[40] Keputusan

1.7K 335 115
                                    

Ramainya suasana ibu kota malam itu tak menyurut ketegangan yang terjadi di salah satu meja restoran cepat saji yang dikunjungi Azura, Dion serta Langit.

Mereka bertiga duduk melingkar dalam satu meja. Meninggalkan Kalan serta Alya yang sedang asik mandi bola di area bermain anak yang berada di lantai 3 mall. Satu lantai di atas restoran cepat saji yang dikunjungi ketiga orang dewasa itu.

Azura dan Langit masih bungkam setelah semenit berlalu Dion sudah mengutarakan keputusannya tentang masalah yang kemarin.

Dion menatap mereka berdua secara bergantian, namun tak ada satupun yang berniat buka suara.

"Aku nggak akan maksa ... karena pada akhirnya semua keputusan ada di tangan kamu Ra." Dion kembali berujar dengan nada suara yang terdengar bersahabat. Sama sekali tidak bermaksud menghakimi.

Azura meremas kedua lututnya gugup. Ia sama sekali tidak pandai membuat keputusan dalam situasi seperti ini.

Seharusnya ia bisa langsung menjawab dan menyetujui ucapan Dion, namun ada bagian dirinya yang ingin menolak.

Azura tidak tahu kenapa.

"Kamu jujur aja Ra, apapun keputusannya aku janji aku bakal menerimanya." Dion tesenyum meyakinkan. Dielusnya puncak kepala Azura sekilas.

Azura memejamkan kedua matanya. Memikirkan baik-baik apa keputusan yang harus ia ambil. Bertahan dengan Dion atau berpaling kepada Langit.

Ini menjadi pilihan tersulit yang pernah Azura alami. Lebih sulit daripada saat ia memutuskan untuk tinggal sendiri atau tinggal di rumah orang tuanya.

Sebenarnya Azura tidak perlu kaget saat Dion bilang kalau ia ingin Azura tetap bersamanya dan tidak lagi berhubungan dengan Langit. Bukankah itu hal wajar mengingat Dion memang kekasihnya. Apalagi Dion juga bilang kalau ia siap bertanggung jawab terhadap Kalan dan Alya.

Apabila mereka memang tidak bisa kembali maka Dion akan merawatnya. Ia sama sekali tidak keberatan.

Seharusnya ini menjadi pilihan terbaik, tapi entah kenapa rasanya ada yang mengganjal. Azura merasa tidak siap berpisah dengan Langit.

Cukup ia kehilangan Nafwa, ia tidak mau lagi kehilangan temannya yang lain.

Namun jika ia memilih berpaling pada Langit maka ia akan kehilangan Dion dan secara tidak langsung Azura seolah membenarkan gosip-gosip perselingkuhan tentang dirinya.

Semua orang pasti akan membencinya. Karena dari awal ia dan Langit rasanya memang agak mustahil untuk bisa berada di jalan yang sama. Dan juga ia tidak mau kehilangan Dion.

Azura menghela napas panjang bersamaan dengan kedua matanya yang terbuka. Ia masih belum bisa memutuskan.

Dion menatapnya khawatir. "Maaf Azura aku kepaksa nyuruh kamu milih antara aku sama Langit. Aku gak bisa mikirin jalan keluar yang lain. Waktu ngebayangin kamu sama Langit dadaku rasanya sesak. Aku cemburu sama Langit aku gak mau liat kamu deket-deket sama Langit." Dion kembali menumpahkan isi hatinya yang selama seminggu ini sudah dipendamnya sendiri. "Maaf karena udah jadi orang yang jahat. Kamu pasti kecewa sama aku. Kamu selalu bilang kalau aku ini cowok yang baik, tapi nyatanya aku gak sebaik itu Ra. Aku egois!"

Kali ini Azura menggeleng. Ia merasa sangat bersalah karena membuat Dion sampai minta maaf kepadanya. Padahal dilihat dari segi manapun Dion tidak bersalah.

Dion berhak berkata demikian.

Kalau ia berada di posisi Dion mungkin ia juga akan melakukan hal yang sama.

"Ra, lo nggak usah mikirin gue. Gue nggak masalah kalau Kalan Alya ikut sama lo. Gue percaya Dion bisa jagain mereka. Dari awal kita juga udah tau kan kalau kita gak mungkin bersama, walau sekarang gue udah gak sama Nafwa, tapi bukan berarti gue bisa berpaling gitu aja. Dan setelah dipikir-pikir lagi kayanya emang ini yang terbaik." Langit yang sejak tadi bungkam akhirnya buka suara. Walau apa yang ia katakan barusan berbanding terbalik dengan isi hatinya.

Aozora [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang