"Ra, tadi abang gue ngechat katanya ada cowok yang nyariin lo ke rumah." Langit membuka percakapan tepat setelah sang pelayan cafe menyajikan pesanan mereka di atas meja.
"Cowok?" Azura balik menatap Langit bingung. "Ah, itu si Andri kali."
"Andri?" Biasanya Langit tidak akan peduli pada hal-hal yang tidak berhubungan dengan dirinya, tapi untuk kali ini entah kenapa dia merasa sangat penasaran. "Dia siapa lo?"
"Sodara gue." Azura menjawab cepat.
"Lo punya sodara cowok?" Langit menahan sendok makan yang hendak ia suapkan pada mulutnya. Fokusnya kini hanya tertuju pada cewek di depannya.
"Sodara jauh sih. Dia baru pindah beberapa minggu yang lalu."
"Oh ... bagus deh kalau dia emang sodara lo." Langit mulai menyuapkan makanannya. Dan sekarang giliran Azura yang menatap ke arahnya.
"Bagus apanya?"
"Gue nggak akan maafin lo kalau lo main-main di belakang Dion."
Azura berseru pelan. Sepertinya sekarang ia sudah paham kemana arah pembicaraan Langit. "Tenang aja, gue nggak mungkin mainin perasaan cowok sebaik Dion."
"Gue pegang omongan lo," sahut Langit yang telah kembali memasang wajah datarnya.
Setelah itu keduanya memilih fokus menekuni makanannya masing-masing. Tidak ada yang membuka suara dalam beberapa menit, hingga tiba-tiba saja Azura tersentak saat menyadari sesuatu.
"Lang, tadi abang lo ketemu sama Andri dong? Terus itu si Kalan sama Alya gimana?" Ada nada panik dalam suara Azura.
Ia tidak mau sampai Andri mengetahui hal tentang Kalan dan Alya. Yang ada hal itu hanya akan menambah masalah yang lebih rumit lagi.
Langit menjawab santai tanpa menoleh pada Azura. "Iya, tapi kayanya mereka nggak sempet ngobrol banyak deh soalnya pas Andri datang abang gue udah mau balik."
Akhirnya Azura bisa bernapas lega. Setidaknya untuk saat ini ia masih bisa tenang. Dan secepatnya Azura harus mencari cara agar Andri tidak lagi datang ke rumahnya dengan seenak jidatnya.
"Ra?" Setelah kembali terdiam beberapa menit akhirnya Langit membuka percakapan lagi.
"Kenapa?" Ragu-ragu Langit menatap kedua bola mata Azura. Suasana di cafe saat itu tidak begitu ramai. Dan lagi cafe yang mereka datangi memang bukan cafe popular yang sering didatangi remaja-remaja seusia mereka. "Mending lo pikir-pikir lagi deh ide gue yang waktu itu."
"Ide soal apa? Dance?" Gelengan kepala langsung didapat Azura setelah ia menyelesaikan ucapannya. "Terus?"
"Ide soal lo yang pindah rumah."
"Hah?"
"Gue rasa rumah lo yang sekarang nggak aman, bisa aja Andri dateng lagi ke rumah lo waktu Kalan sama Alya lagi ada di sana." Azura tak membantah. Rupa-rupanya Langit memikirkan hal yang sama dengannya. Kedua sudut bibir cewek itu lantas terangkat membentuk sebuah lengkungan.
"Thanks udah ngekhawatirin gue, tapi tenang aja gue bakal cari cara supaya Andri nggak dateng lagi ke rumah gue."
"Dih geer lo! Siapa juga yang ngekhawatirin lo." Nada bicara Langit sudah kembali ke mode awal. Menyebalkan.
"Kalau nggak ngekhawatirin gue ngapain lo pake repot-repot mikirin gue segala?"
"Aduh plis ya Ra, kalau orang lain tau lo itu nyokapnya Kalan gue juga pasti keseret lah. Jadi gue nggak mau reputasi gue sebagai cowok baik-baik anjlok gara-gara disangka ngehamilin anak orang di luar nikah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Aozora [END]
Teen FictionApa yang akan kau lakukan jika tiba-tiba ada dua anak kecil yang mengaku sebagai anakmu di masa depan? Terkejut? Tentu saja kau akan terkejut. Begitu pun dengan Azura yang tak pernah menyangka genre dalam hidupnya akan bertambah. Terlebih laki-laki...