bersalah apabila Azura mendadak bad mood saat sedang bersamannya, meski ia tahu ia bukan penyebabnya.
"Oh iya, kamu udah nentuin mau kuliah dimana?" Dion mencoba mengganti topik pembicaraan.
Azura terdiam cukup lama. Detik berikutnya ia menggeleng pelan. "Nggak tau."
"Kalau kamu?" Azura balik bertanya.
"Aku sih pengennya di Bandung, ambil jurusan ilmu komunikasi."
Azura manggut-manggut paham. Dion memang cocok di bidang tersebut.
Obrolan merekapun berlangsung lama. Azura tampak terhibur dan berhasil melupakan sejenak kekesalannya pada Langit.
Ah beruntungnya ia memiliki Pacar seperti Dion.
"Yaudah yuk pulang, udah malem," kata Dion sambil melirik arlojinya.
"Gak kerasa udah jam segini aja, emang ya kalau lagi sama kamu tuh waktu kaya cepet banget."
"Lebay deh." Dion terkekeh pelan mendengar celotehan Azura. "Mau aku anter apa gimana?"
"Nggak usah, aku naik taksi aja. Selama aku masih tinggal di rumah itu aku gak bisa bebas kaya dulu."
"Iya iya aku ngerti. Yaudah yuk aku temenin cari taksi aja." Azura tersenyum kemudian meraih tangan Dion yang terulur kepadanya.
Tak sampai sepuluh menit, sebuah taksi berhenti di depan Azura dan Dion. Gadis itu segera melepaskan diri dan masuk ke dalam taksi.
"Aku duluan ya, kamu hati-hati dijalan. Nggak usah ngebut."
"Kamu juga hati-hati. Sampe rumah langsung tidur jangan begadang."
"Siap bos!" Azura tertawa pelan kemudiam melambaikan tangannya pada Dion.
Dion membalas lambaiannya sambil tersenyum manis. Membuat dada Azura mendadak sesak.
Andai kamu tau semua kebohonganku apa kamu masih bisa senyum kaya gitu ke aku? Batin Azura.
Permasalahannya dengan Langit seolah tak memiliki jalan keluar. Jika mereka melakukan apa yang disarankan Alya, Dion dan Nafwa pasti terluka, namun jika mereka mengabaikannya justru mereka sendirilah yang akan kena imbasnya.
Azura mengembuskan napas beratnya. Jika sudah memikirkan hal ini, kepalanya akan terasa pusing.
Tak lama kemudian taksi yang ia tumpangi sudah berhenti di depan gedung apartemennya. Setelah memberikan beberapa lembar uang, Azura segeta turun dari sana.
Saat Azura hendak masuk ke dalam lift, ia berpapasan dengan Langit dan Kalan yang tertidur pulas digendongan Langit.
Azura mengabaikannya. Ia seolah tidak bisa melihat sosok Langit yang saat ini berdiri beberapa senti meter darinya.
"Ra," panggil Langit. Azura tak bergeming.
"Azura!" panggil Langit lagi. Ia sebal karena Azura pura-pura tidak melihatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aozora [END]
Teen FictionApa yang akan kau lakukan jika tiba-tiba ada dua anak kecil yang mengaku sebagai anakmu di masa depan? Terkejut? Tentu saja kau akan terkejut. Begitu pun dengan Azura yang tak pernah menyangka genre dalam hidupnya akan bertambah. Terlebih laki-laki...