四十一

602 65 0
                                    

MIN GI

Hari-hari yang ku jalani sekarang jauh lebih tenang dan biasa. Selama ini hal ini sudah lama ku impikan. Menjalani perusahaan orang tua ku sejujurnya bukan salah satu dari mimpi ku sebelumnya. Memang dalam dunia bisnis aku belum menggelutinya terlalu dalam. Tapi, setidaknya aku sudah sedikit memahami strategi dasar bisnis yang diberlakukan di perusahaan orang tua ku. Aku juga berencana menlanjutkan S2 di bidang bisnis di waktu yang akan datang.

Namun, sepertinya hidup yang tenang aku maksud tadi harus berhenti tiba-tiba. Semua itu dimulai dari handphone ku yang berdering di sela-sela pembicaraan ku dengan sekretaris ku. Aku melihat nama yang muncul di handphone ku dan segera menjawab panggilan tersebut.

"Ada apa Il?"

"Tuan Jae Yeong ingin menemui nona." Ucap Il dengan cukup cepat.

Mengumpat dalam hati, aku pun kembali memperjelas Il dengan penuh tekanan di setiap katanya. "Sudah aku katakan aku tidak akan menemuinya lagi."

"Dia minta bertemu untuk yang terakhir kali nya, nona."

"Aku tidak akan datang." Balas ku tegas.

"Nona, Tuan Jae Yeong sekarat."

Aku terdiam beberapa saat, mencoba meyakinkan diri ku bahwa yang ku dengar tadi tidak salah. "Sekarat?"

"Dia mencoba bunuh diri kemarin, dia tidak bisa bertahan lama."

Aku kembali terdiam dan mencoba memproses setiap kata yang diucapkan oleh Il. Samchon bunuh diri? Kenapa aku tidak dapat mempercayainya?

"Nona?" Pangilannya membuat ku kembali fokus. Bunuh diri? Dia selemah itu ternyata?

"Ah, iya. Apa?"

"Tuan Jae Yeong baru saja dikabarkan meninggal."

Aku kembali membeku dan bingung harus melakukan apa dan harus merasakan apa. Senang, lega, bahkan prihatin? Aku tidak dapat merasakannya lagi. Rasanya semua terlalu mendadak dan aneh. Baru kemarin dia menghina ku dan sekarang dia pergi begitu saja. Tanpa permintaan maaf atau apa pun. Sungguh luar biasa.

"Nona? Perlu aku jemput?" Tanya Il kembali membuyarkan lamunan ku.

Menghela nafas aku pun menjawabnya. "Baiklah."

◇◇◇

"Ini peninggalan yang dia berikan pada ku saat di Rumah Sakit." Il memberikan aku sepucuk surat yang sedikit terkena noda darah.

Samchon bunuh diri dengan mengiris tangannya. Ia mati karena kehilangan banyak darah dan karena saat itu persediaan darah untuk samchon tidak tersedia di Rumah Sakit.

"Apakah benar dia sempat membuka matanya?" Tanya ku di sela-sela keheningan di mobil ku.

"Iya, dia membuka matanya selama 10 menit dan terus menyebut nama mu. Surat itu ditemukan di saku celana nya."

Aku kembali terdiam dan mulai melihat pemandangan di sekitar kami. Tak ku sadari bahwa kami ternyata sudah tiba di tempat kremasi dan kami akan segera melakukan kremasi.

LUCKY | K.THTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang