[25] Jealous

2.6K 498 25
                                    

"Sejak kapan kamu punya mainan sebanyak ini?" tanya Langit terkejut begitu mengunjungi apartemen Azura dan menemukan banyak mainan Kalan yang tak pernah ia lihat sebelumnya.

"Kak Dion yang beliin," jawab Kalan yang masih anteng memainkan robot-robotannya.

"Dion?" Langit mengernyit bingung. Matanya kemudian menangkap selembar foto yang tergeletak di atas meja. Langit langsung mengambilnya. Dalam foto itu tampak Azura, Kalan dan Dion yang sedang tersenyum lebar. Serta beberapa pose konyol yang mereka lakukan. Ada juga potret mereka yang sedang memasang wajah pura-pura menangis.

"Oh Langit, sejak kapan lo ada di sini?" Azura tiba-tiba muncul dari kamarnya dengan memakai piyama garis-garis serta handuk yang masih menutupi kepalanya. Terlihat sekali kalau gadis itu baru selesai mandi.

"Lo baru balik?" tanya Langit. Ia mengembalikan foto tadi ke tempatnya semula.

"Nggak sih, gue udah balik dari tadi." Langit beroh tanpa suara.

Azura berjalan ke arah lemari es. Mengambil sebotol air dingin dan menuangkannya dalam gelas.

Ia merasa lelah karena seharian jalan-jalan dengan Dion dan Kalan, tapi di sisi lain ia juga merasa senang. Kalan terlihat sangat menyukai Dion. Dari awal mereka berdua memang langsung akrab.

"Gue balik ke apartemen gue deh." Langit berdiri lalu pergi begitu saja.

"Dari mana lo?" ujar Lintang yang sedang menonton TV begitu melihat kedatangan Langit.

"Dari apartemen Azura." Langit mendudukan dirinya di sofa sebelah Lintang.

"Oh iya Lang, ngomong-ngomong soal Azura ...," Lintang menggantungkan ucapannya karena bingung harus mulai dari mana.

"Azura kenapa?" tanya Langit tampak penasaran.

"Lo masih inget sama Manda?"

Dahi Langit berkerut samar. Kenapa Lintang tiba-tiba menbahas Manda?

"Mantan lo?"

"Iya. Manda ternyata kakak tirinya Azura."

"Hah?" Langit melotot tak percaya. "Sumpah lo?"

"Iya. Gue juga baru tau."

Langit mencoba mengingat-ingat kembali tentang Alya yang pernah mengatakan kalau ia bertemu tante jahat di rumah Azura yang dulu. Waktu itu Azura bilang dia adalah kakaknya.

Jadi yang dimaksudnya Azura adalah Manda?

"Lo tau dari mana bang?" tanya Langit lagi. Jujur saja kalau ia tidak begitu menyukai Manda bahkan sejak Lintang masih berpacaran dengannya.

"Gue ketemu sama Manda waktu ngebantuin Azura pindahan."

"Itu kan udah lama. Kenapa lo gak bilang dari kemarin-kemarin?"

Lintang nyengir lebar. "Sori gue lupa."

Langit menggelengkan kepalanya sambil berdecak pelan. Memaklumi sifat pelupa kakaknya.

"Oh iya satu lagi. Manda ngiranya Azura itu pacar gue."

"Hah?!" Kali ini Langit bereaksi lebih kaget. "Kok bisa?"

"Ya gitu pokoknya. Jadi intinya lo mesti jagain Azura dari Manda. Tau sendiri kan kalau dia orangnya nekat banget. Shefa aja pernah celaka gara-gara dia, apalagi Azura yang berstatus sebagai adik tirinya. Soalnya Azura sama Manda keliatan gak akur. Manda kaya benci banget sama Azura dan Azura juga pernah bilang kalau dia sama kakaknya emang gak deket. Intinya lo harus hati-hati aja," jelas Lintang panjang lebar.

"Gue gak nyangka dunia sesempit ini. Gue kira lo gak bakal berurusan lagi sama Manda." Langit berujar pelan.

"Iya emang. Gue aja gak nyangka dan yang bikin gue penasaran itu waktu Manda bilang Azura anak buangan. Gue gak tau maksudnya apa." Lintang mencoba mengingat kembali pertemuannya dengan Manda waktu itu dan ia yakin kalau Manda memang mengatakan kalau Azura anak buangan.

Aozora [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang