Langit tidak tahu apa yang sudah terjadi pada Azura, tapi dia yakin kalau cewek itu sedang ada masalah yang sepertinya cukup berat.
Hal itu terlihat dari sikap Azura yang lebih pendiam dari biasanya. Dia bahkan tak mengindahkan satupun guyonan Tito yang mampu membuat semua teman sekelasnya ngakak berjamaah.
Keadaan kelas yang semula ramai, mendadak hening begitu pak Dedi masuk. Langit dan Dion saling pandang heran.
Seharusnya sekarang pelajaran Matematika, tapi kenapa malah pak Dedi yang masuk?
"Maaf Bapak mengganggu waktunya sebentar," kata pak Dedi lalu berdiri menghadap murid-muridnya. "Kalian sudah mendapat tugas drama dari bapak bukan?"
Langit dan semua teman sekelasnya serempak menjawab iya.
"Bapak nggak jadi ngasih tugas drama. Mengingat waktu kita tidak lagi banyak, jadi bapak akan mengganti tugasnya."
Hening.
Anak-anak mulai saling lempar pandang seolah bertanya tugas apa yang akan diberikan pak Dedi.
"Tugasnya sama seperti kelas yang lain, yaitu membuat pentas seni kalian sendiri."
"Yes akhirnya ... tugas yang gue nanti-nanti!" Tito berseru dengan semangat.
Pentas seni memang sudah menjadi tugas tahunan yang selalu diberikan kepada anak kelas dua belas. Hal tersebut sudah berlangsung selama bertahun-tahun dan seolah menjadi tradisi tersendiri bagi sekolah Langit dan teman-temannya.
"Kalian sudah paham kan? Jadi bukan hanya drama saja yang bisa kalian tampilkan, melainkan cabang seni yang lain pun bisa kalian ikut sertakan. Dan bapak akan mengambil nilai untuk ujian praktik seni budaya dari tugas ini."
"Pak, nanti pentas seninya di lapangan atau di Aula?" Dion sang ketua kelas unjuk bicara.
"Pulang sekolah nanti kita adakan rapat untuk memutuskan tempat dan jadwal setiap kelas."
"Baik pak!" jawab Dion tegas.
"Kalau begitu bapak permisi dulu dan silahkan lanjutkan pembelajaran kalian."
Sepeninggalannya Pak Dedi, suasana kelas kembali heboh. Tito dengan semangat berjalan ke depan kelas, meraih spidol papan tulis dan mengetuk-ngetukannya dengan keras untuk meminta perhatian teman-temannya.
"Guys!" teriaknya cukup nyaring dan dia berhasil menarik perhatian semua orang di kelasnya. "Ini tugas yang penting banget buat kita, jadi kita harus serius!"
Dion sebagai ketua kelas ikut maju ke depan dan berdiri di samping Tito.
"Yang diomongin Tito itu bener banget, jadi gue minta kerja samanya sama kalian."
Dion merebut spidol tadi dari tangan Tito dan mulai menuliskan sesuatu di papan tulis tersebut.
Tema :
Ketua pelaksana :
W. Ketua pelaksana :Bendahara :
Sekretaris :
Seksi acara :
"Kita tentuin dulu struktur organisasi sama temanya, abis itu kita tentuin apa aja yang bakal kita tampilin sama berapa jumlah iuran perorangnya," ujar Dion kemudian.
"Sekretarisnya Nafwa aja, terus bendaharanya Azura!" celetuk Bunga segera mencari mangsa sebelum Tito menumbalkannya untuk menjadi bagian dari struktur tersebut. "Kalau ketuanya lo aja Yon."
"Ih apaan gue jadi bendahara!" Azura langsung protes. Enak saja main tunjuk-tunjuk padanya.
"Gue setuju aja sih, abisnya lo galak Ra, anak-anak jadi pada takut kalau nggak mau bayar!" Bunga bernapas lega saat Tito menyetujui idenya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aozora [END]
Teen FictionApa yang akan kau lakukan jika tiba-tiba ada dua anak kecil yang mengaku sebagai anakmu di masa depan? Terkejut? Tentu saja kau akan terkejut. Begitu pun dengan Azura yang tak pernah menyangka genre dalam hidupnya akan bertambah. Terlebih laki-laki...