"Ngapain lo liat-liat gue?" tanya Azura galak. Saat ini dia, Dion, Langit dan Nafwa sedang sarapan bersama di kantin.
Sarapan bersama seperti ini memang sudah menjadi hal biasa mengingat tiga dari mereka tidak tinggal bersama keluarganya, hanya Dion seorang, tapi terkadang dia tetap ikut untuk menemani pacarnya.
"Geer banget lo jadi orang, siapa juga yang ngeliatin lo!" balas Langit ikut sewot walau sebenarnya tadi dia memang memperhatikan wajah Azura, karena tiba-tiba saja dia teringat bocah perempuan yang kini ia tinggalkan di rumahnya, tapi Langit terlalu gengsi untuk mengakui.
Andai dia tidak harus ke sekolah mungkin sekarang Langit sedang mengintrogasi bocah sialan yang mengaku-ngaku sebagai anaknya itu.
"Masih pagi, udah gak usah berantem," ujar Nafwa santai. Terkadang ia heran sendiri kenapa Azura dan Langit tidak bisa berdamai barang satu hari saja. Pasti selalu saja ada hal yang mereka perdebatkan yang membuat dirinya kadang pusing sendiri melihatnya.
Masalahnya Nafwa saja bisa berteman baik dengan Dion yang notabenya pacar Azura sekaligus sahabat Langit, tapi kenapa Azura dan Langit tidak bisa berteman?
"Yaudah yuk mendingan kita masuk kelas aja, lagian udah mau bel!" kata Dion. Mereka bertiga mengangguk setuju dan berjalan beriringan menuju kelas.
Azura baru saja duduk di bangkunya ketika ponsel pintarnya bergetar menandakan ada pesan masuk.
Ia merogoh saku, mengeluarkan benda petak itu lalu membaca sebait notifikasi dengan nama Langit di sana. Azura mengerutkan keningnya, tumben Langit mengirimnya pesan.
Lantas Azura membuka pesan itu. Membaca dengan raut datar tanpa berniat untuk membalasnya.
[Langit] : Pulang sekolah nanti kita ketemuan. Ada hal penting yg mau gue omongin!!!
"Elah palingan mau ngerjain gue," gumam Azura lalu menoleh ke arah Langit yang langsung melotot dan mengarahkan telunjuknya pada ponsel Azura, menyuruhnya untuk membalas pesan.
[Azura] : Apasih sok penting deh. Paling lo mau ngerjain gue lagi
Selang beberapa detik balasan dari Langit muncul.
[Langit] : Kaga anjir ini beneran penting
[Azura] : Bodo gue gk peduli
Langit : Setan!!!
[Azura] : Iya elo setan
[Langit] : Serius Ra ini. Beneran penting
[Langit] : Tentang masa depan Lo
[Azura] : Iyadah serah lo
[Langit] : Gue tunggu di Rumah gue
[Azura] : Lah anjir ngapain di rumah lo?
[Langit] : Ada yg mau gue tunjukin
[Azura] : Lo gk lagi ngerencanain Yg aneh2 buat gue kan?
[Langit] : Suudzon lo
"Ra ada guru!" Nafwa yang duduk di samping Azura langsung menyikut pelan lengan cewek itu. Azura buru-buru memasukan ponselnya tanpa membalas chat terakhir dari Langit.
Ia melirik ke arah Langit yang ternyata juga sedang menatap ke arahnya. Tatapannya sangat mengintimidasi menyiratkan kalau ia tidak main-main dengan apa yang ia ucapkan di chat tadi.
Akhirnya dengan terpaksa Azura mengangguk lesu. Ia hanya bisa berdoa semoga Langit tidak sedang merencanakan hal aneh atau kriminal terhadapnya.
Percayalah Langit bisa melakukan apa saja kalau dia mau dan Azura paling malas berurusan dengannya. Langit itu sudah masuk ke dalam list orang paling menyebalkan versi Azura.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aozora [END]
Fiksi RemajaApa yang akan kau lakukan jika tiba-tiba ada dua anak kecil yang mengaku sebagai anakmu di masa depan? Terkejut? Tentu saja kau akan terkejut. Begitu pun dengan Azura yang tak pernah menyangka genre dalam hidupnya akan bertambah. Terlebih laki-laki...